Risalah Singkat Perjalanan Isra' Mi'raj
Perlu kita ketahui, bahwa peristiwa Isra' Mi'raj merupakan kejadian ghaib, dan sudah semestinya bagi seorang mu'min untuk beriman atau percaya akan perkara yang supranatural ini. Dalam artian, perkara yang tidak dapat diterangkan akal sehat atau di luar kodrat alam. Allah Swt. berfirman:
Alif laam miim.. kitab (al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Persoalan mendasar yang menimpa manusia pada saat ini, tatkala mereka menganggap apa yang mereka ketahui merupakan hal yang paling mutlak kebenarannya dan apa-apa yang tidak mereka ketahui merupakan hal yang pasti salah. Cara berpikir orang-orang semacam ini seolah-olah menggambarkan diri mereka yang terkungkung oleh lingkup ketidaktahuan mereka dengan menalar kejadian-kejadian yang diluar kemampuan kepala berdasarkan hawa nafsu mereka sebagai persoalan yang keliru dan wajib disalahi. Akibatnya, timbul dalam diri mereka dua kesesatan: yaitu penolakan terhadap perkara yang gaib dan penyangkalan akan ajaran para Nabi.
Allah Swt. menciptakan manusia dengan regenerasi berpikir yang berbeda-beda. Melalui pancaindra yang lima mereka meraba ciptaan Allah yang mahaluas, tentunya dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki sesuai pada masanya. Allah Swt berfirman:
"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
Dulu, manusia, kala melihat ke arah langit mereka mendapati rona biru yang ada sebagai pemandangan indah yang tiada duanya. Titik fokus mereka tertuju sebatas hanya pada birunya langit, tidak mengetahui bagaimana rona itu bermula dan menjadi. Makin kesini, akhirnya manusia mengetahui melalui eksperimen dan beberapa kajian yang mereka pelajari bahwa birunya langit hasil dari interaksi atmosfer bumi dan cahaya matahari, ketika cahaya matahari bertemu dengan medium lain, maka warna-warna yang ada akan menyebar lantas menghasilkan warna biru pada langit. Ksemuanya itu tentunya adalah sebab kuasa dan kemahabesaran Allah Swt dalam menciptakan semesta beserta isinya.
Abuya as-Sayyid Abdullah bin Muhammad Baharun menganalogikan kecengkalan manusia yang ngeyel dan super sok paling tahu ini dengan kisah kura-kura dan ikan-ikan di laut. Tatkala tuan kura kura, sebagai makhluk amfibi menjelaskan mara bahaya dan kengerian yang ada di darat kepada ikan-ikan di laut, yang notabenya tidak mengerti apa yang terjadi di atas permukaan sana; tentang kail yang akan menusuk rongga mulut mereka, tentang pasar yang akan menimbang berat-ringannya ukuran mereka, tentang mata uang yang menjadi tolak ukur harga mereka, tentang manusia, makhluk berkaki dua yang akan membeli dan membawa mereka ke rumahnya, tentang tungku dengan bara api yang siap memanggang tubuh mereka sampai mengering. Namun, kesemuanya itu ibarat hembusan angin yang bertiup dan sedikit pun tidak memberikan arti pada mereka. Akibatnya, saat terjerat perangkap, mereka tidak mampu melakukan apa apa, hanya bisa menyesali pembakangan yang mereka lakukan terhadap akhbar yang ditujukan pada mereka. Naudzubillah.
Melalui peristiwa Isra' Mi'rajnya baginda Nabi Muhammad Saw. ini seharusnya kita sadar, betapa tidak sebandingnya kita dengan kemampuan yang Allah miliki. Sebagaimana yang sebagian dari saudara-saudara kita tidak mengerti tentang kehendak dan kemampuan Allah untuk menjalankan Baginda Nabi dari Makkah menuju al-Quds, Palestina hanya dengan perjalanan pulang-pergi dalam kurun waktu semalam saja.
Tentang kelebihan yang ada pada Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai manusia yang sama seperti kita secara basyariah, namun memiliki pengistimewaan dari Allah Swt dengan diturunkan kepadanya wahyu-wahyu, petunjuk yang diberikan secara khusus. Begitu pula dengan ilmu-ilmu yang diberikan kepadanya tidaklah sama dengan pengetahuan yang diberikan kepada kita. Selanjutnya, tentang zaman yang berlalu dan yang akan datang, pun tempat yang pernah kita singgahi dan yang akan singgahi, kesemuanya itu perlu adanya iman/percaya pada persoalan yang gaib sebab ketidaktahuan kita.
Poin penting tentang perjalanan keimanan yang perlu kita ambil dari peristiwa ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Abuya as-Sayyid Abdullah Baharun, diantaranya;
1. Agar setiap manusia menyadari betapa minimnya pengetahuan mereka.
2. Percaya/iman dengan perkara yang gaib, yang tidak mereka ketahui dengan lima pancaindra mereka.
3. Membenarkan apa-apa yang datang dari para utusan Allah dan menerima apa yang mereka sampaikan.
Semoga Allah Swt memberikan keberkahan yang melimpah dari memperingati peristiwa Isra' Miraj ini kepada kita dan menambahkan keimanan kita pada Allah Swt. Waallhu'alam.
Oleh: Iqbal Nabil (Mahasiswa Tingkat Satu Universitas al-Ahgaff)
Perlu kita ketahui, bahwa peristiwa Isra' Mi'raj merupakan kejadian ghaib, dan sudah semestinya bagi seorang mu'min untuk beriman atau percaya akan perkara yang supranatural ini. Dalam artian, perkara yang tidak dapat diterangkan akal sehat atau di luar kodrat alam. Allah Swt. berfirman:
الم.. ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ .. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Alif laam miim.. kitab (al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Persoalan mendasar yang menimpa manusia pada saat ini, tatkala mereka menganggap apa yang mereka ketahui merupakan hal yang paling mutlak kebenarannya dan apa-apa yang tidak mereka ketahui merupakan hal yang pasti salah. Cara berpikir orang-orang semacam ini seolah-olah menggambarkan diri mereka yang terkungkung oleh lingkup ketidaktahuan mereka dengan menalar kejadian-kejadian yang diluar kemampuan kepala berdasarkan hawa nafsu mereka sebagai persoalan yang keliru dan wajib disalahi. Akibatnya, timbul dalam diri mereka dua kesesatan: yaitu penolakan terhadap perkara yang gaib dan penyangkalan akan ajaran para Nabi.
Allah Swt. menciptakan manusia dengan regenerasi berpikir yang berbeda-beda. Melalui pancaindra yang lima mereka meraba ciptaan Allah yang mahaluas, tentunya dengan keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki sesuai pada masanya. Allah Swt berfirman:
و مَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
Dulu, manusia, kala melihat ke arah langit mereka mendapati rona biru yang ada sebagai pemandangan indah yang tiada duanya. Titik fokus mereka tertuju sebatas hanya pada birunya langit, tidak mengetahui bagaimana rona itu bermula dan menjadi. Makin kesini, akhirnya manusia mengetahui melalui eksperimen dan beberapa kajian yang mereka pelajari bahwa birunya langit hasil dari interaksi atmosfer bumi dan cahaya matahari, ketika cahaya matahari bertemu dengan medium lain, maka warna-warna yang ada akan menyebar lantas menghasilkan warna biru pada langit. Ksemuanya itu tentunya adalah sebab kuasa dan kemahabesaran Allah Swt dalam menciptakan semesta beserta isinya.
Abuya as-Sayyid Abdullah bin Muhammad Baharun menganalogikan kecengkalan manusia yang ngeyel dan super sok paling tahu ini dengan kisah kura-kura dan ikan-ikan di laut. Tatkala tuan kura kura, sebagai makhluk amfibi menjelaskan mara bahaya dan kengerian yang ada di darat kepada ikan-ikan di laut, yang notabenya tidak mengerti apa yang terjadi di atas permukaan sana; tentang kail yang akan menusuk rongga mulut mereka, tentang pasar yang akan menimbang berat-ringannya ukuran mereka, tentang mata uang yang menjadi tolak ukur harga mereka, tentang manusia, makhluk berkaki dua yang akan membeli dan membawa mereka ke rumahnya, tentang tungku dengan bara api yang siap memanggang tubuh mereka sampai mengering. Namun, kesemuanya itu ibarat hembusan angin yang bertiup dan sedikit pun tidak memberikan arti pada mereka. Akibatnya, saat terjerat perangkap, mereka tidak mampu melakukan apa apa, hanya bisa menyesali pembakangan yang mereka lakukan terhadap akhbar yang ditujukan pada mereka. Naudzubillah.
Melalui peristiwa Isra' Mi'rajnya baginda Nabi Muhammad Saw. ini seharusnya kita sadar, betapa tidak sebandingnya kita dengan kemampuan yang Allah miliki. Sebagaimana yang sebagian dari saudara-saudara kita tidak mengerti tentang kehendak dan kemampuan Allah untuk menjalankan Baginda Nabi dari Makkah menuju al-Quds, Palestina hanya dengan perjalanan pulang-pergi dalam kurun waktu semalam saja.
Tentang kelebihan yang ada pada Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai manusia yang sama seperti kita secara basyariah, namun memiliki pengistimewaan dari Allah Swt dengan diturunkan kepadanya wahyu-wahyu, petunjuk yang diberikan secara khusus. Begitu pula dengan ilmu-ilmu yang diberikan kepadanya tidaklah sama dengan pengetahuan yang diberikan kepada kita. Selanjutnya, tentang zaman yang berlalu dan yang akan datang, pun tempat yang pernah kita singgahi dan yang akan singgahi, kesemuanya itu perlu adanya iman/percaya pada persoalan yang gaib sebab ketidaktahuan kita.
Poin penting tentang perjalanan keimanan yang perlu kita ambil dari peristiwa ini, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Abuya as-Sayyid Abdullah Baharun, diantaranya;
1. Agar setiap manusia menyadari betapa minimnya pengetahuan mereka.
2. Percaya/iman dengan perkara yang gaib, yang tidak mereka ketahui dengan lima pancaindra mereka.
3. Membenarkan apa-apa yang datang dari para utusan Allah dan menerima apa yang mereka sampaikan.
Semoga Allah Swt memberikan keberkahan yang melimpah dari memperingati peristiwa Isra' Miraj ini kepada kita dan menambahkan keimanan kita pada Allah Swt. Waallhu'alam.
اللهم بارك لنا في رجب و شعبان و بلغنا رمضان.
=====Oleh: Iqbal Nabil (Mahasiswa Tingkat Satu Universitas al-Ahgaff)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar