Minggu, 02 September 2018

Sufi dikalangan Sahabat

Di zaman Rasulullah SAW. Hiduplah seorang pemuda bernama Zahid berusia 35 tahun namun belum juga menikah dan kesehariannya ia tinggal di "Suffah" masjid Madinah*.

Suatu hari ketika sedang mengasah  pedangnya, tiba-tiba Rasulullòh SAW datang dan mengucapkan salam.

Zahid terkejut dan menjawab salam beliau agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa,

“Allah bersamaku ya Rasulullòh,” kata Zahid sambil tertunduk tak kuasa melihat keagungan beliau.

“Maksudku kenapa selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah?” kata Rasulullah SAW.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullòh, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku tak tampan, siapa yang mau pada diriku ya Rasulullòh?”

”Asal engkau mahu, itu urusan yang mudah!!!!” Sabda Rasulullòh SAW sambil tersenyum.

Kemudian Rasulullòh SAW memerintahkan sahabat beliau untuk membuat surat yang berisi tujuan untuk melamar kepada wanita bernama Zulfah binti Sa'id, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan sangat cantik jelita.

Akhirnya, surat itu dibawa ke rumah Zahid dan diserahkan sendiri oleh Zahid surat itu ke rumah tuan Sa'id.

Disebabkan di rumah tuan Sa'id sedang ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan segera  diterima di depan rumah Sa'id.

“Wahai saudaraku Sa'id, aku membawa surat dari Rasulullòh yang mulia ini untuk diberikan padamu, saudaraku.”

Tuan Sa'id menjawab, “Adalah suatu kehormatan buatku.”

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya.

Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab dalam hal perkawinan, selama ini, biasanya seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya,

Akhirnya tuan Sa'id bertanya kepada Zahid, “Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullòh?”

Zahid menjawab, “Apakah engkau pernah melihat aku berbohong???”.

Dalam suasana yang mulai tidak nyaman seperti itu, tiba tiba Zulfah datang dan berkata, “Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini? bukankah lebih baik dipersilahkan masuk?”.

“Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau untuk menjadi istrinya,” kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, “Wahai ayah, banyak sekali pemuda yang tampan dan kaya raya, mereka semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah pada pemuda ini!”. Seakan Zulfah merasa dirinya terhina dengan keinginan zahid itu.

Maka tuan Sa'id berkata kepada Zahid, “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri bahwa anakku tidak mau.. bukan aku menghalanginya...

dan sampaikan hal ini kepada Rasulullah bahawa lamaranmu ditolak.”

Mendengar nama Rasululloh disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayah, mengapa ayah membawa-bawa nama rasulullòh?”

Akhirnya tuan Said berkata, “Lamaran atas dirimu ini adalah perintah Rasulullòh .”

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, kenapa tidak sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullòh, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini.

Kerena ingat firman Allah dalamAl-Qur’an surah An Nur 24 : Ayat 51.“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS.An Nur 24:Ayat 51)

Zahid takjub tiada terperi pada hari itu, ia merasa jiwanya melayang layang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya dan segera melangkah pulang.

Sesampainya di masjid Madinah ia bersujud syukur. Rasullòh yang mulia pun tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang sangat berbeda dari biasanya.

“Bagaimana Zahid?”

“Alhamdulillah diterima ya Rasulallah,” jawab Zahid.

“Apakah Sudah ada persiapan?"

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, “Ya Rasul, kami tidak memiliki apa-apa.”

Akhirnya Rasulullòh menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf untuk membantunya mendapatkan bekal uang untuk menikah .

Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan.

Tak berapa  lama kemudian setibanya di pasar, bersamaan itu pula ada pengumuman Jihad untuk menegakkan Agama Allah azza wa jalla.

Zahid Mulai bingung Untuk menentukan Sikap "menikah Atau Berjuang demi Agama Allah?".

Akhirnya ia mencoba kembali lagi Ke masjid Madinah.

Ketika Zahid sampai di masjid Madinah, ia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan perlengkapan senjata,

Zahid bertanya, “Ada apa ini?”

Sahabat menjawab, “Wahai Zahid, hari ini orang orang kafir akan menghancurkan kita, apakah engkau tidak mengetahui?”.

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, “Wah... jika begitu uang untuk menikah ini akan aku beliakan baju besi dan kuda yg terbaik saja, aku lebih memilih jihad bersama Rasulullòh dan menunda pernikahan ini."

Para sahabat menasihatinya, “Wahai Zahid, nanti malam kamu akan berbulan madu, tetapi mengapa engkau hendak berperang?”.

Zahid menjawab dengan tegas, “Itu sudah ketetapan Hati ini bersama Al musthofa Rasulullòh untuk ber jihad

"Subhanallah".

Lalu Zahid membacakan Ayat Al QurAn di hadapan Shahabat Nabi sebagai berikut, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik bagi kamu daripada cinta Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS AtTaubah: Ayat 24).

Akhirnya Zahid maju ke medan pertempuran dengan hebatnya beliau bertempur, banyak dari kaum kafirin tewas di tangannya

Namun pada akhirnya beliau menemui kesyahidannya, gugur demi membela  Rasulullah dan Islam.

Peperangan kemudian usai sudah,  kemenanganpun direbut para tentara  Rasululloh.

Senja yang penuh dengan keberkahan saat itu ketika Rasullullah memeriksa satu persatu yang telah gugur di jalan Allah, sebagai Syuhadanya  Allah azza wa jalla.

Tidak berapa lama nampak dari kejauhan sosok pemuda yang bersimbah darah dengan luka bekas sabetan sabetan pedang,

Rasulullòh menghampiri jasad pemuda itu sambil meletakkan kepalanya di pangkuan manusia agung ini seraya memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.

"Bukankah Engkau Zahid yang hendak menikah malam ini? tapi engkau memilih keridhoan Allah, berjihad bersamaku?."

Tak lama kemudian Rasulull9h ter senyum dan memalingkan muka ke sebalah kiri karna malu,

karena ada sesosok bidadari cantik jelita dari Surga menjemput Ruh Mulia pemuda ini, namun tersingkap kakinya, sehingga nampak keindahan betisnya dan hal itu membuat Rasulullòh Malu.

Rasulullòh berkata, “Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

”Lalu Rasulullòh membacakan Al-Qur’an;

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka,

dan mereka berbahagia hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Ali Imran : 169-170)

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapikamu tidak menyadarinya.” (Al Baqarah : 154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun berkata, “Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”

Gunaydin,  sahabat semoga pagi ini adalah awal yg indah untuk memulai langkah perjalanan hari ini.
Dengan melabuhkan cinta pada sang rosul, niscaya kita akan dirindukan oleh surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar