Selasa, 28 Agustus 2018

Waliyullah dari Gresik

Diceritakan pada Suatu hari Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata :



“Kelak akan ada seorang muridku yang memiliki kekeramatan sama denganku namanya adalah Abu Bakar Assegaf.”

Akhirnya diketahui ternyata beliau adalah Sayyidina Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf wali quthub, asal Gresik.

Dikatakan bahwa maqom (kedudukan) Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf telah mencapai tingkat Shiddiqiyah Kubro. Maqom puncak di mana tidak ada lagi maqom di atasnya kecuali kenabian. Hal itu telah diakui oleh para wali yang hidup sezaman dengan beliau.

Al-Imam Al-Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar berkata :

“Demi fajar dan malam yang sepuluh dan yang genap dan yang ganjil. Sungguh Al-Akh Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah mutiara keluarga Segaf yang terus menggelinding (maqomnya) bahkan membumbung tinggi menyusul maqom-maqom para aslafnya (leluhurnya).”

Al Habib Alwi bin Muhammad Al-Haddad berkata :

“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang Quthb Al-Ghaust juga sebagai tempat turunnya pandangan (rahmat) ALLAH SWT.”

Al-Arif Billah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi pernah berkata di rumah Al-Habib Abu Bakar Assegaf di kala beliau membubuhkan tali ukhuwah antara beliau dengan Al-Habib Abu Bakar Assegaf, pertemuan yang diwarnai dengan derai air mata.

Habib Ali berkata kepada para hadirin ketika itu:

“Habib Abu Bakar ini adalah Raja Lebah (Rajanya para Wali di zamannya). Beliau adalah saudaraku di jalan ALLAH. Pandanglah beliau, karena memandang beliau adalah Ibadah.”

Al-Habib Husain bin Muhammad al-Haddad berkata :

“Sesungguhnya Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf adalah seorang khalifah. Beliau adalah penguasa saat ini, beliau adalah Pemimpin Para Wali di masanya, beliau telah berada pada Maqom As-Syuhud yang mampu menyaksikan (mengetahui) hakekat dari segala sesuatu.”

Di antara ucapan Al Quthb Al-Habib Abu Bakar Assegaf adalah :

“Jika seorang wali meninggal, mereka pasti mengangkat seseorang untuk menggantikannya, mewarisi hal (keadaan)nya dan menduduki kedudukannya. Jika pengganti yang terpilih belum memiliki kemampuan itu untuk menerima hal tersebut, mereka menitipkan hal tersebut kepada salah seorang wali sebagai wakil sampai sang pengganti mampu untuk membawa sirr tersebut.
Kadang-kadang Allah mengujinya dengan menggerakkan lisan masyarakat yang mengganggu harga dirinya, mencela dan menyakitinya sehingga keadaannya menjadi sempurna dan menjadi mampu membawa sirr tersebut. Saat itulah mereka berikan warisannya.”

Diriwayatkan bahwa beliau mengalami suatu penyakit yg parah hingga tampak bekas hitam di dada beliau. Hal ini dikarenakan beliau adalah Penyandang Bala’ bagi umat manusia. Beliau berkata, “Apa yang kalian lihat menimpa diriku sebenarnya bukanlah musibah, itu adalah kenikmatan di atas kenikmatan, aku merasakan kesenangan dan kelezatan dengannya. Sedangkan rintihan, keluhan yang kalian dengar dariku hanyalah sesuatu yang manusiawi, pengakuan atas kelemahanku dan kebutuhanku kepada Allah SWT. Sekarang aku menikmati dua kesenangan. Nikmat sabar dan syukur”

Beliau juga berkata,
“Saat aku sakit, Al-Musthofa SAW datang menjengukku dan aku dalam keadaan sadar (yaqodhoh).
Aku berpelukan dengan Beliau SAW di tempat ini (sambil menunjuk tempat yang biasa beliau duduki).

Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam juga pernah datang ke tempat ini setelah sholat Ashar dan aku dalam keadaan terjaga.
Aku sedang duduk di atas sajadah, tiba-tiba Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam datang diapit dua orang lain.

Salah seorang di antara mereka berkata :

“Kenalkah kau orang ini?”
Katanya seraya menunjuk orang yang di tengah.

“Tidak,” Jawabku.

“Beliau adalah kakekmu, Sayidina Al-Faqih Al-Muqoddam,” Kata orang itu.

Para auliya’ bersepakat bahwa Maqom Ijtima’ (bertemu) dengan Nabi SAW dalam waktu terjaga, adalah sebuah maqam yang melampaui seluruh maqom yang lain.
Hal ini tidak lain adalah buah dari mutaba’ah dzohir batin beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi SAW.

Beliau juga pernah berkata, “Aku adalah Ahluddarak, barang siapa yang memohon pertolongan ALLAH melaluiku, maka dengan izin ALLAH aku akan membantunya, barang siapa yang berada dalam kesulitan lalu memanggil-manggil namaku maka aku akan segera hadir di sisinya dengan izin ALLAH.”

Ijazah beliau :

Dalam acara rutinan rauhah 3 Jumadal Ula, 1355 H. Pada acara rauhah di Kediaman beliau di Gresik, al Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf menuntun orang-orang yang hadir di acara tersebut dengan kalimat jalalah berikut ini:

لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمنْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Setelah beliau menuntun hadirin dengan dzikir di atas beliau bercerita:

”Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang sholeh dia adalah al-Qodhi Abdullah al-Baghdadiy. Dia berkata : “Aku pernah melihat Nabi Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam di dalam mimpi dan beliau terlihat pucat sekali lalu aku berkata kepada Nabi Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam : “Kenapa engkau wahai Nabi, wajah engkau pucat sekali ?”

Lalu Nabi Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam menjawab : “Di malam ini telah meninggal 1.500 orang dari ummat-KU, dua dari mereka meninggal dalam keadaan iman dan sisanya meninggal tanpa membawa iman (su’ul khotimah).”

Aku berkata lagi kepada Nabi Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam : “lalu apa kiat-kiat dari engkau untuk orang-orang yang bermaksiat agar mereka meninggal dengan membawa iman?” Nabi Muhammad shalallahu a’laihi wa sallam berkata: “Ambilah kertas ini dan baca shalallahu a’laihi wa sallam, siapa orang membacanya dan membawanya lalu dia memindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( menyebarkan dan mengajarkan ) maka termasuk dari golongan-KU dan akan meninggal dalam keadaan membawa iman, akan tetapi siapa orang yang telah mendengarkannya dan dia tidak membacanya, tidak menyebarkannya maka dia lepas dari aku dan akupun lepas darinya.” Seketika itu aku langsung terbangun dari tidurku dan aku lihat kertas tersebut yang telah ada di genggamanku ternyata di dalamnya berisi tulisan yang penuh barokah, tulisan tersebut adalah :

بسم الله الرحمن الرحيم
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَوْجُودْ فِيْ كُلِّ زَمَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْبُودْ فِيْ كُلِّ مَكَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَذْكُورْ بِكُلِّ لِسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْمَعْرُوفْ بِاْلاِحْسَانْ
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْن
لَا اِلَهَ اِلَّا اللهْ اَلْأَمَانْ اَلْأَمَانْ مِنْ زَوَالِ الْاِيْمَانْ
وَمِنْ فِتْنَةِ الشَّيْطَانْ، يَا قَدِيْمَ الْاِحْسَانْ
كَمْ لَكَ عَلَيْنَا مِنْ إِحْسَانْ،
اِحْسَانُكَ الْقَدِيمْ ,يَا حَنَّانْ يَا مَنَّانْ،
يَا رَحِيمُ يَا رَحْمَانْ, يَا غَفُورُ يَا غَفَّارْ، اِغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينْ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ.

Berkah beliau semoga kita dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang husnul khotimah dan kelak dikumpulkan bersama sayyidi ahlil jannah Rasulullah shalallahu alaihi wa Wasallam. Amin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar