Sabtu, 05 Juli 2025

Totalitas dalam berhijrah

HIJRAH SECARA TOTALITAS DARI KEMAKSIATAN MENUJU KEPADA KETAATAN

Sahabat gudang da'i, Hijrah satu kata yang sangat indah. Satu kalimat untuk mengungkapkan makna kembali dan perbaikan. Kembalinya seorang hamba kepada Rabb-Nya dalam ketaatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

الذين ء45امنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله , وأولئك هم الفائزون

“Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah: 20)

Dalam Al Qur’an tidak kurang dari 31 kata yang berasal  dari kata _Hajara_ atau _Hijrah._ Dari jumlah itu tidak kurang dari 6 ayat yang menyebutkan  kata _Hajaruu_ (orang-orang yang berhijrah) bergandengan dengan kata _Aamanuu_ (orang-orang yang beriman) dan _Jahaduu_ (orang-orang yang berjihad). Ayat yang dikutip di atas adalah salah satunya. Belum lagi kata _Hajaruu_ diiringi dengan kata _Fillah_ (karena Allah) atau _Fi Sabiilillah_ (di jalan Allah). Ini berarti betapa erat kaitan hijrah dengan iman. Hijrah sama sekali berbeda dengan Migrasi, hijrah adalah terminologi khas Islam yang landasanya iman kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi hijrah menjadi tolok ukur keimanan seseorang. Orang yang benar-benar beriman tentu tidak akan merasa berat  melakukan hijrah. Sebaliknya, orang yang tidak melakukan hijrah menunjukan lemah atau tidak sempurna imannya...

Sahabat gudang da'i, Imam Ibnu Rajab rahimahullah mendefinisikan makna hijrah yaitu,

الرجاعون إلى الله بالتوبة من المعصية إلى الطاعة

"Kembali kepada Allah dengan bertaubat dari maksiat kepada ta'at."

Mengenai firman Allah Azza wa Jalla,

ففروا إلى الله. (سورة 51 الذاريات 50)

"Dan bersegeralah lari kembali kepada Allah." (QS. Adz-Dzariyat: 50)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya, _Risalah Tabukiyah:_ "Bahwa hijrah ada dua bentuk, hijrah badan (fisik) dan hati. Terutama hijrah hati (hijrah kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya) terkait dua hal, _min_ (dari) dan _ila_ (kepada). Konsekuensi dari hijrah kepada Allah Azza wa Jalla adalah totalitas, yakni mengalihkan semua, kecintaan, ibadah, takut, harap, tawakkal, doa, dan ketundukan dari selain Allah Azza wa Jalla kepada Allah Azza wa Jalla semata. Hijrah pada Rasul-Nya adalah, kesediaan mengikuti sunnah Rasul-Nya secara totalitas, meskipun hal ini menjadikan orang yang meniti jalan ini dianggap asing dan tidak populer.

Secara makna hijrah dapat di maknai, meninggalkan atau berubah menuju yang lebih baik, atau berpindah dari yang buruk kepada hal yang lebih baik.

Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,

و اصبر على ما يقولون و اهجرهم هجرا جميلا. (سورة 73 المزمل 10)

"Dan bersabarlah terhadap ucapan mereka yang menyakitkan dan hindari/tinggalkan mereka dengan cara menghindar/meninggalkannya dengan baik." (QS. Al-Muzzamil: 10)

Sebagai titik awal perubahan (mendapat hidayah, baik _hidayah taufiq_ dan hidayah _bayan,_ hidayah untuk mengenal Islam, dan hidayah saat sudah di dalam Islam), tentu hal ini mengharuskan sebuah konsekuensi. Apa konsekuensi sebuah hijrah? Allah Azza wa Jalla berfirman menjelaskan,

فألذين هاجروا و أخرجوا من ديارهم واوذوا في سبيلي و قاتلوا و قتلوا لأكغرن عنهم سيئاتهم و لأدخلنهم جنات تجرى من تحتها الأنهار ثوابا من عند الله ، و الله عنده حسن الثواب. (سورة 3 ال عمران 195)

"Maka, orang-orang yang berhijrah dan di usir/di keluarkan paksa dari kampung halamannya, yang disakiti di jalanku, (sampai dalam tahapan berperang yang konsekuensinya) memerangi atau di perangi, pasti Aku hapuskan darinya kesalahan-kesalahannya, dan pasti Aku masukkan mereka ke surga yang di dalamnya ada sungai-sungai, sebagian sebuah anugerah di sisi Allah, dan Allah pada sisi-Nya ada pahala yang baik."(QS. Ali-Imran: 195)

Sahabat gudang da'i, Sebuah hijrah adalah totalitas dalam perubahan, mereka adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang ingin mengubur masa-masa kelam mereka, dalam kekufuran, kesyirikan, dosa, maksiat, dan berusaha untuk bersimpuh, memperbaiki diri, dan kembali kepada Rabb-Nya dengan pertaubatan yang bersungguh-sungguh.

Ingat selalu firman Allah Azza wa Jalla,

إنه من يتق و يصبر فإن الله لا يضيع اجر المحسنين

"Sesungguhnya barang siapa bertaqwa dan bersabar, maka Allah tiada akan menyiakan pahala orang yang telah bertaubat kebaikan." (QS. Yusuf: 90)

Memaknai Hijrah selain seperti apa adanya sesuai  peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, juga yang terpenting adalah memaknai, merefleksikan serta merealisasikannya  dalam laku kekinian pada semua dimensi ruang dan waktu  pada pribadi, organisasi, masyarakat  bahkan Negara.

Melawan keterbelengguan keterbelakangan, penjara irasionalitas dan kebodohan, penyanderaan kejahiliyahan, ketidak-produktivitasan mentalitas spiritual, dan  kegelapan masa depan dengan keberanian serta  pengorbanan berhijrah menuju loncatan melakukan perubahan, mengamputasi sisi kejahiliyahan yang masih melekat, melakukan percepatan spiritual dalam keseharian, dan bergerak menuju cahaya kejayaan dan keberkahan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berhijrah menjauhi kemaksiatan dan meningkat ketaatan untuk meraih ridha-Nya.

Kamis, 19 Juni 2025

Sumber kenikmatan bukan dari Kenikmatan

KENIKMATAN TIDAK DAPAT DIRAIH DENGAN KENIKMATAN


Sobat gudang da'i,Ahmad bin Harb berkata :

ﻋﺒﺪﺕ اﻟﻠﻪ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﺳﻨﺔ، ﻓﻤﺎ- ﻭﺟﺪﺕ حلاوة العبادة ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻛﺖ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎء: ﺗﺮﻛﺖ ﺭﺿﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺣﺘﻰ ﻗﺪﺭﺕ ﺃﻥ ﺃﺗﻜﻠﻢ ﺑﺎﻟﺤﻖ، ﻭﺗﺮﻛﺖ ﺻﺤﺒﺔ اﻟﻔﺎﺳﻘﻴﻦ ﺣﺘﻰ ﻭﺟﺪﺕ ﺻﺤﺒﺔ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺗﺮﻛﺖ ﺣﻼﻭﺓ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﺘﻰ ﻭﺟﺪﺕ ﺣﻼﻭﺓ اﻵﺧﺮﺓ

"Aku beribadah kepada Allah 50 tahun, namun aku tidak merasakan manisnya ibadah sampai akhirnya aku meninggalkan 3 perkara:

1. Aku tidak memperdulikan keridhaan manusia, agar aku bisa menyuarakan kebenaran.

2. Aku tinggalkan pertemanan dengan orang-orang fasik, agar aku mendapatkan pertemanan dengan orang-orang shaleh.

3. Aku tinggalkan manisnya dunia, agar aku merasakan manisnya akhirat."

(Adz-Dzahabiy, Siyar A'lāmin Nubalā' [11/34], cet. Muassasah Ar-Risālah, Beirut)

Saudaraku,Janganlah kita terlena menghabiskan usia yang tersisa dengan mengejar dan memburu manisnya dunia. Bersyukurlah atas apapun yang Allah azza wa Jalla hadirkan dalam hidup kita, sebab itulah yang membuat kita merasakan kemesraan bersama-Nya. Kadang tanpa kita sadari bahwa hidup yang seringkali kita keluhkan selama ini adalah justru hidup yang orang lain sangat inginkan.

Saudaraku,Biasakanlah untuk senantiasa bersyukur atas apapun yang Allah azza wa Jalla hadirkan dalam kehidupan kita. Tak selamanya kado itu berbungkus indah, tapi pasti ada hikmah di mana semua itu menjadikan diri kita semakin dekat dengan Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku,Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

” وقد أجمع عقلاء كل أمة على أن النعيم لا يدرك بالنعيم


Semua orang yang berakal bersepakat bahwa kenikmatan tidak dapat diraih dengan kenikmatan.

وإن من آثر الراحة فاتته الراحة

Orang yang lebih suka bersenang-senang, akan terluput darinya kesenangan.

وإن بحسب ركوب الأهوال واحتمال المشاق تكون الفرحة واللذة

Kebahagiaan dan kelezatan diraih sesuai dengan beratnya perjuangan.

فلا فرحة لمن لا هم له

Tak akan mendapat kebahagiaan orang yang tak bersungguh-sungguh.

ولا لذة لمن لا صبر له

Tidak akan merasakan kelezatan orang yang tak punya kesabaran.

ولا نعيم لمن لا شقاء له

Tidak mendapat kesenangan orang yang tak mau bersusah payah.

ولا راحة لمن لا تعب له

Dan tak akan beristirahat orang yang tak mau lelah.

بل إذا تعب العبد قليلاً استراح طويلاً

Bahkan, bila hamba lelah sedikit maka ia akan beristirahat panjang.

وإذا تحمل مشقة الصبر ساعة قاده لحياة الأبد

Apabila ia kuat menanggung beban kesabaran sebentar, akan membawanya kepada kehidupan yang abadi...

وكل ما فيه أهل النعيم المقيم فهو صبر ساعة

Semua yang didapatkan oleh orang yang diberi kesenangan abadi adalah akibat kesabaran sesaat.

والله المستعان ولا قوة إلا بالله

Allah lah tempat meminta bantuan, dan tiada kekuatan kecuali dengan izin-Nya...

وكلما كانت النفوس أشرف والهمة أعلا كان تعب البدن أوفر وحظه من الراحة أقل

Ketika jiwa itu mulia, dan cita-citanya tinggi, maka kelelahan badan semakin banyak dan istirahatnya sedikit...


كما قال المتنبي 

وإذا كانت النفوس كباراً 

* تعبت في مرادها الأجسام “

Sebagaimana sya’ir al mutanabbi,

Apabila seseorang berjiwa besar...

Badan akan lelah untuk meraihnya...

(مفتاح دار السعادة” لابن القيم 2 / 15)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersabar atas kelelahan demi kelelahan yang kita alami dalam ketaatan kepada-Nya untuk meraih ridha-Nya.

Senin, 16 Juni 2025

Masa lalu bukan hanya untuk kenangan

MENGAMBIL IBRAH MASA LALU



Sobat gudang da'i, setiap manusia pasti memiliki kisah masa lalu, entah kisah baik ataupun buruk. Seyogyanya masa lalu bisa menjadi pelajaran ( _ibrah_) dan dinikmati apa adanya. Seberapa sedih ataupun bahagia kisah kita, akan selalu ada pelajaran yang dapat dipetik.

Manusia tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita bisa merubah pengaruh yang dirasakan dari kisah masa lalu. Masa lalu akan terus mempengaruhi kehidupan selanjutnya sehingga kita perlu mencermati bagaimana pengaruhnya nanti terhadap diri kita. Memang masa lalu tidak dapat diubah, dilupakan atau dihapus, tetapi hanya bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan. Kita tidak bisa merubah segala yang telah terjadi pada masa lalu, tidak peduli seberapa besar keinginan kita atau betapa menyesalnya kita karena apa yang telah terjadi.

Sobat gudang da'i, Terkadang banyak orang yang ingin memperbaiki kualitas dirinya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, namun ketika ia mengingat dosa-dosa di masa lalunya yang begitu kelam dan gelap, dia menganggap dirinya paling kotor dan Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima dirinya. Sikap putus asa terhadap rahmat dari-Nya merupakan tipu daya syaitan agar manusia berpaling dari Allah Azza wa Jalla, padahal rahmat Allah Azza wa Jalla sangatlah luas dan agung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya”

(HR. al-Bukhari no. 5653 dan Muslim no. 2754 dari ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu)

Allah Azza wa Jalla juga berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

"Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas Pengampunan-Nya.” (QS. An-Najm: 32)

Sobat gudang da'i, Allah Azza wa Jalla telah menunjukkan kepada kita betapa pemurah dan sayang kepada setiap hamba-Nya. Setiap hamba yang ingin menghambakan, memperbaiki diri dan istiqamah di jalan yang telah Allah Azza wa Jalla tunjukkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التائب من الذنب كمن لاذنب له

“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya dengan sungguh-sungguh adalah seperti orang yang tidak punya dosa.“

(HR. Ibnu Majah no. 4250, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Janganlah bersedih dan terpuruk atas banyaknya dosa-dosa kita di masa lalu, ketika kita tidak bisa merubah masa lalu yang kelam tapi kita masih bisa untuk mengupayakan dan merubah masa depan menjadi lebih baik dan penuh rahmat.

Sobat gudang da'i, Masa lalu adalah masa lalu, maka biarkan masa lalu pergi. Jika kita melakukannya, akan lebih mudah bagi kita untuk memaafkan diri sendiri dan menyembuhkan luka hati yang selama ini membuat kita sangat menderita. Bila kita terlalu berfokus dengan kenangan pahit masa lalu, maka kita akan lupa untuk meniti langkah hidup selanjutnya. Akan menjadi lebih baik jika kita mampu merubah pandangan itu semua.

Sobat gudang da'i, Menyadari segala kesalahan yang telah kita perbuat adalah langkah awal untuk berdamai dengan diri sendiri. Setelah menyadari segala kesalahan, maka belajarlah dari kesalahan-kesalahan tersebut dan berjanji kepada diri sendiri untuk berusaha keras agar tak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Melakukan kesalahan adalah bagian dari menjadi manusia. Dari kesalahan-kesalahanlah kita sebagai manusia belajar, tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang semakin baik.

Sobat gudang da'i, Manusia sudah memiliki jatah rezeki dan kesuksesannya masing-masing. Semuanya tergantung usaha serta konsistensi dalam mencapainya. Proses dan jangka waktu pencapaiannya juga berbeda-beda, karena semua orang punya _timeline_ hidupnya masing-masing.

Kita bukan manusia sempurna, tapi manusia yang sedang mencoba untuk menjadi lebih baik untuk diri kita sendiri dan mencoba berbagai opsi untuk hasil yang terbaik. Jika belum waktunya untuk berhasil, maka bersabarlah. Bersabar bukan berarti pasrah, tapi membiarkan dan mengizinkan diri kita ikhtiar untuk melakukan yang terbaik semampu kita, berdoa dan bertawakal kehadirat Allah Azza wa Jalla mengharapkan hasil yang terbaik.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadikan masa lalu sebagai _ibrah_ terbaik untuk memperbaiki diri dalam meraih ridha-Nya.

Sabtu, 31 Mei 2025

Jangan Lupa Tugas Kita

TUGAS KITA MENYALAKAN LENTERA, BUKAN MENGUTUK KEGELAPAN

Sobat, Pertarungan antara yang haq dan yang bathil berikut para pengusung dan pembela masing-masing adalah sebuah kemestian hidup. Sebab, keduanya bertolak belakang, tidak mungkin berkumpul satu sama lain melainkan saling berusaha mengenyahkan yang lain. Berpegang kepada salah satunya, mesti akan meninggalkan yang lain, dan itu kepastian. Paling tidak, akan melemahkan yang ditinggalkan atau ditolak.

Seandainya terlihat "kerukunan" antara yang _haq_ dan yang _bathil_ tanpa ada perseteruan dan pertikaian di antara para pembela dan pengusungnya, boleh jadi karena ada sebab tertentu. Di antaranya ialah karena kelemahan para pengusung dan pembela masing-masing ( _al-haq_ dan _al-bathil_) ini, atau ketidaktahuan para pengikut masing-masing tentang hakikat dari kebenaran atau kebathilan yang mereka perjuangkan, berikut konsekuensinya, sehingga melemahkan pengaruh kebathilan dan kebenaran itu pada pihak yang membela dan mengusungnya.

Walau bagaimanapun _al-haq_ ialah semua bentuk ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan _al-bathil_ adalah semua bentuk ketaatan kepada syaitan. Oleh karena itu, keduanya tidak mungkin dapat bersatu selama-lamanya.

Sobat, Betapapun banyaknya dan menariknya keadaan kebathilan, dia pasti lenyap. Itu semua adalah _sunnatullah_ yang tidak mungkin berubah. Berbagai syubhat dan kerancuan berpikir, seindah apa pun menghiasi sebuah kebathilan, pasti akan tersingkap kepalsuannya...

Sobat, Allah Azza wa Jalla berfirman:

 وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu mencampur-adukkan kebenaran dengan kebathilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)

Larangan ini merupakan larangan yang besar dan serius. Hal ini karena hak menentukan halal dan haram adalah ketentuan Allah Azza wa Jalla dan hak-Nya semata-mata. Karena itu Allah Azza mengecam mereka yang mencampur-adukkan antara yang haq dan yang bathil, antara ketaatan dan kemaksiatan, antara kebenaran dan kebohongan. Sebab dengan cara-cara itulah dan tangan-tangan kotor mereka itulah menyebabkan hukum Allah Azza wa Jalla bercampur aduk antara larangan dan suruhan.

Sobat, Dililihat dari sisi bahasa, kata تَلْبِسُواْ ( talbisuu) bisa berasal dari kata _la-bi-sa_ (memakai) atau la-ba-sa (mengacaukan, menyamarkan) atau al-ba-sa (memakaikan).

Kalau dipadukan bisa menjadi: “Memakai pakaian kebenaran ( al-haq) untuk menutupi tubuh aslinya yang salah ( al-bathil)

Maka, orang yang membantu, setuju atau membiarkan tindakan ini disebut memakaikan pakaian kebenaran ( _al-haq_) kepada kebathilan ( _al-bathil_). Baik yang memakai ataupun yang memakaikan pakaian kebenaran ( _al-haq_) kepada kebathilan ( _al-bathil_) punya andil yang sama di dalam mengacaukan pandangan masyarakat tentang yang benar...

Sobat,Tugas kita menyalakan lentera, bukan mengutuk kegelapan. Jika kita berada pada situasi dan kondisi di mana kebenaran ditutupi dan dibenamkan oleh kebatilan, maka tugas kitalah menyalakan lentera agar nampak jelas mana yang benar dan mana yang batil. Tidak sekedar mengutuknya, karena tidak akan merubah keadaan...

Semoga kita dapat mengetahui dan mengikuti yang benar adalah benar, dan berlindung dari yang salah adalah salah,


اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memegang teguh kebenaran dan menjauhkan diri dari kebathilan untuk meraih ridha-Nya.

Minggu, 18 Mei 2025

Sabar segala hal tidak akan tertukar

BERSABAR & BERTAWAKAL MENANTI SEGALA SESUATU TERJADI SESUAI IRADAH-NYA

Sahabat gudang da'i, Manusia penuh dengan lika-liku dalam perjalanan kehidupannya seiring dengan perjalanan waktu. Semua ada waktunya, bergerak apa adanya seturut iramanya sendiri. Akan tetapi manusia tidak selalu dapat mengetahui kapan waktu untuk segala sesuatu itu terjadi.

Hanya Allah  Azza wa Jalla yang mengetahui, sebab Dia yang menetapkan waktu untuk segala sesuatu itu terjadi. Dialah yang membuat segala sesuatu yang terbaik pada waktunya.

Saudaraku, Seringkali manusia terburu-buru ketika menginginkan sesuatu. Tak jarang kesabarannya hilang ketika sesuatu yang dinanti atau yang diharap-harapkan tak kunjung datang. Al-Qur’an menyebut sifat manusia yang suka tergesa-gesa ini dalam firman-Nya,

كَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا

“Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)

Atau dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla berfirman,

خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ

“Manusia diciptakan bersifat tergesa-gesa.” 

(QS. Al-Anbiya’: 37)

Kita sering mendengar kalimat semua akan indah pada waktunya. Jika direnungkan, kalimat ini bukan hanya kalimat motivasi biasa yang ingin mendinginkan hati manusia yang sedang dalam kesulitan saja. Tapi kalimat ini benar-benar menggambarkan realita yang sebenarnya...

Saudaraku, Terkadang kita sangat menginginkan sesuatu dan sangat berharap apa yang kita inginkan akan segera terwujud. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sesuatu yang kita inginkan itu bila datang di waktu yang “tidak tepat” akan membuat semuanya malah menjadi berantakan?

Yakinlah selalu bahwa doa dan harapan kita akan terwujud pada waktunya. Pada waktu yang paling pas dan paling tepat!

Saudaraku, Bersabarlah untuk menanti buah hingga matang, karena rasa manisnya akan muncul pada waktunya. Bila kita tergesa-gesa maka kita hanya akan menemukan rasa masam darinya.

Bersabarlah untuk menanti janin di dalam rahim ibunda hingga tiba waktunya, karena bayi akan sempurna pada waktunya.

Bersabarlah untuk semua yang kita inginkan, karena sesuatu itu akan menjadi manis, indah dan sempurna bila tiba pada saat yang tepat.

Jangan pernah berputus asa dalam berdoa, teruslah memohon dan meminta kepada Allah Azza wa Jalla, karena tidak ada orang yang akan kecewa karena banyak berdoa,

وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4)

Saudaraku, Jangan pernah takut dengan hari esok, karena Dia yang menyelesaikan berbagai macam kesulitan kita di hari kemarin, pasti akan menolong kita di hari esok. Yang telah merawat kita, menjaga kita dan membimbing kita di masa kecil tidak akan menelantarkan kita di masa depan kita Dia-lah Allah Azza wa Jalla yang kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya tak tertandingi oleh siapapun,

– وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS. An-Nisa’: 81)

Kegelisahan hati muncul karena rendahnya rasa tawakal kita kepada Allah Azza wa Jalla. Bila kita yakin dengan Rahmat Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan. Bila kita yakin dengan keadilan Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan pernah menyalahkan iradah-Nya. Tugas kita ada berdoa dan berusaha, sembari kita terus menyebut Nama-Nya, karena hanya Dia-lah yang mampu menyelesaikan semua urusan kita,

وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghafir: 44)

Setelah ayat lain, langsung Allah Azza wa Jalla menjawab dengan firman-Nya,

فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (QS. Ghafir: 45)

Saudaraku, Hadapi hari kita dengan keyakinan bahwa pasti Allah Azza wa Jalla akan memberi yang terbaik di waktu yang terbaik. Buang semua kegelisahan di hati kita dan hiduplah dengan penuh optimis bahwa Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan yang terbaik pada waktu yang terbaik...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersabar dan bertawakal menanti segala sesuatu terjadi sesuai iradah-Nya untuk meraih ridha-Nya.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share