Rabu, 10 April 2019

Setiap Mu'min harus Menyampaikan Nasehat

Hadits yang berhubungan dengan Keharusan Saling Nasehat Menasehati 

 عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تمِيْمِ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ ؟ قَالَ: لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، ولِرَسُوْلِهِ، وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak (untuk) siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak (untuk) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”.(Diriwayatkan oleh Muslim).

Syarah (Penjelasan Hadits)
Sabdanya “Agama adalah nasihat” merupakan kalimat yang global dan menyeluruh, yang menunjukkan pentingnya nasihat dalam agama Islam ini. Nasihat merupakan asas dan tiang agama ini. Dan termasuk ke dalamnya penjelasan dalam Hadits Jibril berupa penafsiran Islam, Iman, dan Ihsan. Dan Nabi menamakan tiga hal tersebut agama. Beliau bersabda, “Ini Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan kepada kalian (perkara) agama kalian”. Dan sabdanya ini menyerupai sabdanya dalam hadits lain, “Haji adalah Arafah“. Beliau sebutkan demikian karena wukuf di Arafah merupakan rukun yang terbesar dalam ibadah haji, yang ibadah haji tidak sah tanpanya.
Disebutkan dalam (kitab) Mustakhraj Abi ‘Awanah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulang-ulang kalimat ini tiga kali. Dan dalam Shahih Muslim tanpa pengulangan. Tatkala para sahabat mendengar nabi mengucapkannya dengan penuh perhatian, dan sampai mencapai kedudukan yang begitu tingginya dalam Islam, mereka pun berkata, “(Hak) untuk siapa wahai Rasulullah?”. Beliau pun menyebutkan lima perkara yang disebutkan dalam hadits ini. Dan telah dijelaskan pula oleh sebagian besar para ulama tentang penafsiran makna hadits ini. Dan dari penjelasan para ulama yang terbaik dalam hal ini adalah apa yang dijelaskan oleh Abu ‘Amr Ibnush Shalahdalam kitabnya yang berjudul “Shiyanatu Shahihi Muslim, minal Ikhlaali wal Ghalath, wa Himayatuhu minal Isqaathi was Saqath” (halaman 223-224), beliau berkata,
“Dan nasihat merupakan kata yang global dan menyeluruh, yang mengandung arti bahwa si penasihat sangat memberikan perhatian penuh terhadap orang yang dinasihatinya agar ia mempraktekkan semua bentuk kebaikan dari segala sisinya, baik berupa keinginan (niat) ataupun perbuatan.
Maka, maksud dari nasihat untuk Allah adalah; mentauhidkannya, menyifatinya dengan sifat yang sempurna dan mulia, menyucikannya dari sifat-sifat yang bertentangan dengan kesempurnaan dan kemuliannya, tidak bermaksiat kepada-Nya, melakukan ketaatan kepada-Nya dan melaksanakan apa-apa yang dicintai-Nya dengan ikhlas, mencintai karena-Nya dan membenci karena-Nya, berjihad melawan orang-orang yang kafir dan membangkang kepada-Nya, dan mengajak dan menganjurkan (orang lain) untuk berjihad orang-orang yang kafir dan membangkang kepada-Nya.
Adapun maksud dari nasihat untuk kitab-Nya adalah; beriman kepadanya, mengagungkannya, menyucikannya, membacanya dengan bacaan yang benar. Memperhatikan perintah-perintah dan larangan-larangannya, berusaha memahami ilmu-ilmunya dan perumpamaan-perumpamaannya, meresapi kandungan ayat-ayatnya dan mendakwahkannya, dan mencegah usaha orang-orang yang ingin merubahnya dan mencelanya.
Adapun maksud dari nasihat untuk Rasul-Nya, maka seperti itu pula dan mendekatinya. Yaitu; beriman kepadanya dan kepada apa-apa yang ia bawa (berupa risalah Islam ini), menghormati dan mengagungkannya, senantiasa berpegang teguh dengan ketaatan kepadanya, menghidupkan sunnah-nya, menyebarluaskan ilmunya, memusuhi orang yang memusuhinya dan memusuhi sunnah-nya, mencintai dan berloyalitas terhadap orang yang mencintainya dan mencintai sunnah-nya, berakhlak dengan akhlaknya, beradab dengan adabnya, mencintai keluarganya dan para sahabatnya, dan semisalnya.
Adapun maksud dari nasihat untuk para pemimpin kaum Muslimin adalah; membantu dan menolong mereka dalam al-haq dan ketaatan kepada mereka, mengingatkan mereka (di saat mereka lalai) dengan cara yang baik dan lemah lembut, tidak berdemonstrasi atau melawan kepada mereka, mendoakan mereka agar mereka diberi taufiq (oleh Allah), dan menganjurkan atau mengajak orang-orang yang menginginkan kebaikan agar mendoakan mereka.
Adapun maksud dari nasihat untuk kaum muslimin secara umum (selain para pemimpin mereka) adalah; membimbing mereka untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan maslahat bagi mereka, mengajarkan mereka perkara agama mereka, menutupi aurat mereka, menutupi aib dan kekurangan mereka, menolong dan membantu mereka melawan musuh-musuh mereka, membela mereka, menjauhkan segala bntuk penipuan dan hasad dari mereka, mencintai untuk mereka seperti ia suka mencintai untuk dirinya sendiri, membenci untuk mereka seperti ia tidak suka membenci untuk dirinya sendiri, dan yang serupa dengan itu”

Kitab:
Arba'in An-Nawawiyah
Hadist ke 7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar