Rabu, 13 Agustus 2025

Kunci kesempurnaan

MENYADARI KETIDAKSEMPURNAAN MENJADIKAN MANUSIA SEMPURNA


Sahabat gudang da'i, Berusaha keras untuk mencari kesempurnaan hanya akan membuat hati menjadi tidak pernah tenang. Sulit untuk bersyukur, selalu dan selalu merasa kurang. Jika sudah berhasil mencapai yang diinginkan, ia akan terus menuju hal lain agar kepuasannya terpenuhi. Padahal, kesempurnaan bukanlah jawaban jika kita ingin hidup bahagia. Lebih baik terima dan syukuri dengan besar hati semua kekurangan dan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah kuat hingga saat ini tetap menjaga iman saat tertimpa musibah. Allah Azza wa Jalla berfirman,

مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن یُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ یَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun:11)

Sebenarnya, sempurna dan ketidaksempurnaan hanyalah ilusi yang dibuat berdasarkan kriteria sendiri. Sehingga rasa terima kasih pada diri dan senantiasa bersyukurlah yang akan membuat hati tenang. Maka dari itu, terima kekurangan diri dan lengkapi dengan kelebihan yang kita miliki.

Saudaraku, Terkadang kita lupa dan khilaf bahwa terlalu mengejar kesempurnaan hanya membuat kita menjauh dari kesempurnaan itu sendiri. Seringkali manusia terobsesi dengan kesempurnaan. Padahal ketidaksempurnaan adalah guru sekaligus sahabat yang baik. Justru dengan ketidaksempurnaan kita bisa menumbuhkan kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga menghargai mereka yang berada di sekitar kita.

Saudaraku, Dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki justru kita sempurna menjadi manusia. Manusia yang utuh, sempurna dan paripurna.

Terlebih jika untuk mendapatkan kesempurnaan itu, ada banyak hal berharga yang harus kita korbankan. Teman, keluarga, pencapaian kita sebelumnya, dan kepercayaan orang pada diri kita. Menjadi sempurna itu baik, tetapi lebih sempurna untuk terus menjadi manusia yang lebih baik lagi, dari hari demi hari. Marilah kita menjadi manusia yang sempurna dengan menyadari ketidaksempurnaan kita...

Saudaraku, Menyadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna mengajarkan kita untuk berproses lebih baik. Sedang terlalu mengejar kesempurnaan akan mengurangi syukur atas nilai kita sebagai manusia yang memang tak akan pernah bisa merasa sempurna.

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla berfirman,

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ  ۖ  وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۚ  قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur."(QS. As-Sajdah: 9)

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla yang Maha Rahman, mengulang-ulang kalimat mulia ini hampir 31 kali dalam Surat Ar-Rahman, tidak kah kita merasa diingatkan dengan itu, artinya dengan segala apapun yang terjadi wajibnya untuk menghindari kufur nikmat. Allah Azza Wa Jalla berfirman,

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"(QS. Ar-Rahman : 77)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita betapa penting dan wajibnya mensyukuri nikmat itu,

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, No. 5933)

Saudaraku, Dalam kondisi diberikan kesehatan dan waktu luang ternyata masih saja kita senantiasa mengeluh. Bahkan lebih banyak mengeluhnya daripada bersyukurnya. Bukti nyata tidak bersyukur dengan kesehatan dan waktu luang adalah tidak memanfaatkan kedua-duanya untuk istiqamah dan qana'ah melakukan amal kebaikan dengan sebaik-baiknya. Ketidaksempurnaan pada diri kita adalah bentuk ujian dari Allah Azza wa Jalla, apakah kita makin dekat dengan-Nya, apakah kualitas dan kuantitas amal ibadah kita makin meningkat, apakah keimanan dan ketakwaan kita semakin baik.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersyukur atas ketidaksempurnaan yang kita miliki untuk meraih ridha-Nya.

Sabtu, 02 Agustus 2025

Jadilah Hamba Yang Merdeka

MENJADI HAMBA YANG MERDEKA

Sahabat gudang da'i, Sesungguhnya fitrah manusia yang terlahir dari kandungan ibunya ke dunia ini adalah makhluk merdeka. Manusia diciptakan Allah Azza wa Jalla dengan fitrahnya yang bersih, yaitu berakidah dan bertauhid dalam arti kata manusia awal penciptaannya merupakan makhluk merdeka.

Istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut _al-Istiqlal._ Hari Kemerdekaan disebut _Id al-Istiqlal._ Hal ini merupakan bentuk penafsiran dari: 

التحرر والخلاص من القيد والسيطرة الاجنبية

_al-Taharrur wa al-Khalash min al-Qayd wa al-Saytharah al-Ajnabiyyah_ artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Dalam istilah lain disebutkan

القدرة على تنفيذ مع عدم القسر والعنف من الخارج

artinya kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.

Dengan kata lain kemerdekaan adalah bebas dari segala bentuk penindasan bangsa lain. Kata lain untuk makna ini adalah _Al-Hurriyyah._ Kata ini biasa diterjemahkan sebagai kebebasan. Dari kata ini terbentuk kata _al-Tahrir_ yang berarti pembebasan. Orang yang bebas/merdeka disebut _al-hurr_ lawan dari _al-‘abd_ (budak). Penggunaan kata kebebasan dalam konteks kaum Muslimin hari ini tampaknya kurang menyenangkan. Sebagian mereka memandangnya dengan sinis. Ini boleh jadi karena kebebasan seolah-olah menjadi milik khas Barat. Padahal al-Qur‘an selalu menyebutkan kata ini, dan bukan kata _al-Istiqlal.

Sahabat gudang da'i, Dalam teks-teks klasik _al-Hurriyyah;_ kebebasan amatlah populer dan terpuji. Akan tetapi makna-makna sebagaimana disebutkan di atas masih amatlah sederhana dan formalistik, masih semi merdeka ( _Syibh al-Hurriyyah/Istiqlal_). Kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 barulah gerbang dan pintu yang terbuka.

Kemerdekaan atau Kebebasan secara maknawi sejatinya adalah situasi batin yang terlepas dari segala rasa yang menghimpit, yang menekan dan yang menderitakan jiwa, pikiran dan gerak manusia baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Ada juga yang berpendapat bahwasannya Kemerdekaan adalah suasana hati yang damai, yang tenang terbukanya kehendak-kehendak dan harapan-harapan yang manis manusia.

Sahabat gudang da'i, Hakikat kemerdekaan merupakan merdeka dari menjadi hamba, dan budak hawa nafsu ketamakan, yakni budak dunia dan budak harta. Kalau kita masih diperbudak dunia dan harta maka sejatinya kita belum merdeka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، وَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ

"Celaka hamba budak dinar, Celaka hamba budak dirham." (HR. Al-Bukhari)

Sahabat gudang da'i, Dikisahkan bahwa seseorang pernah meminta nasehat kepada imam Syafi’i. Imam Syafi’i menjawab,

إن الله خلقك حرًّا؛ فكن كما خلقك!

“Sesungguhnya Allah telah menciptakanmu sebagai orang merdeka, maka jadilah sebagaimana Dia telah menciptakanmu.”(Manaqib As Syafi’i karya Imam Al Baihaqi: 2/197)

Kemerdekaan yang dimaksud oleh imam Syafi’i di atas tentunya bukan kemerdekaan dalam makna yang difahami kebanyakan orang, yaitu kebebasan tanpa batas serta jauh dari aturan-aturan syariat. Kemerdekaan yang di maksud adalah kemerdekaan dari penjajahan hawa nafsu, belenggu sifat-sifat syaitaniyah dan penyembahan serta ketundukan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Hamba yang merdeka adalah hamba yang hanya menghadapkan wajahnya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Kemerdekaan inilah yang akan membawa jiwa dan raganya menuju makna kemerdekaan yang digariskan Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya,

“إياك نعبد و إياك نستعين”

“Hanya kepada-Mu Kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Hanya akan mengabdi kepada Allah Azza wa Jalla bukan kepada selain-Nya selamanya. Hingga datang sesuatu yang diyakini,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).” (QS. Al Hijr: 99)

Oleh karena itu, sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang sedang merayakan Hari Kemerdekaannya, marilah kita memahami hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya. Jangan sampai terjebak kepada kemerdekaan yang hanya semu atau kamuflase belaka.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadi hamba-Nya yang merdeka dari belenggu sifat-sifat syaitaniyah untuk meraih ridhaNya.

Jangan lupa berkunjung ke gudang arab

Minggu, 20 Juli 2025

Tawajjuh kepada Allah pengingat hati yang lupa

SALING MENGINGATKAN DAN MENGUATKAN AGAR BERTAWAJUH KEPADA ALLAH

Sobat gudang da'i, Manusia dengan berbagai kekhilafan, kelalaian dan sifat kekurangannya amatlah mudah melupakan Allah Azza wa Jalla dalam hitungan sepersekian detik. Ini menjadi alasan yang sangat penting untuk kita saling mengingatkan dan menguatkan bahwa kita harus memiliki sifat selalu takut kepada Allah Yang Maha Melihat, seperti CCTV yang terus mengawasi, Allah Azza wa Jalla mengawasi kita setiap saat, di mana saja tanpa ada lengah dan istirahat sedikitpun. Allah Azza wa Jalla telah mengutus para malaikat untuk mencatat semua perbuatan dan tingkah laku kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ

"Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu."

كِرَامًا كَاتِبِيْنَۙ

"Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat amal perbuatan"

يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ

"Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Infitar: 10 -12)

Saudaraku, Muraqabah adalah salah satu sifat yang penting bagi setiap Muslim. Di dalam Al Qur'an, _muraqabah_ memiliki arti, setiap pribadi Muslim merasa takut kepada Allah Azza wa Jalla dalam semua perbuatan, gerakan, tingkah laku, dan bisikan hatinya pada setiap waktu. Orang yang memiliki jiwa sifat _muraqabah_ bisa melakukan penyeleksian mana perbuatan yang termasuk perintah Allah Azza wa Jalla dan mana yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam hati. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَلْيَوْمَ تُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

"Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat 

perhitungan-Nya." (QS. Ghafir: 17)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Hadid: 4)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa apabila dalam _nafs_ kita ada iman maka kita akan meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki sifat Maha Mengetahui diri kita, Maha Melihat, dan Maha Mengawasi.

Saudaraku, Sikap muraqabah akan menghadirkan kesadaran penuh pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia selalu diawasi dan dilihat oleh Allah Azza wa Jalla di setiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun. Bagi para sufi, muraqabah adalah ber tawajuh kepada Allah Azza wa Jalla dengan sepenuh hati, melalui pemutusan hubungan dengan segala yang selain Allah Azza wa Jalla; menjalani hidup dengan mengekang nafsu dari hal-hal terlarang; dan mengatur kehidupan di bawah perintah Allah Azza wa Jalla dengan penuh keimanan bahwa pengetahuan Allah Azza wa Jalla selalu meliputi segala sesuatu.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridhaNYA