Minggu, 23 Februari 2025

Makna menghamba yang sebenarnya

Menghamba kepada Allah Secara Totalitas

Sobat gudang da'i, pernahkah Anda merenungkan makna hidup ini? Apakah kita hanya hadir di dunia untuk sementara waktu, lalu menghilang begitu saja? Ataukah ada tujuan yang lebih besar, yang melebihi kehidupan duniawi ini?

Sebagai seorang Muslim, kita meyakini bahwa hidup ini adalah perjalanan menuju Allah SWT. Setiap langkah yang kita ambil, setiap nafas yang kita hembuskan, seharusnya untuk menghamba kepada-Nya

Saudaraku, Al-Hasan Al-Bashri mengatakan,

"إن المؤمن يصبح حزينا ويمسي حزينا ولا يسعه غير ذلك، لأنه بين مخافتين: بين ذنب قد مضى لا يدري ما الله صانع فيه،  وبين أجل قد بقي، لا يدري ما يصيبه فيه من المهلك. ( الحسن البصري)

"Pada dasarnya seorang Mukmin itu merasa sedih setiap pagi dan sore hari, sebab dia berada di antara dua kekhawatiran: Khawatir atas perbuatan dosa yang telah lalu, ia tak tahu apa yang diputuskan Allah terhadapnya. Juga khawatir terhadap sisa waktu yang akan ia jalani,  ia tidak tahu petaka apa yang akan menimpanya."

(Al-Hasan Al-Bashri)

Dari Sahl bin Sa’d bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Jibril mendatangiku lalu berkata, “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.”

Kemudian dia berkata, “Wahai Muhammad! Kemuliaan seorang Mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari untuk shalat malam dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” 

(HR Ath-Thabarani, Abu Nu’aim, dan Al- Hakim)

Saudaraku,
Nasihat yang bisa kita petik dari hadits ini di antaranya adalah: _Pertama,_ "hiduplah sesukamu karena sesungguhnya kamu akan mati." Nasihat tersebut memiliki makna agar kita senantiasa mengingat kematian, menghilangkan ketamakan atas tipu daya kesenangan duniawi dan mengisi kehidupan dengan amal kebaikan...

Kedua, cintailah siapapun dan apapun yang kita suka karena sesungguhnya kita akan berpisah dengannya. Allah Azza wa Jalla memberikan keleluasaan untuk mencintai segala bentuk ciptaan-Nya, tentu dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya...

Ketiga, berbuatlah sesukamu karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya. “Berbuatlah sesukamu” memiliki makna bahwa manusia bebas melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk sesukanya. Akan tetapi, semuanya akan berakhir saat kematian datang, ada perhitungan dan pembalasan di akhirat...

Keempat, kemuliaan seorang Mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari menunaikan shalat _qiyamul lail._ Ketinggian dan kehormatan orang beriman bukan dilihat dari kedudukan jabatan, keturunan, kekuasaan, dan harta yang dimilikinya, melainkan dari usahanya menghidupkan malam dengan mengikhlaskan diri untuk melakukan shalat Tahajud, berdzikir, dan membaca Al Qur'an...

Kelima, keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia. Kekuatan, keperkasaan, dan keunggulan orang Mukmin dari orang lain bukanlah besarnya badan dan kuatnya fisik seseorang, melainkan ketercukupannya dengan apa yang dikaruniakan Allah Azza wa Jalla kepadanya dan ketidakbutuhannya terhadap apa yang ada di tangan manusia. Jalan liku hidup dan matinya dengan penuh totalitas diserahkan kepada Allah Azza wa Jalla...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mengabdi dan menghamba kepada Allah Azza wa Jalla secara totalitas untuk meraih ridha-Nya.

Kamis, 30 Januari 2025

Penghalang Masuk Surga

Cinta Dunia Penghalang Surga


Sobat gudang da'i,Seringkali karena terbiasa dengan kenikmatan dunia membuat kita tidak siap menghadapi berbagai ujian dan kesabaran pun menjadi pendek. Padahal tidak boleh berkhayal bisa masuk surga sementara kita ingin selalu menikmati dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” 

(QS. Al Baqarah: 214)

Sobat gudang da'i,Kehidupan berjalan seperti rotasi bumi mengitari matahari, berpindah tempat, mengikuti gerakan siang dan malam, mengalami pasang surut. Semua mengalami perubahan, meskipun perubahan tidak selalu menguntungkan, tapi inilah lakon yang harus dijalani. Segala sesuatu ada masanya. Semua yang bermula pasti ada masanya akan berakhir. Ada masa lahir ada masa akan meninggal, ada pertemuan ada pula perpisahan...

Kita tidak bisa mengetahui semua jawaban dan misteri hidup. Pencarian yang tiada akhir untuk suatu jawaban yang tidak bisa kita rasakan dengan kebutuhan fisik dan emosi. Kita semua akan mengalami yang namanya masa transisi. Ada masa untuk menangis, tapi ada juga masa untuk menikmati peristiwa senyum menggembirakan. Ada masa untuk perang, ada masa untuk damai. Ada masa untuk mencari, ada  masa untuk membiarkan kehilangan. Ada masa untuk menyimpan, ada masa untuk membuang. Ada masa sakit dan ada masa penyembuhan, ada masa untuk merombak  dan ada masa untuk membangun. Masa tersebut semuanya berasal dari kedaulatan Allah Azza wa Jalla...

Saudaraku,Kita memang tidak pernah menuntut untuk dilahirkan, kita pun tidak meminta berakhir pada kematian. Kita semua mengalami proses perubahan, dari anak menjadi remaja, dewasa lalu tua. Kita seperti melakoni suatu peranan penting dalam hidup. Setiap peran tentu memiliki tugas dan membuahkan pembelajaran...

Ketika masa berpindah menjadi seorang pemimpin, tentu tidak harus berlaku semena-mena terhadap bawahan. Menjadi seorang pemimpin harus peka pada perubahan, bak seorang ksatria tentu saja berada di barisan paling depan ketika masalah menghadang, bukan malah bawahan dikorbankan dan dikambinghitamkan. Menjadi bawahan, tidak harus menjadi pembisik ulung di telinga pimpinan, lalu sengaja menjadikan diri seperti kompor gas dan kipas angin, yang akan siap membakar menghancurkan...

Saudaraku,Makin bertambah usia, menjadikan kita manusia yang mampu menempatkan diri dalam posisi yang semestinya. Tak perlu merasa hebat sendirian, tak perlu takut ketika ditinggalkan, tak harus putus asa saat gagal, tak harus lupa di tengah keberhasilan. Akan ada masa kita berada di posisi tertekan. Menjadi suruhan, menjadi orang yang tak dihargai akan setiap pekerjaan yang kita lakukan. Selama proses kehidupan berjalan, kita akan merasakan memilih dan menerima. Ada saat di mana kita dihadapkan pada keputusan yang sulit, ada masanya kita tidak bisa memilih. Ada waktu ketika kita butuh memeluk orang lain untuk menunjukkan dukungan kita. Tapi ada waktu ketika harus menolak memeluk mereka, karena dukungan kita akan disalah-gunakan...

Pergumulan batin menjalani dari satu masa ke masa berikutnya, tentu tidaklah mudah, memerlukan kesabaran dan keteguhan...

Hidup ibarat tangga yang terus naik. Dan setiap tangga yang kita naiki adalah sebuah ilmu, pengalaman, umur dan kedewasaan yang akan terus bertambah seiring perjalanan waktu. Dan pada saatnya nanti, cepat atau lambat tangga yang kita naiki akan rapuh, seakan tidak kuat lagi menopang beban kita, hingga akhirnya jatuh ke bawah. Hidup hanya sementara, persiapkan diri kita sebaik-baiknya. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan di mana kita akan jatuh ke bawah...

Bersabar di kala sulit, berbagi ketika ada, akan terasa indah karena saling melengkapi. Karena itu, jangan terlalu sedih ketika semuanya pergi, hilang dan terjatuh. Semua akan kita sikapi dengan sabar dan syukur pada masanya...

Saudaraku,Sesungguhnya berbagai ujian dari Allah Azza wa Jalla yang membuat kita semakin lebih dekat dan cinta dengan-Nya itu jauh lebih baik daripada nikmat yang membuat kita lalai dari-Nya...

Saudaraku,Salamah bin Dinar rahimahullah berkata,

‏شيئان إذا عمِلت بهما أصَبْت بهما خير الدنيا والآخرة

تعمل ما تكره إذا أحبَّه اللَّه، وتترك ما تحب إذا كرهه اللَّه

"Ada dua perkara yang jika engkau lakukan maka engkau akan meraih kebaikan dunia dan akhirat; engkau melakukan apa yang tidak engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla mencintai

Minggu, 27 Oktober 2024

Hikmah Sumpah Pemuda

MEMETIK HIKMAH PERISTIWA SUMPAH PEMUDA


Sahabat gudang da'i yang dirahmati Allah, tanggal 28 Oktober pada setiap tahunnya adalah momen Sumpah Pemuda, tanggal yang menjadi saksi akan semangat cita-cita berdirinya Indonesia. Sejarah pengucapan ikrar pada hari tersebut menjadi harapan akan kesadaran kebangsaan.

Istilah  “Sumpah Pemuda”  adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 oktober 1928 di Jakarta. Keputusan ini diimpikan menjadi asas atau pondasi bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia.

Saudaraku,Peristiwa ini tentu menjadi histori yang menunjukan bahwa ikrar sumpah tersebut berangkat dari kesadaran hati akan loyalitas, cinta, serta pengorbanan untuk negara Indonesia ini.

Lalu pelajaran apa yang kita bisa ambil? Hikmah apa yang kita bisa petik? Terlebih bagi seorang muslim, ia dituntut untuk dapat menimba _Ibrah_ (pelajaran) dari peristiwa apapun.

Ibnu Abi Al-Hadid dalam kitabnya “Syarah Nahjul Balaghah” menuturkan:

المؤمن إذا نظر اعتبر،وإذا سكت تفكر،وإذا تكلم ذكر

“Seorang mukmin itu apabila melihat sesuatu dapat mengambil pelajaran, apabila diam dia sedang tafakur, apabila berbicara ia berdzikir.” 

(Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi Al-Hadid, 20/280)

Saudaraku,Sumpah ( _mitsaq_) secara bahasa yakni kata yang berasal dari وثق yang bermakna akad ( _‘aqdun_) dan penguatan ( _ihkam_). Sehingga yang dimaksud dengan _mitsaq_  (ميثاق) adalah ikrar, komitmen, atau janji yang kokoh lagi solid. 

(Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 6/85)

Sedangkan _mitsaq_  secara istilah adalah ikrar atau akad yang meyakinkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Bakar Al-Jashash:

وَالْمِيثَاقُ هُوَ ‌الْعَقْدُ ‌الْمُؤَكَّدُ إمَّا بِوَعِيدٍ أَوْ بِيَمِينٍ

“Mitsaq adalah akad yang meyakinkan, baik dengan peringatan maupun  sumpah.” 

(Ahkam Al-Qur’an, Al-Jashash, 1/47)

Definisi ini juga dikuatkan oleh Abu Ja’far Ath-Thabari dalam karyanya “Jami’ Al-Bayan” beliau menjelaskan;

الميثاق من الوثيقة، إما بيمين، وإما بعهد أو غير ذلك ‌من ‌الوثائق

“Mitsaq adalah sesuatu yang kuat, kokoh, atau kukuh, baik itu dengan janji atau hal lain semacamnya dari wasaiq.” 

(Jami’ Al-Bayan, Abu Ja’far Ath-Thabari, 2/156)

Perlu diketahui bahwa setiap sumpah janji itu mempunyai konsekuensi yang harus direalisasikan. Apa artinya sumpah jika tidak ada konsekuensi yang ditunaikan. Yaitu ikrar kita kepada bangsa dan negara untuk menjaganya sesuai dengan isi Sumpah Pemuda dan ini juga merupakan indikasi bukti cinta akan tanah air.

Saudaraku,Bukti cinta kita kepada tanah air ini adalah dengan berkarya, berbuat yang terbaik untuk negeri ini dengan ikhlas hanya mengharapkan ridha-Nya. Karena sejatinya, semakin kita mengharap ridha-Nya, kelak Allah Azza wa Jalla semakin menjaga, merahmati dan memakmurkan bumi Indonesia ini. Karena tidak ada penjagaan yang paling baik selain penjagaan Allah Azza wa Jalla.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita semua untuk tetap istiqamah senantiasa menunaikan sumpahnya  memakmurkan bumi tercinta ini untuk meraih ridha-Nya.

Jumat, 25 Oktober 2024

Orang yang Adil adalah

Cara menempatkan diri menurut Agama Islam


Sahabat gudang da'i yang cintai Allah,Seringkali karena terbiasa dengan kenikmatan dunia membuat kita tidak siap menghadapi berbagai ujian dan kesabaran pun menjadi pendek. Padahal tidak boleh berkhayal bisa masuk surga sementara kita ingin selalu menikmati dunia. Allah Azza wa Jalla berfirman,

أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم ۖ مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّىٰ يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَىٰ نَصْرُ اللَّهِ ۗ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” 

(QS. Al Baqarah: 214)

Saudaraku,Sedalam apapun jurang, pasti ada dasarnya⁣. Seberat apapun ujian, pasti ada jalan keluarnya⁣. Ingatlah janji Allah Azza wa Jalla, bahwa Dia tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya⁣...

Sebab Allah Azza wa Jalla itu Maha Adil, Ia tahu betul kapasitas setiap hamba-Nya dalam menghadapi ujian. Apapun cobaan yang menimpa kita saat ini, Allah Azza wa Jalla tahu kita mampu melewatinya.⁣..

Saudaraku,Ingatlah bagaimana Allah Azza wa Jalla menolong Nabi Yunus 'alaihi sallam ketika terjebak dalam perut ikan, atau bagaimana menakjubkannya pertolongan Allah Azza wa Jalla kepada Maryam ketika ia menghadapi ujian fitnah yang luar biasa dahsyat, sampai membuatnya berpikir lebih baik ia mati dan terlupakan daripada harus menanggung beban begitu berat⁣.

Tapi Allah Azza wa Jalla Maha Menepati Janji. Ia pasti menolong hamba-Nya selama hamba tersebut _tawakkal_ (berserah diri) terhadap segala ketetapan-Nya⁣.

Saudaraku,Makin bertambah usia, menjadikan kita manusia yang mampu menempatkan diri dalam posisi yang semestinya. Tak perlu merasa hebat sendirian, tak perlu takut ketika ditinggalkan, tak harus putus asa saat gagal, tak harus lupa di tengah keberhasilan. Akan ada masa kita berada di posisi tertekan. Menjadi suruhan, menjadi orang yang tak dihargai akan setiap pekerjaan yang kita lakukan. Selama proses kehidupan berjalan, kita akan merasakan memilih dan menerima. Ada saat di mana kita dihadapkan pada keputusan yang sulit, ada masanya kita tidak bisa memilih. Ada waktu ketika kita butuh memeluk orang lain untuk menunjukkan dukungan kita. Tapi ada waktu ketika harus menolak memeluk mereka, karena dukungan kita akan disalah-gunakan.

Hidup ibarat tangga yang terus naik. Dan setiap tangga yang kita naiki adalah sebuah ilmu, pengalaman, umur dan kedewasaan yang akan terus bertambah seiring perjalanan waktu. Pada saatnya nanti, cepat atau lambat tangga yang kita naiki akan rapuh, seakan tidak kuat lagi menopang beban kita, hingga akhirnya jatuh ke bawah. Hidup hanya sementara, persiapkan diri kita sebaik-baiknya. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan di mana kita akan jatuh ke bawah...

Bersabarlah di kala sulit, berbagilah ketika ada, akan terasa indah karena saling melengkapi. Karena itu, jangan terlalu sedih ketika semuanya pergi, hilang dan terjatuh. Semua akan kita sikapi dengan sabar dan syukur pada masanya...

Saudaraku,Salamah bin Dinar rahimahullah berkata,

‏شيئان إذا عمِلت بهما أصَبْت بهما خير الدنيا والآخرة

تعمل ما تكره إذا أحبَّه اللَّه، وتترك ما تحب إذا كرهه اللَّه


"Ada dua perkara yang jika engkau lakukan maka engkau akan meraih kebaikan dunia dan akhirat; engkau melakukan apa yang tidak engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla mencintainya, dan engkau tinggalkan apa yang engkau sukai jika Allah Azza wa Jalla membencinya."

(Al Ma’-rifah wat Tarikh, jilid 1 hlm. 381)

Saudaraku,Teruslah beramal karena Allah Azza wa Jalla, agar peluh kita tak sia-sia. Agar lelah kita menjadi _lillah_ (karena Allah). Jangan kita hentikan amal kita karena berlinang air mata kecewa yang menghadang jalan kita. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tak pernah luput hitungan-Nya. Ia akan senatiasa meninggikan setiap hamba-Nya yang senantiasa berihtiar hingga jatuh bangun menyempurnakan pengabdian pada-Nya...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah berihtiar menyempurnakan pengabdian kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya..

Sukses dalam Islam

Makna Sukses dalam Islam


Sahabat gudang da'i yang dirahmati Allah SWT,Setiap manusia tentunya ingin meraih kesuksesan. Islam adalah agama yang menuntun umatnya untuk menjadi orang-orang yang sukses. Tidak hanya sukses di dunia namun juga sukses di akhirat. Untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat itu, Allah Azza wa Jalla juga telah memberikan petunjuk yang lengkap yaitu Al-Qur’an...

Di dalam Al-Qur’an banyak ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang kesuksesan dan orang-orang sukses. Ternyata sukses menurut manusia berbeda dengan sukses menurut Allah Azza wa Jalla. Jika manusia mendapatkan harta dunia yang berlimpah, rumah megah, mobil mewah, apapun keinginan serba mudah, tentu bukan hanya itu ukuran sukses menurut Islam. Artinya, sungguh rugi orang yang mengira dirinya telah sukses dan dianggap manusia sebagai orang sukses dalam kehidupan di dunia, tapi ternyata ia termasuk orang yang gagal. Sukses yang sebenarnya, sejati, hakiki dan abadi adalah sukses menurut Allah Azza wa Jalla dalam kitab-Nya, Al-Qur’an. Ibnul Jauzi dalam kitab _Shaidul Khatir_ menegaskan, barangsiapa yang merenungi akibat dari kehidupan dunia, niscaya ia akan hati-hati mengarunginya. Dan siapa yang meyakini panjangnya perjalanan akhirat maka ia akan mempersiapkan bekal perjalanan tersebut...

Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami uji mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” 

(QS. Thaha: 131)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا أَخَافُ عَلَيْكُمْ من بعدي ما يفتح عليكم من زهرة الدنيا و زينتها

“Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan pada diri kalian setelah peninggalanku ialah dibukakannya bunga dunia dan pernak-perniknya untuk kalian.” 

(HR. Bukhari, Muslim)

Saudaraku,Pesona dunia realitanya sanggup menenggelamkan iman dan menjadikannya sosok manusia kufur. Tak sedikit orang yang awalnya begitu kokoh keislamannya berubah arah hidupnya, bahkan rela menjual akhiratnya demi kebahagiaan semu yang sementara. Para _salafuna ash-shalih_ pun sering khawatir dengan ujian dunia, mereka banyak memberi nasihat berharga agar manusia selamat dari tipu daya dunia...

Dari Mush’ab bin ‘Umair, seorang Tabi’in dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,


الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya lagi, seorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” 

(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi)

Saudaraku,Di dunialah kita bisa merancang konstruksi rumah surga, karena habitat asli seorang Mukmin adalah jannah. Sesukses apapun kita di dunia, atau sekaya dan sekuasa apapun manusia, ia akan kembali akhirat. Sangat merugilah orang yang terbuai fatamorgana dunia dan menjadikan visi hidupnya bahwa dunia adalah segalanya. Jadikanlah dunia sebagai orientasi menuju akhirat.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya tanpa berniat yang lain selain meraih ridha-Nya...