Kamis, 03 Januari 2019

Solawat Asyghil, Sejarah Singkat

Kita Harus Tau Sejarah (1)

Sholawat Asyghil merupakan shalawat yang populer dibaca oleh kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat NU dan kalangan pesantren. Hampir dalam setiap istighotsah, shalawat ini termasuk bacaan utama yang dilantunkan secara berjamaah.

 “Kita membaca Sholawat Asyghil agar Indonesia tetap aman, Indonesia tetap Ahlussunnah Wal Jamaah,” Dawuh Kiai Marzuki Mustamar dalam Istighotsah Kubro yang diselerenggarakan PWNU Jatim di Stadion Gelora Delta Sidoarjo pada Peringatan Hari Santri Nasional 2018.

Sholawat ini diajarkan oleh Habib Ahmad bin Umar al-Hiduan sebagai perwujudan tekad mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Nahdlatul Ulama, memperjuangkan Islam ala Ahlussunnah Wal Jamaah di Nusantara hingga NKRI tetap utuh berdiri. Berikut lafadz Sholawat Asyghil, yang semula diajarkan Habib Ahmad Bin Umar al-Hinduan Ba’alawiy:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَشْغِلِ الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِيْنَ وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

Allahumma sholli ‘ala sayyidina muhammad wa asyghilidz dzolimin bidz dzolimin wa akhrijna min bainihim salimin wa ‘ala alihi wa shohbihi ajma’in.

Artinya: “Ya Allah, berikanlah sholawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang dzolim dengan orang dzolim lainnya. Selamatkanlah kami dari kejahatan mereka. Dan limpahkanlah sholawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau.”

Menurut Sejarah Sholawat Asyghil, doa tersebut dipanjatkan oleh Imam Ja’far ash-Shadiq (wafat 138 H), salah seorang tonggak keilmuan dan spiritualitas Islam di awal masa keemasan umat Islam. Beliau hidup di akhir masa Dinasti Umawiyyah dan awal era Abbasiyyah yang penuh intrik dan konflik politik.

Shalawat ‘Asyghil’ ini juga dikenal dengan sebutan Shalawat ‘Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan Baalawy’ (wafat 1122 H). Dikarenakan Sholawat ini tercantum di dalam kitab kumpulan sholawat beliau, ‘al-Kawakib al-Mudhi’ah Fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah’. Namun beliau hanya mencantumkan, bukan mengarang redaksinya.

Sholawat ini pertama kalinya dipopulerkan di Indonesia melalui pemancar radio milik Yayasan Pesantren As-Syafi’iyyah yang diasuh ulama terkenal Betawi, KH Abdullah Syafi’i (almaghfurah, wafat 1406 H). Sholawat ini dibawakan dengan nagham (nada) yang sangat menyentuh hati, indah didengar dan terasa sejuk di hati pembaca dan pendengarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar