Minggu, 28 September 2025

Belajar Ikhlas

BELAJARLAH MENGIKHLASKAN APAPUN YANG HILANG DAN APAPUN YANG LUPUT KITA RAIH

Gambar 3 Waliyullah, Habib Saggaf, KH. Mahrus Ali, dan Sayyid Muhammad Al-Maliki

Sobat gudang da'i, Jangan sekalipun kita bersedih ketika kehilangan sesuatu dan jangan membanggakan diri atas sesuatu apapun yang berhasil kita raih saat ini, Allah Azza wa Jalla berfirman,

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"Agar engkau tidak bersedih hati terhadap apa yang luput darimu dan jangan pula terlalu berbangga diri terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah Azza wa Jalla tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."(QS. Al Hadid: 23)

Dari perjalanan waktu, kita bisa belajar mana yang harus diperjuangkan, mana yang harus dipertahankan, mana yang harus dipilih dan mana yang harus diikhlaskan.

Jangan sampai kita memperjuangkan dan mempertahankan sesuatu dengan mati-matian urusan dunia, padahal akhirnya tidak bisa kita bawa sebagai bekal mati. Malah bersikap sombong dan berbangga dengan apa-apa yang sudah berhasil diraih bahkan dengan menghalalkan segala cara, korupsi, kolusi dan nepotisme dalam meraihnya. _Naudzubillah min dzalik._ Maka belajarlah untuk mengikhlaskan apapun yang hilang dan apapun yang luput kita raih.

Hakikatnya hidup berjalan di atas waktu, terkadang kita cuma perlu bersabar menjalaninya. Karena semua yang terikat dengan waktu pasti akan segera berlalu...

Jangan pernah melemah dalam beramal kebaikan, karena akan sangat bermanfaat bagi bekal kita di kehidupan akhirat kelak...

Sesungguhnya setiap amal kebaikan yang kita lakukan, sekecil apapun akan menghapuskan perbuatan-perbuatan buruk dosa yang pernah kita lakukan. Allah Azza wa Jalla berfirman,

‎إِنَّ الْحَسَنَـاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئـَاتِ 

"Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa perbuatan-perbuatan yang buruk."(QS. Hud: 114)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

وأتبع السيئة الحسنة تمحها

"Iringilah perbuatan dosa keburukan dengan amal kebaikan niscaya akan menghapus dosa keburukan itu."

(Hasan Shahih, HR. Ahmad 21354, at-Tirmidzi: 1987)

Setiap amal kebaikan yang kita lakukan, seringan apapun akan memperberat timbangan pada _Yaumul Mizan_ (hari penimbangan) yang menentukan berat mana amal kebaikan dan keburukan, layak dimasukkan surga ataukah neraka. Allah Azza wa Jalla berfirman,

فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآياتِنَا يَظْلِمُونَ

"Maka barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, mereka itulah orang yang beruntung, dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami."(QS. Al-A'raf: 8-9)

Selagi masih ada kesempatan untuk melakukan amal kebaikan maka lakukan dengan segenap kemampuan kita. Karena bagaimanapun dunia tempat beramal, dan akhirat adalah ladang perhitungannya...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ – حديث صحيح رواه مسلم

“Orang mukmin yang tangguh lebih baik dan lebih Allah cintai dibanding mukmin yang lemah dan pada keduanya terdapat kebaikan. Upayakanlah segala yang bermanfaat bagimu, dengan tetap meminta pertolongan dari Allah dan jangan pernah merasa lemah, tidak berdaya." Bila kita ditimpa sesuatu maka ucapkanlah: “ini adalah takdir Allah dan apapun yang Allah kehendaki pastilah terjadi,” karena sejatinya ucapan “andai” hanyalah membuka pintu godaan setan."(HR. Muslim)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senatiasa belajar mengikhlasan, dan melakukan amal-amal kebaikan untuk meraih ridha-Nya.

Jumat, 19 September 2025

Pertanggung jawabkan umurmu

UMUR BUKANLAH PEMBERIAN CUMA-CUMA DARI ALLAH

Sobat gudang da'i, Kesuksesan sesungguhnya yang kita upayakan selama ini bukanlah kesuksesan di dunia semata, namun juga di akhirat. Bahkan, itulah masa depan sesungguhnya. Kesuksesan manusia benar-benar bisa dilihat ketika sudah berada di akhirat. Sekaya apapun, sepintar apapun, atau sekuasa apapun seseorang di dunia, bila kekal di neraka, apa gunanya?!

Kehidupan akhirat adalah kehidupan sebenarnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت: 64)

"Tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda-gurau dan permainan saja. Sesungguhnya akhirat itulah kehidupan sebenarnya, jika saja mereka mengetahui." (QS. Al 'Ankabut: 64)

Sadariah setiap tarikan dan desahan nafas kita, saat kita menjalani waktu demi waktu, adalah merupakan langkah menuju kubur. Dan waktu yang kita jalani hidup di dunia ini, sebenarnya sangat singkat, karena itu sangat ruginya kita apabila kita menjalaninya dengan sesuatu yang tidak berharga.  Kita sia-sia kan waktu dan kesempatan hidup di dunia ini, dengan melakukan hal-hal yang tidak membawa kemaslahatan dunia akhirat kita.

Tiada suatu nafas yang terlepas dari kita, melainkan di situ pula ada takdir Allah Azza wa Jalla yang berlaku atas diri kita. Karena itu, hendaklah kita selalu menjaga, agar dalam setiap nafas kita, selalu kita upayakan dengan sekuat tenaga, agar kita tetap berada dalam keimanan dan ketaatan pada-Nya, serta jauh dari maksiat dan perbuatan dosa.

Banyak orang yang membuang-buang waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak berguna. Dan kebanyakan dari mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menyia-nyiakan waktu yang tidak akan mungkin kembali lagi.

Itulah hakikat perjalanan manusia di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dan sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta yang akan dipaparkan kepada Rabb kalian.” (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)

Umur bukanlah pemberian cuma-cuma dari Allah Azza wa Jalla. Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan mungkin kembali. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap pekan, setiap bulan hingga setiap tahun dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ، وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ

“Tidak akan bergeser kaki manusia di hari kiamat dari sisi Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya dalam apa ia gunakan, tentang masa mudanya dalam apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam apa ia belanjakan, dan tentang apa yang ia amalkan dari yang ia ketahui (ilmu).” 

(HR. At-Tirmidzi dari jalan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Lihat ash-Shahihah, no. 946)

Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata,

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْـمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لـِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لـِمَوْتِكَ

“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.” (HR. al-Bukhari no. 6416)

Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang?!

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menyiapkan bekal amal terbaik perjalanan menuju akhirat untuk meraih ridha-Nya.


Kamis, 11 September 2025

Atasi Gempuran Syahwat kita sendiri

JANGAN SAMPAI TERDEGRADASI OLEH GEMPURAN GODAAN SYAHWAT DUNIAWi


Sobat gudang da'i, Demonstrasi beberapa waktu yang lalu berujung kerusuhan di Nepal semakin mencekam. Pembakaran yang dilakukan massa berujung kematian isteri mantan PM Jhala Nath Khanal tewas setelah terbakar hidup-hidup ketika rumahnya dibakar warga yang marah akibat larangan 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan X-, yang merembet ke kecaman pada pemerintah yang tidak mampu memberikan pilihan terbaik malah korup.

Saudaraku,Menjadi yang terbaik itu seringkali terlihat sulit, karena kita kerap terjebak memikirkan apa yang belum mampu kita lakukan. Jebakan yang menghadirkan keraguan sampai takut melangkah untuk menjadi berbeda dengan yang lain dan menang. Menjadilah yang terbaik di antara yang terbanyak, karena yang terbanyak belum tentu terbaik. Menjadi diri sendiri seutuhnya dan memberikan yang terbaik untuk yang lain adalah sebaik-baiknya manusia. Manusia yang paling banyak menebar kebermanfaatan bagi manusia lainnya,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." 

(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129. Dihasankan Syaikh Al Albani. Lihat Shahihul Jami’ No. 6662)

Berikanlah kebaikan itu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki tanpa harus menunda-nunda, karena yang terbaik adalah yang bisa kita berikan saat ini juga. Menjadikan yang sedikit lebih baik daripada menunda-nunda kebaikan yang besar... 

Menjadi manusia yang terbaik adalah yang paling bagus akhlaknya,

    إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

"Sesungguhnya  yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." 

(HR. Bukhari No. 3559, dari Ibnu Umar, Muslim No. 2321, dari Ibnu Amr. Ini lafaz Bukhari) 

Maka jagalah senantiasa akhlak kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai akhlak kita terdegradasi oleh gempuran godaan syahwat duniawi.

Sobat,Memang untuk menjadi yang terbaik, jalan apapun bisa ditempuh. Entah itu jalan yang benar ataupun jalan yang menyesatkan. Mulai dari yang jujur seperti berusaha meningkatkan kualitas diri tanpa kelicikan, keculasan dan kecurangan. Kita lihat dari sisi positifnya, menjadi yang terbaik itu perlu usaha, perjuangan, pengorbanan dan yang utama ridha Allah Azza wa Jalla. Ada yang mudah didapat hanya dengan sedikit usaha ada yang sulit didapat dan menuntut usaha yang keras. Jika didapat melalui cara-cara salah, licik, culas, curang, apa lagi menghalalkan segala cara, tidak hanya menjadikan itu sebagai perbuatan dosa, tapi jika suatu ketika terbongkar akan mencoreng kehormatan sendiri. Terkadang hukum masyarakat itu lebih kejam dari hukum tertulis. sedikit saja tercoreng hitam di wajah, _image_ seseorang akan luntur. Terlebih jika ia menjadi seorang pemimpin tidak amanah dan justru khianat, tidak lagi ada yang akan percaya lagi.

Sekalipun tidak terbongkar kelicikan, keculasan dan kecurangannya di dunia saat ini, ingatlah bahwa hukum akhirat menanti.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

« لاَ يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلاَ يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

"Tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya dan tidaklah lurus hatinya sehingga lurus lisannya."(HR. Ahmad)

Saudaraku,Kita harus berihtiar untuk senantiasa mengikuti kebenaran, menjauhkan diri dari para kaum pendusta kebenaran dalam situasi apapun dan dalam kondisi bagaimanapun.

▫️وقال ابن المعتز 

" اجتنِبْ مصاحبة الكذاب ، فإن اضطررت إليه فلا تصدّقه ، ولا تُعلِمه أنك تكذبه ، فينتقل عن وده ، ولا ينتقل عن طالمعت

 زهر الآداب: [٣٨٧/١]

▪️قال الحسن بن سهل

 " الكذاب لِصّ ؛ لأن اللص يسرقُ مالك ، والكذاب يسرقُ عقلك ؛ ولا تأمن مَنْ كذب لك ، أنْ يَكذِب عليك ، ومن اغتاب غيرَك عندك ، فلا تأمَنْ أن يغتابَك عند غيرك “. انتهى

 زهر الآداب: [٣٨٦/١]

Berkata Ibnul Mu'taz:

"Jauhkan diri dari berteman dengan pendusta, dan jika engkau sangat butuh kepadanya maka jangan engkau mempercayainya, dan jangan engkau tunjukkan bahwa dirimu mendustakannya, sehingga akan berpindah menjadi mencintainya, dan tidak akan lepas dari tabiatnya."(Zahrul Adab, 1/387)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa tidak terlalu membebani diri dalam melakukan amal terbaik, tapi menjadi yang terbaik di antara yang terbanyak dengan menebar kebermanfaatan kepada yang lain untuk meraih ridha-Nya.