Tampilkan postingan dengan label Pesan Moral. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pesan Moral. Tampilkan semua postingan

Kamis, 11 September 2025

Atasi Gempuran Syahwat kita sendiri

JANGAN SAMPAI TERDEGRADASI OLEH GEMPURAN GODAAN SYAHWAT DUNIAWi


Sobat gudang da'i, Demonstrasi beberapa waktu yang lalu berujung kerusuhan di Nepal semakin mencekam. Pembakaran yang dilakukan massa berujung kematian isteri mantan PM Jhala Nath Khanal tewas setelah terbakar hidup-hidup ketika rumahnya dibakar warga yang marah akibat larangan 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan X-, yang merembet ke kecaman pada pemerintah yang tidak mampu memberikan pilihan terbaik malah korup.

Saudaraku,Menjadi yang terbaik itu seringkali terlihat sulit, karena kita kerap terjebak memikirkan apa yang belum mampu kita lakukan. Jebakan yang menghadirkan keraguan sampai takut melangkah untuk menjadi berbeda dengan yang lain dan menang. Menjadilah yang terbaik di antara yang terbanyak, karena yang terbanyak belum tentu terbaik. Menjadi diri sendiri seutuhnya dan memberikan yang terbaik untuk yang lain adalah sebaik-baiknya manusia. Manusia yang paling banyak menebar kebermanfaatan bagi manusia lainnya,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." 

(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129. Dihasankan Syaikh Al Albani. Lihat Shahihul Jami’ No. 6662)

Berikanlah kebaikan itu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki tanpa harus menunda-nunda, karena yang terbaik adalah yang bisa kita berikan saat ini juga. Menjadikan yang sedikit lebih baik daripada menunda-nunda kebaikan yang besar... 

Menjadi manusia yang terbaik adalah yang paling bagus akhlaknya,

    إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

"Sesungguhnya  yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." 

(HR. Bukhari No. 3559, dari Ibnu Umar, Muslim No. 2321, dari Ibnu Amr. Ini lafaz Bukhari) 

Maka jagalah senantiasa akhlak kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai akhlak kita terdegradasi oleh gempuran godaan syahwat duniawi.

Sobat,Memang untuk menjadi yang terbaik, jalan apapun bisa ditempuh. Entah itu jalan yang benar ataupun jalan yang menyesatkan. Mulai dari yang jujur seperti berusaha meningkatkan kualitas diri tanpa kelicikan, keculasan dan kecurangan. Kita lihat dari sisi positifnya, menjadi yang terbaik itu perlu usaha, perjuangan, pengorbanan dan yang utama ridha Allah Azza wa Jalla. Ada yang mudah didapat hanya dengan sedikit usaha ada yang sulit didapat dan menuntut usaha yang keras. Jika didapat melalui cara-cara salah, licik, culas, curang, apa lagi menghalalkan segala cara, tidak hanya menjadikan itu sebagai perbuatan dosa, tapi jika suatu ketika terbongkar akan mencoreng kehormatan sendiri. Terkadang hukum masyarakat itu lebih kejam dari hukum tertulis. sedikit saja tercoreng hitam di wajah, _image_ seseorang akan luntur. Terlebih jika ia menjadi seorang pemimpin tidak amanah dan justru khianat, tidak lagi ada yang akan percaya lagi.

Sekalipun tidak terbongkar kelicikan, keculasan dan kecurangannya di dunia saat ini, ingatlah bahwa hukum akhirat menanti.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

« لاَ يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلاَ يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

"Tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya dan tidaklah lurus hatinya sehingga lurus lisannya."(HR. Ahmad)

Saudaraku,Kita harus berihtiar untuk senantiasa mengikuti kebenaran, menjauhkan diri dari para kaum pendusta kebenaran dalam situasi apapun dan dalam kondisi bagaimanapun.

▫️وقال ابن المعتز 

" اجتنِبْ مصاحبة الكذاب ، فإن اضطررت إليه فلا تصدّقه ، ولا تُعلِمه أنك تكذبه ، فينتقل عن وده ، ولا ينتقل عن طالمعت

 زهر الآداب: [٣٨٧/١]

▪️قال الحسن بن سهل

 " الكذاب لِصّ ؛ لأن اللص يسرقُ مالك ، والكذاب يسرقُ عقلك ؛ ولا تأمن مَنْ كذب لك ، أنْ يَكذِب عليك ، ومن اغتاب غيرَك عندك ، فلا تأمَنْ أن يغتابَك عند غيرك “. انتهى

 زهر الآداب: [٣٨٦/١]

Berkata Ibnul Mu'taz:

"Jauhkan diri dari berteman dengan pendusta, dan jika engkau sangat butuh kepadanya maka jangan engkau mempercayainya, dan jangan engkau tunjukkan bahwa dirimu mendustakannya, sehingga akan berpindah menjadi mencintainya, dan tidak akan lepas dari tabiatnya."(Zahrul Adab, 1/387)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa tidak terlalu membebani diri dalam melakukan amal terbaik, tapi menjadi yang terbaik di antara yang terbanyak dengan menebar kebermanfaatan kepada yang lain untuk meraih ridha-Nya.

Rabu, 27 Agustus 2025

Aktualisasi Amalan hati melalui lesan

MEMPERBANYAK AMALAN HATI,MENGAKTUALISASIKANNYA DALAM LISAN DAN PERBUATAN


Sobat gudang da'i,Keberadaan kita di dunia ini hanyalah sementara. Umur dunia ini sangatlah terbatas. Kehidupan di dunia ini hanyalah fana. Sementara waktu terus berjalan tanpa dapat dihentikan, dan umur kita hanyalah terbatas. Kita diam, waktu tidak diam. Ia akan terus berjalan. Kita bergerak, waktu pun juga akan bergerak. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan? 

Kita hanya memerlukan ridha Allah Azza wa Jalla. Visi kita selama di dunia ini adalah meraih ridha Allah Azza wa Jalla. Jika Allah Azza wa Jalla telah ridha dengan setiap detik waktu yang kita lalui di dunia ini, insyaAllah kebahagiaan akan menyelimuti diri kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللّٰهِ كَمَنْۢ بَاۤءَ بِسَخَطٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

“Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” 

(QS. Ali ‘Imran: 162)

Masalah selanjutnya adalah, bagaimana cara meraih ridha Allah Azza wa Jalla tersebut? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ridha Allah Azza wa Jalla dapat diraih dengan memperbanyak amalan hati yang selanjutnya mengaktualisasikannya dalam amalan lisan dan perbuatan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا                                             

“Sesungguhnya Allah sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan _tahmid_ (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum.” (HR. Muslim)

Selain dengan berkata yang baik, cara meraih ridha Allah Azza wa Jalla berikutnya adalah dengan berbuat baik kepada orang tua. _Birrul walidain._

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa bagi anak, ridha Allah Azza wa Jalla tergantung kepada ridha orang tua. Dari sahabat Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, murka Allah tergantung pada murka orang tua.” 

(HR. At-Tirmizi No. 1899. hadits ini derajatnya hasan)

Saudaraku,Barangsiapa yang mentaati Allah Azza wa Jalla niscaya mendapatkan balasan yang sempura berupa kebaikan-kebaikan, dan barangsiapa yang memaksiati (yakni tidak taat kepada Allah) niscaya mendapatkan azab yang keras. Allah Azza wa Jalla adalah dzat yang Maha Adil, semua ketetapan-Nya berlandaskan pada keadilan-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

ولا تستوي الحسنة ولا السئة

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan."(QS. Al-Fusshilat: 34)

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla berfirman,

واتقوا يوما ترجعون فيه الي الله , ثم توفي كل نفس ما كسبت وهم لا يظلمون

"Dan takutlah pada hari ketika kamu semua dikembalikan kepada Allah Azza wa Jalla, kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak didzalimi."

(QS. Al-Baqarah: 281)

Saudaraku,Allah Azza wa berfirman,

فمن يعمل مثفال ذرة خيرا يراه , ومن يعمل مثقال ذرة شرا يراه 

"Maka barangsiapa yang beramal kebaikan seberat _dzarrah_ pun, niscaya dia akan melihat balasannya, Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat _dzarrah_ pun, niscaya dia akan melihat balasannya."

(QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

إنا هديناه السبيل إما شاكرا وإما كفورأ

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."(QS. Al-Insan: 3)

Saudaraku,Surga adalah tempat yang penuh dengan kebahagian, yang Allah Azza wa Jalla persiapkan untuk hamba-Nya yang beriman lagi bertakwa, berupaya keras meniti tangga menuju ridha-Nya. Di dalamnya terdapat kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbayangkan oleh hati manusia. Neraka adalah tempat azab yang Allah Azza wa Jalla persiapkan untuk para hamba-Nya yang ingkar lagi zalim, di dalamnya penuh dengan berbagai siksaan yang tidak terbayangkan oleh hati manusia. Para penghuni surga dan neraka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memperbanyak amalan hati, mengaktualisasikannya dalam amalan lisan dan perbuatan untuk meniti tangga menuju ridha-Nya.

Kamis, 21 Agustus 2025

Korupsi ternyata berawal dari

KORUPSI BERAWAL DARI SEBUAH KETIDAK-JUJURAN


Sahabat da'i, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer terkait dengan kasus pemerasan terhadap perusahaan dalam pengurusan sertifikat K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hal ini sangat memalukan sekaligus memilukan terjadi di saat masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Sahabat da'i, Korupsi sesungguhnya berawal dari ketidakjujuran yang terus dibiarkan. Saat ini, betapa mahalnya harga sebuah kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya sekarang ini menemukan kejujuran itu. Berbuat dan berkata dusta terkesan menjadi suatu hal yang lumrah. Kedustaan seakan diumbar tanpa memiliki rasa bersalah dan takut akan dosa.

Individu, masyarakat dan bangsa yang sudah tidak mengutamakan kejujuran pasti tega melakukan perbuatan dusta serta menutupi kebenaran, sehingga pada gilirannya kehancuran akan mudah menghampirinya.

Kata jujur dalam Bahasa Arab sepadan dengan kata _as-shidqu_ yang artinya benar atau nyata. Lawan katanya adalah _al-kidzbu_ yang artinya dusta atau bohong. Jadi, jujur adalah perilaku mengungkapkan kebenaran sesuai kenyataan dan menghindari perilaku kebohongan.

Sifat jujur merupakan salah satu dari empat sifat yang dimiliki  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu _amanah_ (terpercaya), _tabligh_ (menyampaikan berita), dan _fathonah_ (cerdas). Saking pentingnya kejujuran dalam Islam, Al-Qur'an sampai menyebut kata _as-shidqu_ sebanyak 153 kali dalam ayat yang berbeda.

Sahabat da'i, Sahabat Nabi sekaligus khalifah pertama dalam Islam, Abu Bakar, sampai mendapatkan gelar _as-shiddiq_ karena selalu jujur dan mempunyai keberanian serta istiqamah dalam menampakan sikap jujur. Allah Azza wa Jalla memerintahkan untuk kita senantiasa bersikap dan berucap jujur,

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At Taubah: 119)

Sahabat da'i, Sikap jujur akan melahirkan ketenangan batin di dunia dan mendapatkan kebahagian di akhirat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa, kejujuran akan membawa kita pada kebaikan dan kebaikan akan di balas dengan surga. Maka kita dianjurkan untuk  selalu senantiasa berlaku jujur agar selalu mendapatkan kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Berbeda jika kita selalu berdusta atau berbohong. Karena itu akan membawa pada kejahatan, dan kejahatan akan menghantarkannya kepada neraka.

Dalam hadits riwayat Al-Hakim disebutkan, di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah berlindung dari sikap tidak jujur (kemunafikan),

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْكُفْرِ ، وَالْفُسُوقِ ، وَالشِّقَاقِ ، وَالنِّفَاقِ ، وَالسُّمْعَةِ ، وَالرِّيَاءِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sum’ah, dan riya.”

Sahabat da'i,Kejujuran tidak serta merta didapatkan, melainkan perlu proses penempaan semenjak dini agar menjadi pribadi yang jujur. Pendidikan yang didapatkan baik itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat memberikan andil yang cukup besar pada perkembangan sifat jujur dalam diri seseorang. Sehingga persentase kejujuran yang dimiliki setiap orang juga berbeda. Lagi dan lagi semua itu tak lepas dari apa yang akan individu itu pilih.

Kejujuran memang sulit diciptakan. Namun bukan berarti tidak bisa. Sebab itu kejujuran mahal sekali harganya. Harga sebuah kejujuran bukanlah dalam bentuk materi, namun martabat diri. Ketika seorang individu memilih YA atau TIDAK maka martabat dirinya juga dipertaruhkan. Kembali lagi itu adalah soal pilihan, keputusan dan pertanggungjawaban.

Kejujuran memang memiliki peran penting di dalam kehidupan sebab ia menunjang dalam keberlangsungan dan tatanan kehidupan. Andaikata jabatan penting diisi oleh orang-orang yang tidak jujur maka bisa dipastikan keberlangsungan negara ini akan berada diambang kehancuran.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berlaku jujur kapan pun dan di mana pun untuk meraih ridha-Nya.

Rabu, 13 Agustus 2025

Kunci kesempurnaan

MENYADARI KETIDAKSEMPURNAAN MENJADIKAN MANUSIA SEMPURNA


Sahabat gudang da'i, Berusaha keras untuk mencari kesempurnaan hanya akan membuat hati menjadi tidak pernah tenang. Sulit untuk bersyukur, selalu dan selalu merasa kurang. Jika sudah berhasil mencapai yang diinginkan, ia akan terus menuju hal lain agar kepuasannya terpenuhi. Padahal, kesempurnaan bukanlah jawaban jika kita ingin hidup bahagia. Lebih baik terima dan syukuri dengan besar hati semua kekurangan dan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah kuat hingga saat ini tetap menjaga iman saat tertimpa musibah. Allah Azza wa Jalla berfirman,

مَاۤ أَصَابَ مِن مُّصِیبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن یُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ یَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَیۡءٍ عَلِیمࣱ

“Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun:11)

Sebenarnya, sempurna dan ketidaksempurnaan hanyalah ilusi yang dibuat berdasarkan kriteria sendiri. Sehingga rasa terima kasih pada diri dan senantiasa bersyukurlah yang akan membuat hati tenang. Maka dari itu, terima kekurangan diri dan lengkapi dengan kelebihan yang kita miliki.

Saudaraku, Terkadang kita lupa dan khilaf bahwa terlalu mengejar kesempurnaan hanya membuat kita menjauh dari kesempurnaan itu sendiri. Seringkali manusia terobsesi dengan kesempurnaan. Padahal ketidaksempurnaan adalah guru sekaligus sahabat yang baik. Justru dengan ketidaksempurnaan kita bisa menumbuhkan kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untuk saling melengkapi dan menyempurnakan sehingga menghargai mereka yang berada di sekitar kita.

Saudaraku, Dengan ketidaksempurnaan yang kita miliki justru kita sempurna menjadi manusia. Manusia yang utuh, sempurna dan paripurna.

Terlebih jika untuk mendapatkan kesempurnaan itu, ada banyak hal berharga yang harus kita korbankan. Teman, keluarga, pencapaian kita sebelumnya, dan kepercayaan orang pada diri kita. Menjadi sempurna itu baik, tetapi lebih sempurna untuk terus menjadi manusia yang lebih baik lagi, dari hari demi hari. Marilah kita menjadi manusia yang sempurna dengan menyadari ketidaksempurnaan kita...

Saudaraku, Menyadari bahwa hidup kita tidaklah sempurna mengajarkan kita untuk berproses lebih baik. Sedang terlalu mengejar kesempurnaan akan mengurangi syukur atas nilai kita sebagai manusia yang memang tak akan pernah bisa merasa sempurna.

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla berfirman,

ثُمَّ سَوّٰىهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُّوحِهِۦ  ۖ  وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصٰرَ وَالْأَفْئِدَةَ  ۚ  قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuhnya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur."(QS. As-Sajdah: 9)

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla yang Maha Rahman, mengulang-ulang kalimat mulia ini hampir 31 kali dalam Surat Ar-Rahman, tidak kah kita merasa diingatkan dengan itu, artinya dengan segala apapun yang terjadi wajibnya untuk menghindari kufur nikmat. Allah Azza Wa Jalla berfirman,

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"(QS. Ar-Rahman : 77)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengingatkan kita betapa penting dan wajibnya mensyukuri nikmat itu,

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, No. 5933)

Saudaraku, Dalam kondisi diberikan kesehatan dan waktu luang ternyata masih saja kita senantiasa mengeluh. Bahkan lebih banyak mengeluhnya daripada bersyukurnya. Bukti nyata tidak bersyukur dengan kesehatan dan waktu luang adalah tidak memanfaatkan kedua-duanya untuk istiqamah dan qana'ah melakukan amal kebaikan dengan sebaik-baiknya. Ketidaksempurnaan pada diri kita adalah bentuk ujian dari Allah Azza wa Jalla, apakah kita makin dekat dengan-Nya, apakah kualitas dan kuantitas amal ibadah kita makin meningkat, apakah keimanan dan ketakwaan kita semakin baik.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersyukur atas ketidaksempurnaan yang kita miliki untuk meraih ridha-Nya.

Sabtu, 02 Agustus 2025

Jadilah Hamba Yang Merdeka

MENJADI HAMBA YANG MERDEKA

Sahabat gudang da'i, Sesungguhnya fitrah manusia yang terlahir dari kandungan ibunya ke dunia ini adalah makhluk merdeka. Manusia diciptakan Allah Azza wa Jalla dengan fitrahnya yang bersih, yaitu berakidah dan bertauhid dalam arti kata manusia awal penciptaannya merupakan makhluk merdeka.

Istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut _al-Istiqlal._ Hari Kemerdekaan disebut _Id al-Istiqlal._ Hal ini merupakan bentuk penafsiran dari: 

التحرر والخلاص من القيد والسيطرة الاجنبية

_al-Taharrur wa al-Khalash min al-Qayd wa al-Saytharah al-Ajnabiyyah_ artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Dalam istilah lain disebutkan

القدرة على تنفيذ مع عدم القسر والعنف من الخارج

artinya kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.

Dengan kata lain kemerdekaan adalah bebas dari segala bentuk penindasan bangsa lain. Kata lain untuk makna ini adalah _Al-Hurriyyah._ Kata ini biasa diterjemahkan sebagai kebebasan. Dari kata ini terbentuk kata _al-Tahrir_ yang berarti pembebasan. Orang yang bebas/merdeka disebut _al-hurr_ lawan dari _al-‘abd_ (budak). Penggunaan kata kebebasan dalam konteks kaum Muslimin hari ini tampaknya kurang menyenangkan. Sebagian mereka memandangnya dengan sinis. Ini boleh jadi karena kebebasan seolah-olah menjadi milik khas Barat. Padahal al-Qur‘an selalu menyebutkan kata ini, dan bukan kata _al-Istiqlal.

Sahabat gudang da'i, Dalam teks-teks klasik _al-Hurriyyah;_ kebebasan amatlah populer dan terpuji. Akan tetapi makna-makna sebagaimana disebutkan di atas masih amatlah sederhana dan formalistik, masih semi merdeka ( _Syibh al-Hurriyyah/Istiqlal_). Kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 barulah gerbang dan pintu yang terbuka.

Kemerdekaan atau Kebebasan secara maknawi sejatinya adalah situasi batin yang terlepas dari segala rasa yang menghimpit, yang menekan dan yang menderitakan jiwa, pikiran dan gerak manusia baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Ada juga yang berpendapat bahwasannya Kemerdekaan adalah suasana hati yang damai, yang tenang terbukanya kehendak-kehendak dan harapan-harapan yang manis manusia.

Sahabat gudang da'i, Hakikat kemerdekaan merupakan merdeka dari menjadi hamba, dan budak hawa nafsu ketamakan, yakni budak dunia dan budak harta. Kalau kita masih diperbudak dunia dan harta maka sejatinya kita belum merdeka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، وَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ

"Celaka hamba budak dinar, Celaka hamba budak dirham." (HR. Al-Bukhari)

Sahabat gudang da'i, Dikisahkan bahwa seseorang pernah meminta nasehat kepada imam Syafi’i. Imam Syafi’i menjawab,

إن الله خلقك حرًّا؛ فكن كما خلقك!

“Sesungguhnya Allah telah menciptakanmu sebagai orang merdeka, maka jadilah sebagaimana Dia telah menciptakanmu.”(Manaqib As Syafi’i karya Imam Al Baihaqi: 2/197)

Kemerdekaan yang dimaksud oleh imam Syafi’i di atas tentunya bukan kemerdekaan dalam makna yang difahami kebanyakan orang, yaitu kebebasan tanpa batas serta jauh dari aturan-aturan syariat. Kemerdekaan yang di maksud adalah kemerdekaan dari penjajahan hawa nafsu, belenggu sifat-sifat syaitaniyah dan penyembahan serta ketundukan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Hamba yang merdeka adalah hamba yang hanya menghadapkan wajahnya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Kemerdekaan inilah yang akan membawa jiwa dan raganya menuju makna kemerdekaan yang digariskan Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya,

“إياك نعبد و إياك نستعين”

“Hanya kepada-Mu Kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Hanya akan mengabdi kepada Allah Azza wa Jalla bukan kepada selain-Nya selamanya. Hingga datang sesuatu yang diyakini,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).” (QS. Al Hijr: 99)

Oleh karena itu, sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang sedang merayakan Hari Kemerdekaannya, marilah kita memahami hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya. Jangan sampai terjebak kepada kemerdekaan yang hanya semu atau kamuflase belaka.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadi hamba-Nya yang merdeka dari belenggu sifat-sifat syaitaniyah untuk meraih ridhaNya.

Jangan lupa berkunjung ke gudang arab

Minggu, 20 Juli 2025

Tawajjuh kepada Allah pengingat hati yang lupa

SALING MENGINGATKAN DAN MENGUATKAN AGAR BERTAWAJUH KEPADA ALLAH

Sobat gudang da'i, Manusia dengan berbagai kekhilafan, kelalaian dan sifat kekurangannya amatlah mudah melupakan Allah Azza wa Jalla dalam hitungan sepersekian detik. Ini menjadi alasan yang sangat penting untuk kita saling mengingatkan dan menguatkan bahwa kita harus memiliki sifat selalu takut kepada Allah Yang Maha Melihat, seperti CCTV yang terus mengawasi, Allah Azza wa Jalla mengawasi kita setiap saat, di mana saja tanpa ada lengah dan istirahat sedikitpun. Allah Azza wa Jalla telah mengutus para malaikat untuk mencatat semua perbuatan dan tingkah laku kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ

"Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu."

كِرَامًا كَاتِبِيْنَۙ

"Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat amal perbuatan"

يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ

"Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Infitar: 10 -12)

Saudaraku, Muraqabah adalah salah satu sifat yang penting bagi setiap Muslim. Di dalam Al Qur'an, _muraqabah_ memiliki arti, setiap pribadi Muslim merasa takut kepada Allah Azza wa Jalla dalam semua perbuatan, gerakan, tingkah laku, dan bisikan hatinya pada setiap waktu. Orang yang memiliki jiwa sifat _muraqabah_ bisa melakukan penyeleksian mana perbuatan yang termasuk perintah Allah Azza wa Jalla dan mana yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam hati. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَلْيَوْمَ تُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

"Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat 

perhitungan-Nya." (QS. Ghafir: 17)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Hadid: 4)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa apabila dalam _nafs_ kita ada iman maka kita akan meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki sifat Maha Mengetahui diri kita, Maha Melihat, dan Maha Mengawasi.

Saudaraku, Sikap muraqabah akan menghadirkan kesadaran penuh pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia selalu diawasi dan dilihat oleh Allah Azza wa Jalla di setiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun. Bagi para sufi, muraqabah adalah ber tawajuh kepada Allah Azza wa Jalla dengan sepenuh hati, melalui pemutusan hubungan dengan segala yang selain Allah Azza wa Jalla; menjalani hidup dengan mengekang nafsu dari hal-hal terlarang; dan mengatur kehidupan di bawah perintah Allah Azza wa Jalla dengan penuh keimanan bahwa pengetahuan Allah Azza wa Jalla selalu meliputi segala sesuatu.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridhaNYA

Selasa, 15 Juli 2025

Melawan Kebodohan

Lawan Kebodohan: Mengapa Ilmu Adalah Perisai Terkuat Kita

Sobat gudang da'i, Pernahkah terlintas di benak kita, seberapa sering kita mengikuti sesuatu tanpa dasar ilmu yang kuat? Di era informasi yang membanjiri ini, sangat mudah terseret arus dan terjebak dalam opini tanpa fakta. Namun, Allah ﷺ telah mengingatkan kita dengan tegas:

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al Israa: 36)

Ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan sebuah peringatan serius. Setiap informasi yang kita serap, setiap pandangan yang kita yakini, dan setiap langkah yang kita ambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Maka, bagaimana mungkin kita berani melangkah tanpa bekal ilmu yang memadai?

Memohon Ilmu yang Bermanfaat: Perisai dari Kebodohan

Kita harus senantiasa berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita doa yang powerful:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu', doa yang tidak didengar, jiwa yang tidak pernah tenang dan ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara ini." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasaaie)

Doa ini adalah pengingat bahwa ilmu sejati bukan hanya tentang kuantitas, tetapi tentang kualitas dan kebermanfaatannya. Ilmu yang tidak mengantarkan kita pada ketenangan hati, kekhusyukan ibadah, dan keberkahan hidup, sejatinya adalah sebuah kerugian.

Menuntut Ilmu: Sebuah Kewajiban, Bukan Pilihan!

Jangan pernah remehkan pentingnya mencari ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu bukanlah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Menuntut ilmu itu adalah kewajiban setiap muslim." (HR. Ibnu Majah dan lain-lain)

Ini adalah perintah yang jelas dan mutlak. Di zaman ini, akses terhadap ilmu begitu mudah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri dalam kebodohan.

Jahil Basith vs. Jahil Murakkab: Kenali Musuh dalam Diri

Meski era Jahiliyah (kebodohan) telah berlalu dengan diutusnya Rasulullah ﷺ, kejahilan itu sendiri tetap ada dan akan terus ada hingga hari kiamat. Para ulama membagi kejahilan menjadi dua jenis:

 * Jahil Basith (Kebodohan Sederhana): Ini adalah kebodohan yang disadari pelakunya. Orang yang jahil basith tahu bahwa ia tidak tahu, sehingga ia termotivasi untuk belajar dan terbuka terhadap nasihat ilmu. Inilah posisi yang patut disyukuri, karena ada harapan untuk berkembang.

 * Jahil Murakkab (Kebodohan Berlapis): Ini jauh lebih berbahaya! Orang yang jahil murakkab tidak menyadari kebodohannya, bahkan merasa paling tahu dan berilmu. Ketika disodori ilmu, ia akan menolaknya mentah-mentah, menganggap ilmunya sendiri sebagai kebenaran, dan menganggap ilmu yang benar sebagai kebodohan.

Maka, kejahilan, terutama jahil murakkab, adalah musuh utama yang harus kita perangi dari dalam diri kita. Satu-satunya senjata melawan musuh ini adalah ilmu, yang didapat melalui proses belajar yang tak pernah berhenti.

Bahaya Beramal Tanpa Ilmu: Kerusakan yang Tak Terukur

Pelaku jahil murakkab sangat rawan mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Mereka bisa menjauhkan orang dari kebenaran, menciptakan amalan-amalan baru yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ, bahkan terjerumus pada kesyirikan, kefasikan, dan kekufuran.

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata:

"Barangsiapa yang beramal tanpa dasar ilmu maka kerusakan yang diperbuatnya lebih banyak dari apa yang ingin dia perbaiki." (Az-Zuhd Imam Ahmad)

Ini adalah peringatan keras, terutama bagi mereka yang memegang amanah besar. Niat baik saja tidak cukup. Tanpa ilmu, niat baik bisa berubah menjadi bencana. Bukankah syariat Islam hadir untuk membawa kemaslahatan dan menolak kemudaratan? Tanpa ilmu, kita bisa saja tanpa sadar justru melakukan yang sebaliknya.

Perangi Kebodohan, Sambut Cahaya Ilmu!

Mari kita bersama-sama memerangi kejahilan dan pembodohan dengan sungguh-sungguh. Perbanyak membaca—bukan hanya Al-Qur'an dan hadits, tetapi juga ayat-ayat kauniyah (kejadian di alam semesta) yang penuh hikmah. Ilmu adalah lentera yang akan menuntun kita menuju keselamatan.

Orang yang beramal tanpa ilmu ibarat pengembara tanpa peta. Ia akan tersesat, dan bahkan bisa menyesatkan orang lain yang mengikutinya. Jangan biarkan diri kita atau orang-orang di sekitar kita terjebak dalam kegelapan kebodohan.

Semoga Allah ﷺ senantiasa mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, agar kita tetap istiqamah dalam menuntut ilmu demi meraih ridha-Nya.


Sabtu, 12 Juli 2025

Kepastian yang tidak pasti

SUATU KEPASTIAN DALAM HIDUP ADALAH SEBUAH KETIDAKPASTIAN


Sahabat gudang da'i, Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

"إذا رأيت الله يعطي العبد من الدنيا على معاصيه ما يحب، فإنما هو استدراج

"Jika engkau melihat Allah memberikan nikmat duniawi kepada seorang hamba apa yang dia sukai dalam keadaan dia bermaksiat kepada-Nya, maka tiada lain itu adalah istidraj."

(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami' 561)

Sahabat gudang da'i, Berhati-hatilah terhadap segala nikmat duniawi yang sudah  didapatkan, harta benda berlimpah dan jabatan kekuasaan besar yang begitu disukainya, namun dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya dan dzalim terhadap para hamba-Nya. Itulah _istidraj_, begitu terbuai dengan berbagai kenikmatan sesaat, namun setelah itu akan mendapatkan balasan azab begitu pedih dari Allah Azza wa Jalla.

Sahabat gudang da'i, Hidup itu akan selalu berubah dan penuh dengan suatu ketidakpastian, demikian pula antara suatu kepastian dalam hidup hanyalah sebuah ketidakpastian. Sesuatu yang pasti adalah ketidakpastian. Tidak ada sesuatu pun yang pasti selain ketidakpastian itu. Lebih menarik lagi bila kita mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: sesuatu yang pasti akan hari esok adalah bahwa hari esok itu tidak pasti. Dengan ketidakpastian ini kita menjadi ingin mempersiapkan diri dengan yang terbaik menghadapinya. Allah Azza wa Jalla memberikan peringatan kepada kita agar jangan mengikuti langkah-langkah syaitan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 21)

Sahabat gudang da'i, Hidup ini memang penuh misteri dan tidak ada yang pasti. Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi pada esok hari dengan pasti. Bahkan bisa jadi dalam hitungan detikpun segalanya bisa berubah 180 derajat. Banyak peramal yang berusaha memberikan kepastian tentang hidup ini, tapi nyata mereka sendiri tidak bisa memberikan kepastian hidupnya sendiri. Karena itu hindarilah hidup dalam kesombongan pada saat kita memiliki kelebihan dan berlebihan. Kekayaan dan kekuasaan tidak ada yang abadi, hanyalah sementara dan akan habis pada masanya...


Sahabat gudang da'i, Banyak sudah yang terjadi dalam kehidupan ini, di mana orang mulia dalam sekejap menjadi hina dan orang hina drastis berubah jadi orang mulia. Semua bisa terjadi tanpa dapat kita duga. Banyak juga yang terjadi di sekitar kita, ketika orang yang terlihat sehat dan tidak ada masalah dalam penyakit tahu-tahu mati karena hanya sakit perut. Sebaliknya ada yang sakit-sakitan sampai hampir mati, saat bertemu lagi sudah sehat dan terlihat segar-bugar. Banyak peristiwa dalam hidup ini seringkali tidak masuk logika dan tidak pasti. Tapi nyata terjadi di depan kita. Seringkali tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, tapi tetap terjadi dan harus kita terima juga...


Sahabat gudang da'i, Hidup memang selalu memberi ketidakpastian kepada kita. Namun kita harus berani hidup dalam hukum kepastian tentang kebajikan dan kejahatan. Bahwa kebaikan akan senantiasa berbalas kebaikan dan kejahatan akan senantiasa berbalas kejahatan ketika waktunya tiba. Hindarilah kesombongan dan berkeluh-kesah dalam keadaan bagaimanapun kita saat ini, serta selalu bersyukur adalah langkah yang bijak menyikapi hidup ini. Rasulullah  shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan kepada kita,

وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَأَحْمَدُ, وَعَلَّقَهُ اَلْبُخَارِيُّ

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Makan dan minumlah, berpakaianlah, juga bersedekahlah tanpa boros dan bersikap sombong.” 

(HR. Abu Daud, Ahmad, dan dikeluarkan oleh Al-Bukhari secara mu’allaq. HR. Abu Daud Ath-Thayalisi, 4:19-20; An-Nasai, 5:79; Ibnu Majah, no. 3605; Ahmad, 11:294,312. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Sahabat gudang da'i, Walaupun hidup ini tidak pasti tapi ada satu yang pasti. Kematian!  Setiap yang hidup dipastikan akan mati pada waktunya.  Untuk itu pastikanlah sebelum mati, bahwa kita bisa mati dalam keadaan husnul khatimah dan penuh kemenangan. Sukses terbesar dalam kehidupan manusia adalah ketika sudah bisa menunaikan tugasnya sesuai yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla sebelum menemui ajalnya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berbuat kebaikan hingga pada akhirnya mampu meraih husnul khatimah dalam ridha-Nya.

Sabtu, 05 Juli 2025

Totalitas dalam berhijrah

HIJRAH SECARA TOTALITAS DARI KEMAKSIATAN MENUJU KEPADA KETAATAN

Sahabat gudang da'i, Hijrah satu kata yang sangat indah. Satu kalimat untuk mengungkapkan makna kembali dan perbaikan. Kembalinya seorang hamba kepada Rabb-Nya dalam ketaatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

الذين ء45امنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله , وأولئك هم الفائزون

“Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah: 20)

Dalam Al Qur’an tidak kurang dari 31 kata yang berasal  dari kata _Hajara_ atau _Hijrah._ Dari jumlah itu tidak kurang dari 6 ayat yang menyebutkan  kata _Hajaruu_ (orang-orang yang berhijrah) bergandengan dengan kata _Aamanuu_ (orang-orang yang beriman) dan _Jahaduu_ (orang-orang yang berjihad). Ayat yang dikutip di atas adalah salah satunya. Belum lagi kata _Hajaruu_ diiringi dengan kata _Fillah_ (karena Allah) atau _Fi Sabiilillah_ (di jalan Allah). Ini berarti betapa erat kaitan hijrah dengan iman. Hijrah sama sekali berbeda dengan Migrasi, hijrah adalah terminologi khas Islam yang landasanya iman kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi hijrah menjadi tolok ukur keimanan seseorang. Orang yang benar-benar beriman tentu tidak akan merasa berat  melakukan hijrah. Sebaliknya, orang yang tidak melakukan hijrah menunjukan lemah atau tidak sempurna imannya...

Sahabat gudang da'i, Imam Ibnu Rajab rahimahullah mendefinisikan makna hijrah yaitu,

الرجاعون إلى الله بالتوبة من المعصية إلى الطاعة

"Kembali kepada Allah dengan bertaubat dari maksiat kepada ta'at."

Mengenai firman Allah Azza wa Jalla,

ففروا إلى الله. (سورة 51 الذاريات 50)

"Dan bersegeralah lari kembali kepada Allah." (QS. Adz-Dzariyat: 50)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya, _Risalah Tabukiyah:_ "Bahwa hijrah ada dua bentuk, hijrah badan (fisik) dan hati. Terutama hijrah hati (hijrah kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya) terkait dua hal, _min_ (dari) dan _ila_ (kepada). Konsekuensi dari hijrah kepada Allah Azza wa Jalla adalah totalitas, yakni mengalihkan semua, kecintaan, ibadah, takut, harap, tawakkal, doa, dan ketundukan dari selain Allah Azza wa Jalla kepada Allah Azza wa Jalla semata. Hijrah pada Rasul-Nya adalah, kesediaan mengikuti sunnah Rasul-Nya secara totalitas, meskipun hal ini menjadikan orang yang meniti jalan ini dianggap asing dan tidak populer.

Secara makna hijrah dapat di maknai, meninggalkan atau berubah menuju yang lebih baik, atau berpindah dari yang buruk kepada hal yang lebih baik.

Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,

و اصبر على ما يقولون و اهجرهم هجرا جميلا. (سورة 73 المزمل 10)

"Dan bersabarlah terhadap ucapan mereka yang menyakitkan dan hindari/tinggalkan mereka dengan cara menghindar/meninggalkannya dengan baik." (QS. Al-Muzzamil: 10)

Sebagai titik awal perubahan (mendapat hidayah, baik _hidayah taufiq_ dan hidayah _bayan,_ hidayah untuk mengenal Islam, dan hidayah saat sudah di dalam Islam), tentu hal ini mengharuskan sebuah konsekuensi. Apa konsekuensi sebuah hijrah? Allah Azza wa Jalla berfirman menjelaskan,

فألذين هاجروا و أخرجوا من ديارهم واوذوا في سبيلي و قاتلوا و قتلوا لأكغرن عنهم سيئاتهم و لأدخلنهم جنات تجرى من تحتها الأنهار ثوابا من عند الله ، و الله عنده حسن الثواب. (سورة 3 ال عمران 195)

"Maka, orang-orang yang berhijrah dan di usir/di keluarkan paksa dari kampung halamannya, yang disakiti di jalanku, (sampai dalam tahapan berperang yang konsekuensinya) memerangi atau di perangi, pasti Aku hapuskan darinya kesalahan-kesalahannya, dan pasti Aku masukkan mereka ke surga yang di dalamnya ada sungai-sungai, sebagian sebuah anugerah di sisi Allah, dan Allah pada sisi-Nya ada pahala yang baik."(QS. Ali-Imran: 195)

Sahabat gudang da'i, Sebuah hijrah adalah totalitas dalam perubahan, mereka adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang ingin mengubur masa-masa kelam mereka, dalam kekufuran, kesyirikan, dosa, maksiat, dan berusaha untuk bersimpuh, memperbaiki diri, dan kembali kepada Rabb-Nya dengan pertaubatan yang bersungguh-sungguh.

Ingat selalu firman Allah Azza wa Jalla,

إنه من يتق و يصبر فإن الله لا يضيع اجر المحسنين

"Sesungguhnya barang siapa bertaqwa dan bersabar, maka Allah tiada akan menyiakan pahala orang yang telah bertaubat kebaikan." (QS. Yusuf: 90)

Memaknai Hijrah selain seperti apa adanya sesuai  peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, juga yang terpenting adalah memaknai, merefleksikan serta merealisasikannya  dalam laku kekinian pada semua dimensi ruang dan waktu  pada pribadi, organisasi, masyarakat  bahkan Negara.

Melawan keterbelengguan keterbelakangan, penjara irasionalitas dan kebodohan, penyanderaan kejahiliyahan, ketidak-produktivitasan mentalitas spiritual, dan  kegelapan masa depan dengan keberanian serta  pengorbanan berhijrah menuju loncatan melakukan perubahan, mengamputasi sisi kejahiliyahan yang masih melekat, melakukan percepatan spiritual dalam keseharian, dan bergerak menuju cahaya kejayaan dan keberkahan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berhijrah menjauhi kemaksiatan dan meningkat ketaatan untuk meraih ridha-Nya.

Kamis, 19 Juni 2025

Sumber kenikmatan bukan dari Kenikmatan

KENIKMATAN TIDAK DAPAT DIRAIH DENGAN KENIKMATAN


Sobat gudang da'i,Ahmad bin Harb berkata :

ﻋﺒﺪﺕ اﻟﻠﻪ ﺧﻤﺴﻴﻦ ﺳﻨﺔ، ﻓﻤﺎ- ﻭﺟﺪﺕ حلاوة العبادة ﺣﺘﻰ ﺗﺮﻛﺖ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﺷﻴﺎء: ﺗﺮﻛﺖ ﺭﺿﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺣﺘﻰ ﻗﺪﺭﺕ ﺃﻥ ﺃﺗﻜﻠﻢ ﺑﺎﻟﺤﻖ، ﻭﺗﺮﻛﺖ ﺻﺤﺒﺔ اﻟﻔﺎﺳﻘﻴﻦ ﺣﺘﻰ ﻭﺟﺪﺕ ﺻﺤﺒﺔ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ، ﻭﺗﺮﻛﺖ ﺣﻼﻭﺓ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﺘﻰ ﻭﺟﺪﺕ ﺣﻼﻭﺓ اﻵﺧﺮﺓ

"Aku beribadah kepada Allah 50 tahun, namun aku tidak merasakan manisnya ibadah sampai akhirnya aku meninggalkan 3 perkara:

1. Aku tidak memperdulikan keridhaan manusia, agar aku bisa menyuarakan kebenaran.

2. Aku tinggalkan pertemanan dengan orang-orang fasik, agar aku mendapatkan pertemanan dengan orang-orang shaleh.

3. Aku tinggalkan manisnya dunia, agar aku merasakan manisnya akhirat."

(Adz-Dzahabiy, Siyar A'lāmin Nubalā' [11/34], cet. Muassasah Ar-Risālah, Beirut)

Saudaraku,Janganlah kita terlena menghabiskan usia yang tersisa dengan mengejar dan memburu manisnya dunia. Bersyukurlah atas apapun yang Allah azza wa Jalla hadirkan dalam hidup kita, sebab itulah yang membuat kita merasakan kemesraan bersama-Nya. Kadang tanpa kita sadari bahwa hidup yang seringkali kita keluhkan selama ini adalah justru hidup yang orang lain sangat inginkan.

Saudaraku,Biasakanlah untuk senantiasa bersyukur atas apapun yang Allah azza wa Jalla hadirkan dalam kehidupan kita. Tak selamanya kado itu berbungkus indah, tapi pasti ada hikmah di mana semua itu menjadikan diri kita semakin dekat dengan Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku,Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

” وقد أجمع عقلاء كل أمة على أن النعيم لا يدرك بالنعيم


Semua orang yang berakal bersepakat bahwa kenikmatan tidak dapat diraih dengan kenikmatan.

وإن من آثر الراحة فاتته الراحة

Orang yang lebih suka bersenang-senang, akan terluput darinya kesenangan.

وإن بحسب ركوب الأهوال واحتمال المشاق تكون الفرحة واللذة

Kebahagiaan dan kelezatan diraih sesuai dengan beratnya perjuangan.

فلا فرحة لمن لا هم له

Tak akan mendapat kebahagiaan orang yang tak bersungguh-sungguh.

ولا لذة لمن لا صبر له

Tidak akan merasakan kelezatan orang yang tak punya kesabaran.

ولا نعيم لمن لا شقاء له

Tidak mendapat kesenangan orang yang tak mau bersusah payah.

ولا راحة لمن لا تعب له

Dan tak akan beristirahat orang yang tak mau lelah.

بل إذا تعب العبد قليلاً استراح طويلاً

Bahkan, bila hamba lelah sedikit maka ia akan beristirahat panjang.

وإذا تحمل مشقة الصبر ساعة قاده لحياة الأبد

Apabila ia kuat menanggung beban kesabaran sebentar, akan membawanya kepada kehidupan yang abadi...

وكل ما فيه أهل النعيم المقيم فهو صبر ساعة

Semua yang didapatkan oleh orang yang diberi kesenangan abadi adalah akibat kesabaran sesaat.

والله المستعان ولا قوة إلا بالله

Allah lah tempat meminta bantuan, dan tiada kekuatan kecuali dengan izin-Nya...

وكلما كانت النفوس أشرف والهمة أعلا كان تعب البدن أوفر وحظه من الراحة أقل

Ketika jiwa itu mulia, dan cita-citanya tinggi, maka kelelahan badan semakin banyak dan istirahatnya sedikit...


كما قال المتنبي 

وإذا كانت النفوس كباراً 

* تعبت في مرادها الأجسام “

Sebagaimana sya’ir al mutanabbi,

Apabila seseorang berjiwa besar...

Badan akan lelah untuk meraihnya...

(مفتاح دار السعادة” لابن القيم 2 / 15)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersabar atas kelelahan demi kelelahan yang kita alami dalam ketaatan kepada-Nya untuk meraih ridha-Nya.

Senin, 16 Juni 2025

Masa lalu bukan hanya untuk kenangan

MENGAMBIL IBRAH MASA LALU



Sobat gudang da'i, setiap manusia pasti memiliki kisah masa lalu, entah kisah baik ataupun buruk. Seyogyanya masa lalu bisa menjadi pelajaran ( _ibrah_) dan dinikmati apa adanya. Seberapa sedih ataupun bahagia kisah kita, akan selalu ada pelajaran yang dapat dipetik.

Manusia tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi, tetapi kita bisa merubah pengaruh yang dirasakan dari kisah masa lalu. Masa lalu akan terus mempengaruhi kehidupan selanjutnya sehingga kita perlu mencermati bagaimana pengaruhnya nanti terhadap diri kita. Memang masa lalu tidak dapat diubah, dilupakan atau dihapus, tetapi hanya bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan. Kita tidak bisa merubah segala yang telah terjadi pada masa lalu, tidak peduli seberapa besar keinginan kita atau betapa menyesalnya kita karena apa yang telah terjadi.

Sobat gudang da'i, Terkadang banyak orang yang ingin memperbaiki kualitas dirinya dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, namun ketika ia mengingat dosa-dosa di masa lalunya yang begitu kelam dan gelap, dia menganggap dirinya paling kotor dan Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima dirinya. Sikap putus asa terhadap rahmat dari-Nya merupakan tipu daya syaitan agar manusia berpaling dari Allah Azza wa Jalla, padahal rahmat Allah Azza wa Jalla sangatlah luas dan agung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اللَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

“Sungguh Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu terhadap anak bayinya”

(HR. al-Bukhari no. 5653 dan Muslim no. 2754 dari ‘Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhu)

Allah Azza wa Jalla juga berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

"Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas Pengampunan-Nya.” (QS. An-Najm: 32)

Sobat gudang da'i, Allah Azza wa Jalla telah menunjukkan kepada kita betapa pemurah dan sayang kepada setiap hamba-Nya. Setiap hamba yang ingin menghambakan, memperbaiki diri dan istiqamah di jalan yang telah Allah Azza wa Jalla tunjukkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

التائب من الذنب كمن لاذنب له

“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya dengan sungguh-sungguh adalah seperti orang yang tidak punya dosa.“

(HR. Ibnu Majah no. 4250, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Janganlah bersedih dan terpuruk atas banyaknya dosa-dosa kita di masa lalu, ketika kita tidak bisa merubah masa lalu yang kelam tapi kita masih bisa untuk mengupayakan dan merubah masa depan menjadi lebih baik dan penuh rahmat.

Sobat gudang da'i, Masa lalu adalah masa lalu, maka biarkan masa lalu pergi. Jika kita melakukannya, akan lebih mudah bagi kita untuk memaafkan diri sendiri dan menyembuhkan luka hati yang selama ini membuat kita sangat menderita. Bila kita terlalu berfokus dengan kenangan pahit masa lalu, maka kita akan lupa untuk meniti langkah hidup selanjutnya. Akan menjadi lebih baik jika kita mampu merubah pandangan itu semua.

Sobat gudang da'i, Menyadari segala kesalahan yang telah kita perbuat adalah langkah awal untuk berdamai dengan diri sendiri. Setelah menyadari segala kesalahan, maka belajarlah dari kesalahan-kesalahan tersebut dan berjanji kepada diri sendiri untuk berusaha keras agar tak lagi mengulangi kesalahan yang sama.

Melakukan kesalahan adalah bagian dari menjadi manusia. Dari kesalahan-kesalahanlah kita sebagai manusia belajar, tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang semakin baik.

Sobat gudang da'i, Manusia sudah memiliki jatah rezeki dan kesuksesannya masing-masing. Semuanya tergantung usaha serta konsistensi dalam mencapainya. Proses dan jangka waktu pencapaiannya juga berbeda-beda, karena semua orang punya _timeline_ hidupnya masing-masing.

Kita bukan manusia sempurna, tapi manusia yang sedang mencoba untuk menjadi lebih baik untuk diri kita sendiri dan mencoba berbagai opsi untuk hasil yang terbaik. Jika belum waktunya untuk berhasil, maka bersabarlah. Bersabar bukan berarti pasrah, tapi membiarkan dan mengizinkan diri kita ikhtiar untuk melakukan yang terbaik semampu kita, berdoa dan bertawakal kehadirat Allah Azza wa Jalla mengharapkan hasil yang terbaik.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadikan masa lalu sebagai _ibrah_ terbaik untuk memperbaiki diri dalam meraih ridha-Nya.

Sabtu, 31 Mei 2025

Jangan Lupa Tugas Kita

TUGAS KITA MENYALAKAN LENTERA, BUKAN MENGUTUK KEGELAPAN

Sobat, Pertarungan antara yang haq dan yang bathil berikut para pengusung dan pembela masing-masing adalah sebuah kemestian hidup. Sebab, keduanya bertolak belakang, tidak mungkin berkumpul satu sama lain melainkan saling berusaha mengenyahkan yang lain. Berpegang kepada salah satunya, mesti akan meninggalkan yang lain, dan itu kepastian. Paling tidak, akan melemahkan yang ditinggalkan atau ditolak.

Seandainya terlihat "kerukunan" antara yang _haq_ dan yang _bathil_ tanpa ada perseteruan dan pertikaian di antara para pembela dan pengusungnya, boleh jadi karena ada sebab tertentu. Di antaranya ialah karena kelemahan para pengusung dan pembela masing-masing ( _al-haq_ dan _al-bathil_) ini, atau ketidaktahuan para pengikut masing-masing tentang hakikat dari kebenaran atau kebathilan yang mereka perjuangkan, berikut konsekuensinya, sehingga melemahkan pengaruh kebathilan dan kebenaran itu pada pihak yang membela dan mengusungnya.

Walau bagaimanapun _al-haq_ ialah semua bentuk ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan _al-bathil_ adalah semua bentuk ketaatan kepada syaitan. Oleh karena itu, keduanya tidak mungkin dapat bersatu selama-lamanya.

Sobat, Betapapun banyaknya dan menariknya keadaan kebathilan, dia pasti lenyap. Itu semua adalah _sunnatullah_ yang tidak mungkin berubah. Berbagai syubhat dan kerancuan berpikir, seindah apa pun menghiasi sebuah kebathilan, pasti akan tersingkap kepalsuannya...

Sobat, Allah Azza wa Jalla berfirman:

 وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

“Dan janganlah kamu mencampur-adukkan kebenaran dengan kebathilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)

Larangan ini merupakan larangan yang besar dan serius. Hal ini karena hak menentukan halal dan haram adalah ketentuan Allah Azza wa Jalla dan hak-Nya semata-mata. Karena itu Allah Azza mengecam mereka yang mencampur-adukkan antara yang haq dan yang bathil, antara ketaatan dan kemaksiatan, antara kebenaran dan kebohongan. Sebab dengan cara-cara itulah dan tangan-tangan kotor mereka itulah menyebabkan hukum Allah Azza wa Jalla bercampur aduk antara larangan dan suruhan.

Sobat, Dililihat dari sisi bahasa, kata تَلْبِسُواْ ( talbisuu) bisa berasal dari kata _la-bi-sa_ (memakai) atau la-ba-sa (mengacaukan, menyamarkan) atau al-ba-sa (memakaikan).

Kalau dipadukan bisa menjadi: “Memakai pakaian kebenaran ( al-haq) untuk menutupi tubuh aslinya yang salah ( al-bathil)

Maka, orang yang membantu, setuju atau membiarkan tindakan ini disebut memakaikan pakaian kebenaran ( _al-haq_) kepada kebathilan ( _al-bathil_). Baik yang memakai ataupun yang memakaikan pakaian kebenaran ( _al-haq_) kepada kebathilan ( _al-bathil_) punya andil yang sama di dalam mengacaukan pandangan masyarakat tentang yang benar...

Sobat,Tugas kita menyalakan lentera, bukan mengutuk kegelapan. Jika kita berada pada situasi dan kondisi di mana kebenaran ditutupi dan dibenamkan oleh kebatilan, maka tugas kitalah menyalakan lentera agar nampak jelas mana yang benar dan mana yang batil. Tidak sekedar mengutuknya, karena tidak akan merubah keadaan...

Semoga kita dapat mengetahui dan mengikuti yang benar adalah benar, dan berlindung dari yang salah adalah salah,


اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

“Ya Allah, tunjukkanlah kepada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kami kekuatan untuk mengikutinya, serta tunjukkanlah kepada kami yang bathil itu bathil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memegang teguh kebenaran dan menjauhkan diri dari kebathilan untuk meraih ridha-Nya.

Minggu, 18 Mei 2025

Sabar segala hal tidak akan tertukar

BERSABAR & BERTAWAKAL MENANTI SEGALA SESUATU TERJADI SESUAI IRADAH-NYA

Sahabat gudang da'i, Manusia penuh dengan lika-liku dalam perjalanan kehidupannya seiring dengan perjalanan waktu. Semua ada waktunya, bergerak apa adanya seturut iramanya sendiri. Akan tetapi manusia tidak selalu dapat mengetahui kapan waktu untuk segala sesuatu itu terjadi.

Hanya Allah  Azza wa Jalla yang mengetahui, sebab Dia yang menetapkan waktu untuk segala sesuatu itu terjadi. Dialah yang membuat segala sesuatu yang terbaik pada waktunya.

Saudaraku, Seringkali manusia terburu-buru ketika menginginkan sesuatu. Tak jarang kesabarannya hilang ketika sesuatu yang dinanti atau yang diharap-harapkan tak kunjung datang. Al-Qur’an menyebut sifat manusia yang suka tergesa-gesa ini dalam firman-Nya,

كَانَ ٱلۡإِنسَٰنُ عَجُولٗا

“Dan memang manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)

Atau dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla berfirman,

خُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ مِنۡ عَجَلٖۚ

“Manusia diciptakan bersifat tergesa-gesa.” 

(QS. Al-Anbiya’: 37)

Kita sering mendengar kalimat semua akan indah pada waktunya. Jika direnungkan, kalimat ini bukan hanya kalimat motivasi biasa yang ingin mendinginkan hati manusia yang sedang dalam kesulitan saja. Tapi kalimat ini benar-benar menggambarkan realita yang sebenarnya...

Saudaraku, Terkadang kita sangat menginginkan sesuatu dan sangat berharap apa yang kita inginkan akan segera terwujud. Namun pernahkah kita berpikir bahwa sesuatu yang kita inginkan itu bila datang di waktu yang “tidak tepat” akan membuat semuanya malah menjadi berantakan?

Yakinlah selalu bahwa doa dan harapan kita akan terwujud pada waktunya. Pada waktu yang paling pas dan paling tepat!

Saudaraku, Bersabarlah untuk menanti buah hingga matang, karena rasa manisnya akan muncul pada waktunya. Bila kita tergesa-gesa maka kita hanya akan menemukan rasa masam darinya.

Bersabarlah untuk menanti janin di dalam rahim ibunda hingga tiba waktunya, karena bayi akan sempurna pada waktunya.

Bersabarlah untuk semua yang kita inginkan, karena sesuatu itu akan menjadi manis, indah dan sempurna bila tiba pada saat yang tepat.

Jangan pernah berputus asa dalam berdoa, teruslah memohon dan meminta kepada Allah Azza wa Jalla, karena tidak ada orang yang akan kecewa karena banyak berdoa,

وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

“Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.” (QS. Maryam: 4)

Saudaraku, Jangan pernah takut dengan hari esok, karena Dia yang menyelesaikan berbagai macam kesulitan kita di hari kemarin, pasti akan menolong kita di hari esok. Yang telah merawat kita, menjaga kita dan membimbing kita di masa kecil tidak akan menelantarkan kita di masa depan kita Dia-lah Allah Azza wa Jalla yang kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya tak tertandingi oleh siapapun,

– وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلًا

“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang menjadi pelindung.” (QS. An-Nisa’: 81)

Kegelisahan hati muncul karena rendahnya rasa tawakal kita kepada Allah Azza wa Jalla. Bila kita yakin dengan Rahmat Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan putus asa dalam menghadapi berbagai kesulitan. Bila kita yakin dengan keadilan Allah Azza wa Jalla, pasti kita tidak akan pernah menyalahkan iradah-Nya. Tugas kita ada berdoa dan berusaha, sembari kita terus menyebut Nama-Nya, karena hanya Dia-lah yang mampu menyelesaikan semua urusan kita,

وَأُفَوِّضُ أَمۡرِيٓ إِلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ

“Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Ghafir: 44)

Setelah ayat lain, langsung Allah Azza wa Jalla menjawab dengan firman-Nya,

فَوَقَىٰهُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِ مَا مَكَرُواْۖ

“Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka.” (QS. Ghafir: 45)

Saudaraku, Hadapi hari kita dengan keyakinan bahwa pasti Allah Azza wa Jalla akan memberi yang terbaik di waktu yang terbaik. Buang semua kegelisahan di hati kita dan hiduplah dengan penuh optimis bahwa Allah Azza wa Jalla senantiasa memberikan yang terbaik pada waktu yang terbaik...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersabar dan bertawakal menanti segala sesuatu terjadi sesuai iradah-Nya untuk meraih ridha-Nya.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share

Minggu, 11 Mei 2025

Dunia semakin mempesona

TERLENA PESONA DUNIA ATAU BERJUANG DI SISA UMUR KITA

Penulis saat berkunjung ke candi prambanan

Sobat gudang da'i,Kala titik air hujan jatuhkan diri ke bumi. Itulah tanda sang awan tuntaskan tugas. Mandikan lembar demi lembar hijau dedaunan. Tumbuhkan kebahagiaan pada setiap jengkal tanah pengharapan.

Ketika air sungai mencapai muara. Itulah akhir dari perjalanan panjangnya. Setelah berliku memuliakan alur kehidupan. Temukan kebahagiaan dalam putihnya buih di luas samudera.

Saat mentari tenggelam di garis cakrawala. Itulah akhir dari pengembaraan berharganya.

Setelah lelah menebar cahaya penuh berkah. Wujudkan kebahagiaan dalam hangatnya buaian malam.

Ternyata semua ada masanya yang tiada kita menyadarinya. Di mana kita harus ikhlas atas segalanya. Sebagai bukti ketertundukkan yang dalam dan kepatuhan yang sepenuhnya utuh. Pada setiap lembar iradah-Nya.

Saudaraku,Allah Azza wa Jalla telah menentukan kadar kehidupan setiap manusia, termasuk batas usianya. Dan semua itu menjadi petunjuk agar kita mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَا لَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدٰى

"Yang menentukan kadar masing-masing dan memberi petunjuk."(QS. Al-A'la: 3)

Saudaraku,Allah Azza wa Jalla sudah memberikan segala sesuatu sesuai dengan kadar atau takarannya. Ini berlaku dalam semua ciptaan Allah Azza wa Jalla..

Dalam sebutir jagung, kacang dan biji-bijian lainnya sudah ada ketetapan dan petunjuk lengkapnya. Bagian ini akan menjadi akar, bagian yang lain akan menjadi daun, tangkai, buah dan lainnya, bila ditanam..

Dalam setetes air sperma sudah ada ketetapan dan petunjuknya. Bagian ini akan menjadi kaki, bagian yang lain akan menjadi mata, hidung, rambut dan lainnya, bila kemudian menjadi janin.

Saudaraku,Apa yang sudah ditetapkan Allah Azza wa Jalla walau bagaimanapun tidak akan meleset. Apa yang tidak ditetapkan walau bagaimamapun juga tidak akan menimpa. Perjalanan waktu di ujung kehidupan pada masanya akan tiba mengikuti ketetapan dan iradah-Nya. Ini bagian dari iman kepada takdir Allah Azza wa Jalla. Sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ

“Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir yang baik dan takdir yang buruk, sampai dia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak akan mengenainya.” (HR. Tirmidzi, 2070)

Dengan iman kepada takdir Allah Azza wa Jalla ini, hati kita menjadi tenang dalam menghadapi segala apapun yang telah, sedang dan akan terjadi.

Saudaraku,Hidup adalah suatu perjalanan panjang yang menuntut proses pembelajaran dari segala hal yang ada. Proses pembelajaran ini akan memberikan kita pengalaman yang akan terus bertambah seiring waktu berjalan.

Saudaraku,Usia adalah rahasia yang abadi sampai ia datang. Tak mengenal anak kecil atau manusia lanjut usia, ia bisa datang kapanpun tanpa permisi. Harta banyak yang kita kumpulkan, kekuasaan yang kita kejar dan pertahankan. Semua itu tak akan berdaya. Semua pada akhirnya akan kita tinggalkan.

Apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapinya? Pada akhirnya hanya ada dua pilihan yang tersisa. _Pertama,_ terus terlena oleh pesona kehidupan gemerlap dunia. Atau _kedua,_ berjuang di sisa umur kita.

Saudaraku,Keindahan di ujung perjalan hidup kita adalah husnul khatimah. Husnul khatimah merupakan dambaan sekaligus harapan terakhir setiap hamba yang beriman dalam hidupnya. Karenanya doa husnul khatimah sering dipanjatkan sebagai motivasi dan kesungguhan untuk meraihnya...

Namun seperti juga karunia Allah Azza wa Jalla yang lain, husnul khatimah tidak diraih dengan berpangku tangan, tanpa usaha, perencanaan, dan persiapan yang memadai..

Saudaraku,Husnul khatimah merupakan penilaian akhir yang sangat menentukan. Karena boleh jadi, di awal kehidupan seseorang penuh dengan kemaksiatan dan dosa, lantas ia bertaubat dan menjadi lebih baik di akhir waktu. Namun yang paling aman, tetap istiqamah dengan keimanan dan ketakwaan dari awal hingga akhir usia.

Saudaraku,Marilah kita fahami kembali tujuan hidup kita dengan benar untuk beribadah kepada-Nya dan jangan ragu dalam mengambil keputusan. Tidak perlu langkah yang besar untuk memulai sesuatu, cukup dimulai dengan langkah kecil dan yakinlah sesuatu yang besar sedang menunggu kita di depan sana, di ujung jalan kehidupan kita...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjaga iman dan takwa kita hingga di ujung kehidupan kita untuk meraih ridha-Nya mendapat predikat husnul khatimah.

Rabu, 07 Mei 2025

Definisi Manusia yang baik

MENJADI MANUSIA YANG TERBAIK DALAM PERJALANAN WAKTUNYA

Sahabat gudang da'i,Kita dilarang untuk membiarkan kemungkaran terjadi di tengah masyarakat,  padahal sebenarnya kita bisa mengingatkannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan kita untuk mengingkari kemungkaran yang ada di hadapan kita. Baik dengan tangan, lisan, atau minimal hatinya membenci.

Dalam hadits dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Siapa yang melihat kemungkaran hendaklah meluruskannya dengan tangannya, maka jika tidak sanggup hendaklah meluruskan dengan lisannya, jika tidak sanggup hendaklah dia meluruskan dengan hatinya dan ini adalah iman yang paling lemah.” (HR. Muslim 49)

Bagian dari pengingkaran terhadap kemungkaran itu adalah menjauhinya dan tidak bergabung dengan para pelaku kemungkaran. Allah Azza wa Jalla mengingatkan para hamba-Nya untuk tidak berkumpul dengan orang munafiq,

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آَيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ

“Sungguhnya Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan oleh orang-orang kafir, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sungguh jika kalian tidak menyingkir, berarti kalian serupa dengan mereka.” (QS. An-Nisa: 140)

Allah Azza wa Jalla menyebutkan, orang yang ikut _nimbrung_ bersama orang kafir atau orang munafiq dalam melakukan kekufuran dengan “jika kalian tidak menyingkir, berarti kalian serupa dengan mereka.”

Al-Qurthubi mengatakan,

فَدَلَّ بِهَذَا عَلَى وُجُوبِ اجْتِنَابِ أَصْحَابِ الْمَعَاصِي إِذَا ظَهَرَ مِنْهُمْ مُنْكَرٌ ؛ لِأَنَّ مَنْ لَمْ يَجْتَنِبْهُمْ فَقَدْ رَضِيَ فِعْلَهُمْ ، وَالرِّضَا بِالْكُفْرِ كُفْرٌ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلّ : (إِنَّكُمْ إِذاً مِثْلُهُمْ) . فَكُلُّ مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسِ مَعْصِيَةٍ وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِمْ يَكُونُ مَعَهُمْ فِي الْوِزْرِ سَوَاءً

Ayat ini menunjukkan wajibnya menjauhi pelaku maksiat ketika mereka menampakkan kemungkaran. Karena orang yang tidak menjauhi kemungkaran mereka, berarti ridha dengan perbuatan mereka. Dan ridha dengan perbuatan kekufuran adalah kekufuran. Allah Azza wa Jalla menegaskan, “Berarti kalian seperti mereka.” Sehingga semua yang duduk bersama di majelis maksiat, dan tidak mengingkarinya, maka dosa mereka sama... (Tafsir Al-Qurthubi, 5/418)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Sahabat, Para _salaf_ mengatakan bahwa _amar ma’ruf nahi munkar_ itu wajib bagi insan. Namun wajibnya adalah _fardhu kifayah,_( jika sebagian telah memenuhi kewajiban ini, maka yang lain gugur kewajibannya). Walaupun pahalanya akan diraih oleh orang yang mengerjakannya, begitu pula oleh orang yang asalnya mampu namun saat itu tidak bisa untuk melakukan _amar ma’ruf nahi munkar_ yang diwajibkan. Jika ada orang yang ingin ber _amar ma’ruf nahi munkar,_ wajib bagi yang lain untuk membantunya hingga maksudnya yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan tercapai. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan melampaui batas.” (QS. Al Maidah: 2)

Meninggalkan _amar ma’ruf nahi munkar_ adalah sebab datangnya hukuman dunia sebelum hukuman di akhirat. Janganlah menyangka bahwa hukuman meninggalkan amar _ma’ruf nahi munkar_ bukan hanya menimpa orang yang dzalim dan pelaku maksiat, namun boleh jadi juga menimpa umat manusia secara keseluruhan.

Sahabat, Orang yang melakukan _amar ma’ruf_ hendaklah orang yang _faqih_ (paham) terhadap yang diperintahkan dan _faqih_ terhadap yang dilarang. Begitu pula hendaklah dia _halim_ (santun) terhadap yang diperintahkan, begitu pula terhadap yang dilarang. Hendaklah orang tersebut orang yang _halim_ terhadap apa yang dilarang. Ketika dia melakukan _amar ma’ruf nahi munkar,_ hendaklah ia bersikap lemah lembut terhadap apa yang ia perintahkan dan ia larang. Lalu ia harus _halim_ dan bersabar setelah ia ber _amar ma’ruf nahi munkar._ Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman dalam kisah Luqman,

وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.” (QS. Luqman: 17)

Sahabat, Melakukan _amar ma'ruf_ itu harus dengan cara yang baik, tidak boleh ada dampak jelek. Demikian pula melakulan _nahi munkar_  harus dilakukan dengan baik tanpa membawa dampak keburukan. Janganlah menghilangkan kemungkaran malah dengan cara yang mungkar pula, maka itu hanya membawa banyak kerusakan daripada  mendapatkan banyak kebaikan dan kemanfaatan.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

خير الناس أنفعهم للناس

“Sebaik-baik manusia adalah yang memberikan banyak kemanfaatan bagi manusia lainnya.”

Pada prinsipnya, pergunakanlah seluruh kemampuan kita untuk memberikan kemanfaatan pada sesama manusia dan lingkungan sekitarnya. Itulah manusia yang terbaik dalam perjalanan waktunya...

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menebarkan kebaikan dan kemanfaatan sebagai manusia terbaik untuk meraih ridha-Nya.

Sabtu, 03 Mei 2025

Tips Terhindar dari Fitnah Ahir Zaman

SABAR OBAT FITNAH AKHIR ZAMAN



Sobat gudang da'i, Pada akhir zaman ini, fitnah banyak bertebaran, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Sejak dulu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun telah memberikan pesan kepada umat Islam terkait fitnah di akhir zaman dan umat Islam harus memiliki bekal untuk menghadapinya.

Menurut Ibnu Arabi, fitnah dapat bermakna ujian, cobaan, harta, maupun anak-anak. Ia berkata,

الفِتْنَةُ الإِخْتِبَارُ، وَالفِتْنَةُ المِحْنَةُ، وَالفِتْنَةُ المَالُ، وَالفِتْنَةُ الأَوْلاَدُ، وَالفِتْنَةُ الكُفْرُ، وَالفِتْنَةُ اخْتِلاَفُ النَّاسِ بِالآرَاءِ

“Fitnah bermakna ujian, fitnah bermakna cobaan, fitnah bermakna harta, fitnah bermakna anak-anak, fitnah bermakna kekafiran, fitnah bermakna perselisihan pendapat di antara manusia.” (Linasul Arab, Ibnu Mandzur al-Ifriqi, 13/317)

Saudaraku,Seorang Muslim hendaklah kembali kepada Allah Azza wa Jalla dan senantiasa meminta perlindungan kepada-Nya dalam menghadapi fitnah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun selalu memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla dan memerintahkan umatnya mengerjakannya.

Sebuah riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdoa, ‘Ya Allah aku meminta perlindungan padamu dari azab kubur, dan dari azab neraka dan dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian dan dari fitnah al-Masih Dajjal.” (HR. Al-Bukhari)

Dalam kitabnya yang berjudul _Ighatsatul Lahfan,_ Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan tidak ada obat bagi fitnah kecuali sabar. Sabar merupakan penempa seseorang dan pembersih dirinya dari dosa sebagaimana pembakaran merupakan tempaan untuk menghasilkan perhiasan emas dan perak. Fitnah itu tempaan untuk menghasilkan seorang Mukmin yang jujur...

Saudaraku,Sesungguhnya menyibukkan diri dengan ketaatan dan bersegera menuju peribadatan kepada Allah Azza wa Jalla saat fitnah akhir zaman merupakan faktor besar yang mendukung seorang Mukmin bisa teguh di jalan Allah Azza wa Jalla. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga berpesan kepada umatnya segera melakukan amal shaleh saat terjadi fitnah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

“Bersegeralah beramal sebelum munculnya fitnah yang datang bagaikan potongan-potongan malam yang gelap, seseorang di pagi harinya beriman dan di sorenya telah menjadi kafir, atau sorenya masih beriman dan pagi harinya telah menjadi kafir, menjual agamanya dengan gemerlap dunia.”(HR. Muslim)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Allah Azza wa untuk meraih Ridha-Nya.

Sabtu, 05 April 2025

Batasan Akal Manusia

DENGAN AKAL MEMBUAT AMALAN MENJADI BAIK DAN SEMPURNA


Sahabat gudang da'i, Berkata al-Imam asy-Syafi'i radliyallahu Anhu,

كما أن للعين حدا تقف عنده كذلك للعقل حد يقف عنده

"Sebagaimana mata memiliki keterbatasan yang ia pasti berhenti padanya, maka akal juga memiliki keterbatasan yang ia harus berhenti padanya." (Adabus Syafi'i)

Sangat benar apa yang dinyatakan oleh al-Imam asy-Syafi'i di atas. Masing-masing dari kita telah merasakan keterbatasan mata kita. Bagaimana ketika di malam hari ketika tiba-tiba listrik padam? Itulah keterbatasan mata kita. Seketika itu pula kita tidak bisa melihat apapun. Demikianlah ketika mata tidak mendapatkan cahaya. Tidak bisa melihat apapun. Ketika ada setitik cahaya ia bisa melihat dengan remang-remang. Demikian pula halnya dengan akal manusia. Sebagaimana tubuh manusia yang serba terbatas, akal juga memiliki keterbatasan yang ia harus berhenti ketika itu. Sebagai bukti terbatasnya akal, adakah orang yang bisa menjelaskan di mana ruhnya? Atau seperti apa ruhnya?

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk perintah Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."(QS. Al-Isra': 85)

Saudaraku,Karena akal manusia terbatas maka sangat bergantung kepada petunjuk dari Allah Azza wa Jalla dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Ketika tidak mendapatkan cahaya dan rahmat dari Allah Azza wa Jalla, ia akan berjalan dengan serampangan. Terlebih ketika si pemilik akal bukan orang yang memiliki kehati-hatian, sifat _wara',_ tidak takut kepada Allah Yang Maha Perkasa, maka yang muncul dari orang seperti ini hanyalah pendapat, perkataan, atau pikiran-pikiran 'nyeleneh' yang hanya akan membuat dirinya sengsara dan rusak sebelum membuat orang lain sengsara dan rusak.

Saudaraku,Kata "akal" berasal dari bahasa Arab: _aqala, ya'qilu, aqlan._ Rangkaian ketiga huruf tersebut berkisar maknanya pada “menghalangi” dan (dari sana) lahir kata _‘iqal_ yang berarti "tali". Mengapa "menghalangi" dan "tali"?

Tali yang biasanya berwarna hitam yang melilit kain yang menyelubungi kepala pria dalam pakaian Arab Saudi dinamai _‘iqal_ karena "tali" itu menghalangi" kain tersebut diterbangkan angin atau terjatuh. Demikian juga tali yang mengikat binatang agar tidak lepas atau kabur.

Saudaraku,Manusia tidak tepat disebut _antropomorfisme_ karena potensi dan keunggulan yang dimilikinya luar biasa besarnya. Akan tetapi manusia juga tidak bisa disebut sebagai makhluk _antroposentris,_ karena meskipun ia memiliki keunggulan dan keutamaan tetapi manusia masih memilki kelemahan fundamental. Manusia dikaruniai akal pikiran dan intelektualitas yang bertingkat-tingkat tetapi manusia memiliki kelemahan dasar sebagai pelupa ( _al-gafil_ ). 

Sayed Hussen Nasr menyebut manusia lebih tepat disebut sebagai makhluk _teomorfis,_ suatu makhluk yang agung tetapi masih memiliki kekurangan. Karena kekurangannya itu maka manusia membutuhkan Allah Azza wa Jalla sebagai kekuatan ekstra untuk mengembalikan manusia dari kelemahannya sebagai makhluk pelupa ( _al-gafil_ ) menjadi makhluk yang sadar ( _al-dzakir_ ).

Manusia sebagai makhluk _teomorfi_ tidak sepantasnya bisa berperilaku sombong, angkuh, dan _'ujub,_ karena Allah Azza wa Jalla Maha Tahu kelemahan mendasar manusia. Sebaliknya manusia juga tidak bisa bersikap _pesimistik_ dan _under confidence_ karena satu-satunya makhluk yang mendapatkan kepercayaa dan kelebihan begitu besar dari Allah Azza wa Jalla. Sikap paling benar bagi manusia ialah bersikap optimisme ( _al-raja'_ ) yang diimbangi rasa takut ( _khauf_ ) dan dipandu dengan rasa _tawadhu'_ dan mawas diri. Usaha keras bagi manusia bukan jaminan meraih keberhasilan.

Saudaraku,Ketahuilah bahwa akal adalah syarat agar seseorang bisa memahami sesuatu, sehingga membuat amalan menjadi baik dan sempurna. Oleh karena itu, akal yang baik saja yang bisa mendapatkan _taklif_ (beban syariat) sehingga orang gila yang tidak berakal tidak mendapat perintah shalat dan puasa. Seseorang yang tidak memiliki akal adalah keadaan yang serba penuh kekurangan. Setiap perkataan yang menyelisihi akal adalah perkataan yang batil. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kita untuk memperhatikan dan merenungkan Al Qur’an dengan menggunakan akal,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an?” (QS. Muhammad: 24)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa optimisme ( _al-raja'_ ) yang diimbangi rasa takut ( _khauf_ ) dan dipandu dengan rasa _tawadhu'_ dan mawas diri untuk meraih ridha-Nya.

Senin, 17 Maret 2025

3 Kriteria Manusia yang Baik

Kriteria Manusia yang dikehendaki menjadi Baik oleh Allah SWT

Sobat gudang da'i,Setiap manusia tentu mendambakan menjadi orang yang baik. Karena sejatinya kehidupan akan membaik ketika manusia pun juga memulai kebaikan dari dirinya sendiri terlebih dahulu...

Kebaikan yang selalu mereka dambakan, bukanlah tak berarti. Melainkan kebaikan itulah yang akan membantu mereka meraih ridha Allah Azza wa Jalla. Karena Allah Azza wa Jalla adalah dzat Yang Maha Baik, maka Allah juga mencintai hamba yang baik.

Dalam kitab Nashaihul Ibad, Karya Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan syarah atas kitab Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Asqalani (Ibnu Hajar Al-Asqalani) dijelaskan, terdapat 3 kriteria seorang hamba yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla untuk menjadi orang yang baik. Syekh Nawawi berkata:

Pertama, ketika Allah Azza wa Jalla menghendaki seorang hamba untuk menjadi orang baik, maka Allah Azza wa Jalla menguatkan agamanya.

Agama seorang hamba tersebut dikuatkan oleh Allah Azza wa Jalla. Dikuatkanlah keimanannya. Sehingga hamba tersebut tetap teguh menapaki jalan kebaikan, meskipun godaan malang melintang. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik maka dikuatkanlah ia dalam perkara agama."

Kedua, dizuhudkanlah hamba tersebut di dalam perkara dunia.

Hamba yang baik, adalah hamba yang tidak tergiur sedikitpun akan gemerlap pesona dunia. Ia berpikir bahwa dunia hanyalah tempat singgah semata. Hanya perkara yang fana. Hamba yang baik hanya mengingat satu perkara, yaitu janji Allah Azza wa Jalla akan kehidupan akhirat yang kekal adanya. Ia ingat betul akan peringatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perkara dunia, bahwa:

"Cinta dunia adalah pokok dari segala keburukan."

Ketiga, diperlihatkanlah aib-aib dalam dirinya sendiri.

Hamba yang baik tidak sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna. Mencari-cari aib sesamanya. Membicarakan keburukan orang lain. Terlebih, merasa dirinya lebih baik dan memandang orang lain terlalu buruk. Sungguh, hal tersebut jauh dari diri seorang hamba yang baik. Hamba yang baik adalah hamba yang tidak pernah membicarakan keburukan orang lain.

Ia oleh Allah Azza wa Jalla disibukkan dengan aib-aib pribadinya. Ia disibukkan dengan berintrospeksi diri, _muhasabatun nafsi._ Mencari-cari kekurangan diri sendiri untuk kemudian ia perbaiki agar kelak ia benar-benar menjadi hamba yang baik. Hal ini senada dengan perkataan ulama ahli hikmah:

"Beruntunglah bagi orang yang disibukkan dengan aib pribadinya dari pada aib-aib manusia."

Terlepas dari itu semua, Ba'dul Hukama', sebagian ulama ahli hikmah juga menerangkan bahwa sesungguhnya manusia sudah bisa meraba-raba nasibnya apakah ia ditakdirkan manjadi orang baik atau sebaliknya yaitu dengan melihat aktifitas sehari-harinya. Apakah ia dimudahkan dalam kebaikan ataukah tidak. Jika iya, maka ia benar-benar ditakdirkan menjadi orang baik. Karena mereka (ulama ahli hikmah) berkata:

"Tiap-tiap manusia itu dimudahkan untuk apa ia diciptakan."

Jadi, ketika seorang hamba selalu diliputi dengan kebaikan demi kebaikan, maka beruntunglah manusia itu. Ia ditakdirkan menjadi orang baik...

Saudaraku,Adapun perkara yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla di antaranya adalah suka berpsangka. Allah Azza wa Jalla telah berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ

“Wahai orang-orang yang beriman, hindarilah dari banyak berprasangka.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

“Tinggalkanlah berprasangka, karena berprasangka adalah sedusta-dustanya pembicaraan.” 

(HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Bahkan, Islam melarang seseorang memberitakan setiap apa yang dia dengar dan setiap apa yang dia lihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dianggap dusta dengan dia membicarakan setiap apa yang dia dengar.” 

(HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Terlebih lagi kalau sampai berdusta, padahal Allah Azza wa Jalla telah berfirman,

وَٱجۡتَنِبُواْ قَوۡلَ ٱلزُّورِ 

“Jauhilah perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30)

Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

“Jauhilah dusta, karena berdusta akan mengantarkan kepada keburukan, sedangkan keburukan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang selalu berdusta dan menekuninya, niscaya akan ditulis di sisi Allah Azza wa Jalla sebagai pendusta.” 

(HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa mendambakan kebaikan demi kebaikan untuk meraih ridha-Nya.