Hal hal yang perlu Perhatikan dan yang perlu dihindari oleh orang tua dan guru, sebagai pendidik.
Jadi orangtua itu harus tulus ikhlas merawat dan mendidik anak. Jangan ada niatan utk menjadikannya sebagai sandaran duniawi di masa depan. Sering kita jumpai, ada orangtua yg mengatakan : "saya merawat dan membiayai anak saya ini, supaya kelak ia juga merawat dan membiayai saya di saat tua". Pernyataan ini berbahaya, karena justru akan mendatangkan 3 fitnah (cobaan / hal negatif) utk sang anak :
1. Ia mati muda sblm bisa berbuat banyak utk kedua orangtuanya.
2. Ia hidup dalam kemiskinan, kegagalan dan kesusahan nan tak berujung. Sehingga kehidupannya justru turut membebani pikiran orangtua.
3. Ia menjadi orang kaya, terhormat, namun malah melupakan jasa orangtuanya. Alih-alih berbuat baik ke orangtua, ia justru meremehkan dan merendahkan orangtuanya sendiri. Tentu saja sakit hati, kecewa dan derita yg akan dirasa oleh orangtua.
Kenapa Allah menimpakan fitnah tersebut? Karena Allah ingin setiap orangtua itu tulus ikhlas dlm merawat dan mendidik anak, tanpa pamrih. Agar orangtua berpegang teguh, menggantungkan masa depan kehidupan hanya kepada Allah semata, bukan kpd makhluk (anaknya orangtua tsb).
Jangankan ucapan orangtua seperti contoh di atas. Bahkan _ngalem_ (memuji, membanggakan) anak secara berlebihan saat kecil, itupun juga dapat mendatangkan salah satu dari 3 fitnah di atas. Tak perlu jauh-2 mencari contoh. Saya sendiri mengalaminya. Anak saya yg nomor empat, namanya Abdullah, itu sering dipuji paklek buleknya, pakde budenya dll. Mereka bilang : "Lho, anak ini persis bapaknya. Mirip sekali. Kelihatan cerdas, cekatan, penuh bakat. Ini pasti yg akan menggantikan dakwah bapaknya kelak." Sering sekali dibilang begitu. Tidak lama, anak saya yg masih kecil itu jatuh sakit. Tak lama kemudian ia meninggal dunia. Ini nyata.
Karena itulah, sebagai orangtua, mari kita rawat dan didik anak-anak kita dengan niat menjalankan kewajiban dari Allah, niat ngopeni amanatnya gusti Allah, niat mencari ridlo Allah. Soal masa depan kita dan anak, biar Allah yang mengaturnya.
Tdk ada anak yg nakal. Yg ada adalah orangtua yg gagal mendidik anak. Tdk ada anak yg rewel, _ngeyelan_. Yg ada adalah orangtua yg tdk bisa menjadi teladan. Terkadang Allah SWT sengaja menjadikan anak kita nakal, susah diatur. Hal itu supaya kita mau instropeksi diri dan berusaha sekuat tenaga utk memperbaiki diri, sowan dan minta doa kpd kyai. Terkadang Allah SWT jadikan santri-santri kita nakal, sulit diatur. Hal itu agar kita sowan meminta nasehat & doa restu kpd guru-guru kita, kpd kyai yg lebih sepuh, agar kita termotivasi utk lebih giat shalat malam, membaca wirid, mendoakan para santri.
Khusnudhon lah kpd gusti Allah. Slalu ada hikmah di balik semua kebaikan & keburukan yg Dia berikan kpd kita.
***
Dipetik dari ceramah Kyai Haji Muhammad Imam Syairozi Sufyan (Pengasuh PP. Roudlotul Muta'allimin, Moropelang - Babat - Lamongan) dalam acara muwada'ah ribath Al Muhajirin I, Al Mubtadi-ien, Al Hadi I, Al Hadi II Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, 06 Mei 2018.
Diketik oleh: Abdul Haris Hasbullah
*****
in frame: Kyai Haji Muhammad Irfan Sholeh (Wakil Ketua Majelis Pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas) dan Kyai Haji Muhammad Imam Syairozi
Jadi orangtua itu harus tulus ikhlas merawat dan mendidik anak. Jangan ada niatan utk menjadikannya sebagai sandaran duniawi di masa depan. Sering kita jumpai, ada orangtua yg mengatakan : "saya merawat dan membiayai anak saya ini, supaya kelak ia juga merawat dan membiayai saya di saat tua". Pernyataan ini berbahaya, karena justru akan mendatangkan 3 fitnah (cobaan / hal negatif) utk sang anak :
1. Ia mati muda sblm bisa berbuat banyak utk kedua orangtuanya.
2. Ia hidup dalam kemiskinan, kegagalan dan kesusahan nan tak berujung. Sehingga kehidupannya justru turut membebani pikiran orangtua.
3. Ia menjadi orang kaya, terhormat, namun malah melupakan jasa orangtuanya. Alih-alih berbuat baik ke orangtua, ia justru meremehkan dan merendahkan orangtuanya sendiri. Tentu saja sakit hati, kecewa dan derita yg akan dirasa oleh orangtua.
Kenapa Allah menimpakan fitnah tersebut? Karena Allah ingin setiap orangtua itu tulus ikhlas dlm merawat dan mendidik anak, tanpa pamrih. Agar orangtua berpegang teguh, menggantungkan masa depan kehidupan hanya kepada Allah semata, bukan kpd makhluk (anaknya orangtua tsb).
Jangankan ucapan orangtua seperti contoh di atas. Bahkan _ngalem_ (memuji, membanggakan) anak secara berlebihan saat kecil, itupun juga dapat mendatangkan salah satu dari 3 fitnah di atas. Tak perlu jauh-2 mencari contoh. Saya sendiri mengalaminya. Anak saya yg nomor empat, namanya Abdullah, itu sering dipuji paklek buleknya, pakde budenya dll. Mereka bilang : "Lho, anak ini persis bapaknya. Mirip sekali. Kelihatan cerdas, cekatan, penuh bakat. Ini pasti yg akan menggantikan dakwah bapaknya kelak." Sering sekali dibilang begitu. Tidak lama, anak saya yg masih kecil itu jatuh sakit. Tak lama kemudian ia meninggal dunia. Ini nyata.
Karena itulah, sebagai orangtua, mari kita rawat dan didik anak-anak kita dengan niat menjalankan kewajiban dari Allah, niat ngopeni amanatnya gusti Allah, niat mencari ridlo Allah. Soal masa depan kita dan anak, biar Allah yang mengaturnya.
Tdk ada anak yg nakal. Yg ada adalah orangtua yg gagal mendidik anak. Tdk ada anak yg rewel, _ngeyelan_. Yg ada adalah orangtua yg tdk bisa menjadi teladan. Terkadang Allah SWT sengaja menjadikan anak kita nakal, susah diatur. Hal itu supaya kita mau instropeksi diri dan berusaha sekuat tenaga utk memperbaiki diri, sowan dan minta doa kpd kyai. Terkadang Allah SWT jadikan santri-santri kita nakal, sulit diatur. Hal itu agar kita sowan meminta nasehat & doa restu kpd guru-guru kita, kpd kyai yg lebih sepuh, agar kita termotivasi utk lebih giat shalat malam, membaca wirid, mendoakan para santri.
Khusnudhon lah kpd gusti Allah. Slalu ada hikmah di balik semua kebaikan & keburukan yg Dia berikan kpd kita.
***
Dipetik dari ceramah Kyai Haji Muhammad Imam Syairozi Sufyan (Pengasuh PP. Roudlotul Muta'allimin, Moropelang - Babat - Lamongan) dalam acara muwada'ah ribath Al Muhajirin I, Al Mubtadi-ien, Al Hadi I, Al Hadi II Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, 06 Mei 2018.
Diketik oleh: Abdul Haris Hasbullah
*****
in frame: Kyai Haji Muhammad Irfan Sholeh (Wakil Ketua Majelis Pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas) dan Kyai Haji Muhammad Imam Syairozi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar