Selasa, 15 Juli 2025

Melawan Kebodohan

Lawan Kebodohan: Mengapa Ilmu Adalah Perisai Terkuat Kita

Sobat gudang da'i, Pernahkah terlintas di benak kita, seberapa sering kita mengikuti sesuatu tanpa dasar ilmu yang kuat? Di era informasi yang membanjiri ini, sangat mudah terseret arus dan terjebak dalam opini tanpa fakta. Namun, Allah ﷺ telah mengingatkan kita dengan tegas:

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al Israa: 36)

Ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan sebuah peringatan serius. Setiap informasi yang kita serap, setiap pandangan yang kita yakini, dan setiap langkah yang kita ambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Maka, bagaimana mungkin kita berani melangkah tanpa bekal ilmu yang memadai?

Memohon Ilmu yang Bermanfaat: Perisai dari Kebodohan

Kita harus senantiasa berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita doa yang powerful:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu', doa yang tidak didengar, jiwa yang tidak pernah tenang dan ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara ini." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasaaie)

Doa ini adalah pengingat bahwa ilmu sejati bukan hanya tentang kuantitas, tetapi tentang kualitas dan kebermanfaatannya. Ilmu yang tidak mengantarkan kita pada ketenangan hati, kekhusyukan ibadah, dan keberkahan hidup, sejatinya adalah sebuah kerugian.

Menuntut Ilmu: Sebuah Kewajiban, Bukan Pilihan!

Jangan pernah remehkan pentingnya mencari ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu bukanlah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Menuntut ilmu itu adalah kewajiban setiap muslim." (HR. Ibnu Majah dan lain-lain)

Ini adalah perintah yang jelas dan mutlak. Di zaman ini, akses terhadap ilmu begitu mudah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri dalam kebodohan.

Jahil Basith vs. Jahil Murakkab: Kenali Musuh dalam Diri

Meski era Jahiliyah (kebodohan) telah berlalu dengan diutusnya Rasulullah ﷺ, kejahilan itu sendiri tetap ada dan akan terus ada hingga hari kiamat. Para ulama membagi kejahilan menjadi dua jenis:

 * Jahil Basith (Kebodohan Sederhana): Ini adalah kebodohan yang disadari pelakunya. Orang yang jahil basith tahu bahwa ia tidak tahu, sehingga ia termotivasi untuk belajar dan terbuka terhadap nasihat ilmu. Inilah posisi yang patut disyukuri, karena ada harapan untuk berkembang.

 * Jahil Murakkab (Kebodohan Berlapis): Ini jauh lebih berbahaya! Orang yang jahil murakkab tidak menyadari kebodohannya, bahkan merasa paling tahu dan berilmu. Ketika disodori ilmu, ia akan menolaknya mentah-mentah, menganggap ilmunya sendiri sebagai kebenaran, dan menganggap ilmu yang benar sebagai kebodohan.

Maka, kejahilan, terutama jahil murakkab, adalah musuh utama yang harus kita perangi dari dalam diri kita. Satu-satunya senjata melawan musuh ini adalah ilmu, yang didapat melalui proses belajar yang tak pernah berhenti.

Bahaya Beramal Tanpa Ilmu: Kerusakan yang Tak Terukur

Pelaku jahil murakkab sangat rawan mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Mereka bisa menjauhkan orang dari kebenaran, menciptakan amalan-amalan baru yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ, bahkan terjerumus pada kesyirikan, kefasikan, dan kekufuran.

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata:

"Barangsiapa yang beramal tanpa dasar ilmu maka kerusakan yang diperbuatnya lebih banyak dari apa yang ingin dia perbaiki." (Az-Zuhd Imam Ahmad)

Ini adalah peringatan keras, terutama bagi mereka yang memegang amanah besar. Niat baik saja tidak cukup. Tanpa ilmu, niat baik bisa berubah menjadi bencana. Bukankah syariat Islam hadir untuk membawa kemaslahatan dan menolak kemudaratan? Tanpa ilmu, kita bisa saja tanpa sadar justru melakukan yang sebaliknya.

Perangi Kebodohan, Sambut Cahaya Ilmu!

Mari kita bersama-sama memerangi kejahilan dan pembodohan dengan sungguh-sungguh. Perbanyak membaca—bukan hanya Al-Qur'an dan hadits, tetapi juga ayat-ayat kauniyah (kejadian di alam semesta) yang penuh hikmah. Ilmu adalah lentera yang akan menuntun kita menuju keselamatan.

Orang yang beramal tanpa ilmu ibarat pengembara tanpa peta. Ia akan tersesat, dan bahkan bisa menyesatkan orang lain yang mengikutinya. Jangan biarkan diri kita atau orang-orang di sekitar kita terjebak dalam kegelapan kebodohan.

Semoga Allah ﷺ senantiasa mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, agar kita tetap istiqamah dalam menuntut ilmu demi meraih ridha-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar