Apakah Hukum mencari Berkah (tabarruk) Dengan cara cium tangan Orang Alim?
Mencium tangan orang alim itu bentuk penghormatan bukan penyembahan, dan ngalap berkah (tabarruk) dengan cara cium tangan orang alim merupakan tradisi yang baik, tradisi ini tidak bertentangan dengan syara'. Dalam kaidah jika tradisi itu baik dan tidak bertentangan dengan syara’ maka itu bagian dari islam meskipun tidak di temukan di zaman Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam
Dalam Al-Majmu' di anjurkan mencium tangan orang Sholeh, zuhud, alim dan semisalnya, bahkan pemahaman saya tidak mencium tangan orang alim itu makruh sebab dalam tashil Al-thuruqoth disebutkan :
Dalam riwayat Imam Abu Dawud bahwa Ibnu Umar RA pernah mencium tangan Rasulullah SAW.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA bahwa ia pernah ikut dalam salah satu pasukan infantri Rasulullah SAW kemudian ia menuturkan sebuah kisah dan berkata: “Kemudian kami mendekati Nabi SAW dan mengecup tangannya,” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah-Kuwait, al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Dar as-Salasil, cet ke-2, juz, XIII, h. 131)
Disunahkan mencium tangan laki-laki yang saleh, zuhud, alim, dan yang semisalnya dari ahli akhirat. Sementara mencium tangan seseorang karena kekayaannya, kekuasaan dan kedudukannya di hadapan ahli dunia dan semisalnya, hukumnya adalah makruh dan sangat dibenci, (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Kairo, Darul Hadits, 1431 H/2010 M, juz, VI, h. 27).
az-Zaila’i dalam kitab Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq, menuturkan
Syaikh al-Imam Syamsul A`immah as-Sarakhsi dan sebagian ulama yang belakangan memberikan rukhshah dengan membolehkan mencium tangan orang yang alim atau wara` dengan tujuan untuk bertabarruk, (Lihat az-Zaila’i, Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq, Kairo, Darul Kutub al-Islami, 1313 H, juz, VI, h. 25).
Mencium tangan orang alim itu bentuk penghormatan bukan penyembahan, dan ngalap berkah (tabarruk) dengan cara cium tangan orang alim merupakan tradisi yang baik, tradisi ini tidak bertentangan dengan syara'. Dalam kaidah jika tradisi itu baik dan tidak bertentangan dengan syara’ maka itu bagian dari islam meskipun tidak di temukan di zaman Nabi Shollallahu 'alaihi Wasallam
ما راه المسلمون حسنا فهو عند الله حسن
Dalam Al-Majmu' di anjurkan mencium tangan orang Sholeh, zuhud, alim dan semisalnya, bahkan pemahaman saya tidak mencium tangan orang alim itu makruh sebab dalam tashil Al-thuruqoth disebutkan :
وضابط المكروه عكس ما ندب كذالك الحرام عكس ما يجب
Dalam riwayat Imam Abu Dawud bahwa Ibnu Umar RA pernah mencium tangan Rasulullah SAW.
وَرُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَا رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ قِصَّةً قَال : فَدَنَوْنَا مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْنَا يَدَهُ
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA bahwa ia pernah ikut dalam salah satu pasukan infantri Rasulullah SAW kemudian ia menuturkan sebuah kisah dan berkata: “Kemudian kami mendekati Nabi SAW dan mengecup tangannya,” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu`unul Islamiyyah-Kuwait, al-Mawsu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, Kuwait-Dar as-Salasil, cet ke-2, juz, XIII, h. 131)
يُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الرَّجُلِ الصَّالِحِ وَالزَّاهِدِ وَالْعَالِمِ وَنَحْوِهِمْ مِنْ اَهْلِ الآخِرَةِ وَأَمَّا تَقْبِيلُ يَدِهِ لِغِنَاهُ وَدُنْيَاهُ وَشَوْكَتِهِ وَوَجَاهَتِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا بِالدُّنْيَا وَنَحْوِ ذَلِكَ فَمَكْرُوهٌ شَدِيدَ الْكَرَاهَةِ
Disunahkan mencium tangan laki-laki yang saleh, zuhud, alim, dan yang semisalnya dari ahli akhirat. Sementara mencium tangan seseorang karena kekayaannya, kekuasaan dan kedudukannya di hadapan ahli dunia dan semisalnya, hukumnya adalah makruh dan sangat dibenci, (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Kairo, Darul Hadits, 1431 H/2010 M, juz, VI, h. 27).
az-Zaila’i dalam kitab Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq, menuturkan
وَرَخَّصَ الشَّيْخُ الْإِمَامُ شَمْسُ الْأَئِمَّةِ السَّرَخْسِيُّ وَبَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ تَقْبِيلَ يَدِ الْعَالِمِ أو الْمُتَوَرِّعِ على سَبِيلِ التَّبَرُّكِ
Syaikh al-Imam Syamsul A`immah as-Sarakhsi dan sebagian ulama yang belakangan memberikan rukhshah dengan membolehkan mencium tangan orang yang alim atau wara` dengan tujuan untuk bertabarruk, (Lihat az-Zaila’i, Tabyinul Haqa`iq Syarhu Kanzid Daqa`iq, Kairo, Darul Kutub al-Islami, 1313 H, juz, VI, h. 25).
اَللهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ وَذُرِّيَتِهٖ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar