Sabtu, 02 Agustus 2025

Jadilah Hamba Yang Merdeka

MENJADI HAMBA YANG MERDEKA

Sahabat gudang da'i, Sesungguhnya fitrah manusia yang terlahir dari kandungan ibunya ke dunia ini adalah makhluk merdeka. Manusia diciptakan Allah Azza wa Jalla dengan fitrahnya yang bersih, yaitu berakidah dan bertauhid dalam arti kata manusia awal penciptaannya merupakan makhluk merdeka.

Istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut _al-Istiqlal._ Hari Kemerdekaan disebut _Id al-Istiqlal._ Hal ini merupakan bentuk penafsiran dari: 

التحرر والخلاص من القيد والسيطرة الاجنبية

_al-Taharrur wa al-Khalash min al-Qayd wa al-Saytharah al-Ajnabiyyah_ artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain. Dalam istilah lain disebutkan

القدرة على تنفيذ مع عدم القسر والعنف من الخارج

artinya kemampuan mengaktualisasikan diri tanpa adanya segala bentuk pemaksaan dan kekerasan dari luar dirinya.

Dengan kata lain kemerdekaan adalah bebas dari segala bentuk penindasan bangsa lain. Kata lain untuk makna ini adalah _Al-Hurriyyah._ Kata ini biasa diterjemahkan sebagai kebebasan. Dari kata ini terbentuk kata _al-Tahrir_ yang berarti pembebasan. Orang yang bebas/merdeka disebut _al-hurr_ lawan dari _al-‘abd_ (budak). Penggunaan kata kebebasan dalam konteks kaum Muslimin hari ini tampaknya kurang menyenangkan. Sebagian mereka memandangnya dengan sinis. Ini boleh jadi karena kebebasan seolah-olah menjadi milik khas Barat. Padahal al-Qur‘an selalu menyebutkan kata ini, dan bukan kata _al-Istiqlal.

Sahabat gudang da'i, Dalam teks-teks klasik _al-Hurriyyah;_ kebebasan amatlah populer dan terpuji. Akan tetapi makna-makna sebagaimana disebutkan di atas masih amatlah sederhana dan formalistik, masih semi merdeka ( _Syibh al-Hurriyyah/Istiqlal_). Kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 barulah gerbang dan pintu yang terbuka.

Kemerdekaan atau Kebebasan secara maknawi sejatinya adalah situasi batin yang terlepas dari segala rasa yang menghimpit, yang menekan dan yang menderitakan jiwa, pikiran dan gerak manusia baik yang datang dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Ada juga yang berpendapat bahwasannya Kemerdekaan adalah suasana hati yang damai, yang tenang terbukanya kehendak-kehendak dan harapan-harapan yang manis manusia.

Sahabat gudang da'i, Hakikat kemerdekaan merupakan merdeka dari menjadi hamba, dan budak hawa nafsu ketamakan, yakni budak dunia dan budak harta. Kalau kita masih diperbudak dunia dan harta maka sejatinya kita belum merdeka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ، وَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ

"Celaka hamba budak dinar, Celaka hamba budak dirham." (HR. Al-Bukhari)

Sahabat gudang da'i, Dikisahkan bahwa seseorang pernah meminta nasehat kepada imam Syafi’i. Imam Syafi’i menjawab,

إن الله خلقك حرًّا؛ فكن كما خلقك!

“Sesungguhnya Allah telah menciptakanmu sebagai orang merdeka, maka jadilah sebagaimana Dia telah menciptakanmu.”(Manaqib As Syafi’i karya Imam Al Baihaqi: 2/197)

Kemerdekaan yang dimaksud oleh imam Syafi’i di atas tentunya bukan kemerdekaan dalam makna yang difahami kebanyakan orang, yaitu kebebasan tanpa batas serta jauh dari aturan-aturan syariat. Kemerdekaan yang di maksud adalah kemerdekaan dari penjajahan hawa nafsu, belenggu sifat-sifat syaitaniyah dan penyembahan serta ketundukan kepada selain Allah Azza wa Jalla. Hamba yang merdeka adalah hamba yang hanya menghadapkan wajahnya kepada Allah Azza wa Jalla semata. Kemerdekaan inilah yang akan membawa jiwa dan raganya menuju makna kemerdekaan yang digariskan Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya,

“إياك نعبد و إياك نستعين”

“Hanya kepada-Mu Kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” Hanya akan mengabdi kepada Allah Azza wa Jalla bukan kepada selain-Nya selamanya. Hingga datang sesuatu yang diyakini,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

"Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (kematian).” (QS. Al Hijr: 99)

Oleh karena itu, sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang sedang merayakan Hari Kemerdekaannya, marilah kita memahami hakikat kemerdekaan yang sesungguhnya. Jangan sampai terjebak kepada kemerdekaan yang hanya semu atau kamuflase belaka.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjadi hamba-Nya yang merdeka dari belenggu sifat-sifat syaitaniyah untuk meraih ridhaNya.

Jangan lupa berkunjung ke gudang arab

Minggu, 20 Juli 2025

Hakikat Tawajjuh Kepada Allah

SALING MENGINGATKAN DAN MENGUATKAN AGAR BERTAWAJUH KEPADA ALLAH

Sobat gudang da'i, Manusia dengan berbagai kekhilafan, kelalaian dan sifat kekurangannya amatlah mudah melupakan Allah Azza wa Jalla dalam hitungan sepersekian detik. Ini menjadi alasan yang sangat penting untuk kita saling mengingatkan dan menguatkan bahwa kita harus memiliki sifat selalu takut kepada Allah Yang Maha Melihat, seperti CCTV yang terus mengawasi, Allah Azza wa Jalla mengawasi kita setiap saat, di mana saja tanpa ada lengah dan istirahat sedikitpun. Allah Azza wa Jalla telah mengutus para malaikat untuk mencatat semua perbuatan dan tingkah laku kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَۙ

"Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat-malaikat yang mengawasi pekerjaanmu."

كِرَامًا كَاتِبِيْنَۙ

"Yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat amal perbuatan"

يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ

"Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Infitar: 10 -12)

Saudaraku, Muraqabah adalah salah satu sifat yang penting bagi setiap Muslim. Di dalam Al Qur'an, _muraqabah_ memiliki arti, setiap pribadi Muslim merasa takut kepada Allah Azza wa Jalla dalam semua perbuatan, gerakan, tingkah laku, dan bisikan hatinya pada setiap waktu. Orang yang memiliki jiwa sifat _muraqabah_ bisa melakukan penyeleksian mana perbuatan yang termasuk perintah Allah Azza wa Jalla dan mana yang dilarang oleh Allah Azza wa Jalla.

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan di dalam hati. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَلْيَوْمَ تُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ ۗ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

"Pada hari ini setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sungguh, Allah sangat cepat 

perhitungan-Nya." (QS. Ghafir: 17)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."(QS. Al Hadid: 4)

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa apabila dalam _nafs_ kita ada iman maka kita akan meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla memiliki sifat Maha Mengetahui diri kita, Maha Melihat, dan Maha Mengawasi.

Saudaraku, Sikap muraqabah akan menghadirkan kesadaran penuh pada diri dan jiwa seseorang bahwa ia selalu diawasi dan dilihat oleh Allah Azza wa Jalla di setiap waktu dan dalam setiap kondisi apapun. Bagi para sufi, muraqabah adalah ber tawajuh kepada Allah Azza wa Jalla dengan sepenuh hati, melalui pemutusan hubungan dengan segala yang selain Allah Azza wa Jalla; menjalani hidup dengan mengekang nafsu dari hal-hal terlarang; dan mengatur kehidupan di bawah perintah Allah Azza wa Jalla dengan penuh keimanan bahwa pengetahuan Allah Azza wa Jalla selalu meliputi segala sesuatu.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa merasa diawasi oleh Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridhaNYA

Selasa, 15 Juli 2025

Melawan Kebodohan

Lawan Kebodohan: Mengapa Ilmu Adalah Perisai Terkuat Kita

Sobat gudang da'i, Pernahkah terlintas di benak kita, seberapa sering kita mengikuti sesuatu tanpa dasar ilmu yang kuat? Di era informasi yang membanjiri ini, sangat mudah terseret arus dan terjebak dalam opini tanpa fakta. Namun, Allah ﷺ telah mengingatkan kita dengan tegas:

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al Israa: 36)

Ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan sebuah peringatan serius. Setiap informasi yang kita serap, setiap pandangan yang kita yakini, dan setiap langkah yang kita ambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Maka, bagaimana mungkin kita berani melangkah tanpa bekal ilmu yang memadai?

Memohon Ilmu yang Bermanfaat: Perisai dari Kebodohan

Kita harus senantiasa berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat. Rasulullah ﷺ mengajarkan kita doa yang powerful:

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu', doa yang tidak didengar, jiwa yang tidak pernah tenang dan ilmu yang tidak bermanfaat. Aku berlindung kepada-Mu dari empat perkara ini." (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, an-Nasaaie)

Doa ini adalah pengingat bahwa ilmu sejati bukan hanya tentang kuantitas, tetapi tentang kualitas dan kebermanfaatannya. Ilmu yang tidak mengantarkan kita pada ketenangan hati, kekhusyukan ibadah, dan keberkahan hidup, sejatinya adalah sebuah kerugian.

Menuntut Ilmu: Sebuah Kewajiban, Bukan Pilihan!

Jangan pernah remehkan pentingnya mencari ilmu. Dalam Islam, menuntut ilmu bukanlah pilihan, melainkan kewajiban bagi setiap Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Menuntut ilmu itu adalah kewajiban setiap muslim." (HR. Ibnu Majah dan lain-lain)

Ini adalah perintah yang jelas dan mutlak. Di zaman ini, akses terhadap ilmu begitu mudah. Maka, tidak ada alasan bagi kita untuk berdiam diri dalam kebodohan.

Jahil Basith vs. Jahil Murakkab: Kenali Musuh dalam Diri

Meski era Jahiliyah (kebodohan) telah berlalu dengan diutusnya Rasulullah ﷺ, kejahilan itu sendiri tetap ada dan akan terus ada hingga hari kiamat. Para ulama membagi kejahilan menjadi dua jenis:

 * Jahil Basith (Kebodohan Sederhana): Ini adalah kebodohan yang disadari pelakunya. Orang yang jahil basith tahu bahwa ia tidak tahu, sehingga ia termotivasi untuk belajar dan terbuka terhadap nasihat ilmu. Inilah posisi yang patut disyukuri, karena ada harapan untuk berkembang.

 * Jahil Murakkab (Kebodohan Berlapis): Ini jauh lebih berbahaya! Orang yang jahil murakkab tidak menyadari kebodohannya, bahkan merasa paling tahu dan berilmu. Ketika disodori ilmu, ia akan menolaknya mentah-mentah, menganggap ilmunya sendiri sebagai kebenaran, dan menganggap ilmu yang benar sebagai kebodohan.

Maka, kejahilan, terutama jahil murakkab, adalah musuh utama yang harus kita perangi dari dalam diri kita. Satu-satunya senjata melawan musuh ini adalah ilmu, yang didapat melalui proses belajar yang tak pernah berhenti.

Bahaya Beramal Tanpa Ilmu: Kerusakan yang Tak Terukur

Pelaku jahil murakkab sangat rawan mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Mereka bisa menjauhkan orang dari kebenaran, menciptakan amalan-amalan baru yang tidak ada tuntunannya dari Rasulullah ﷺ, bahkan terjerumus pada kesyirikan, kefasikan, dan kekufuran.

Umar bin Abdil Aziz pernah berkata:

"Barangsiapa yang beramal tanpa dasar ilmu maka kerusakan yang diperbuatnya lebih banyak dari apa yang ingin dia perbaiki." (Az-Zuhd Imam Ahmad)

Ini adalah peringatan keras, terutama bagi mereka yang memegang amanah besar. Niat baik saja tidak cukup. Tanpa ilmu, niat baik bisa berubah menjadi bencana. Bukankah syariat Islam hadir untuk membawa kemaslahatan dan menolak kemudaratan? Tanpa ilmu, kita bisa saja tanpa sadar justru melakukan yang sebaliknya.

Perangi Kebodohan, Sambut Cahaya Ilmu!

Mari kita bersama-sama memerangi kejahilan dan pembodohan dengan sungguh-sungguh. Perbanyak membaca—bukan hanya Al-Qur'an dan hadits, tetapi juga ayat-ayat kauniyah (kejadian di alam semesta) yang penuh hikmah. Ilmu adalah lentera yang akan menuntun kita menuju keselamatan.

Orang yang beramal tanpa ilmu ibarat pengembara tanpa peta. Ia akan tersesat, dan bahkan bisa menyesatkan orang lain yang mengikutinya. Jangan biarkan diri kita atau orang-orang di sekitar kita terjebak dalam kegelapan kebodohan.

Semoga Allah ﷺ senantiasa mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, agar kita tetap istiqamah dalam menuntut ilmu demi meraih ridha-Nya.


Sabtu, 12 Juli 2025

Kepastian yang tidak pasti

SUATU KEPASTIAN DALAM HIDUP ADALAH SEBUAH KETIDAKPASTIAN


Sahabat gudang da'i, Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 

"إذا رأيت الله يعطي العبد من الدنيا على معاصيه ما يحب، فإنما هو استدراج

"Jika engkau melihat Allah memberikan nikmat duniawi kepada seorang hamba apa yang dia sukai dalam keadaan dia bermaksiat kepada-Nya, maka tiada lain itu adalah istidraj."

(HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami' 561)

Sahabat gudang da'i, Berhati-hatilah terhadap segala nikmat duniawi yang sudah  didapatkan, harta benda berlimpah dan jabatan kekuasaan besar yang begitu disukainya, namun dalam keadaan bermaksiat kepada-Nya dan dzalim terhadap para hamba-Nya. Itulah _istidraj_, begitu terbuai dengan berbagai kenikmatan sesaat, namun setelah itu akan mendapatkan balasan azab begitu pedih dari Allah Azza wa Jalla.

Sahabat gudang da'i, Hidup itu akan selalu berubah dan penuh dengan suatu ketidakpastian, demikian pula antara suatu kepastian dalam hidup hanyalah sebuah ketidakpastian. Sesuatu yang pasti adalah ketidakpastian. Tidak ada sesuatu pun yang pasti selain ketidakpastian itu. Lebih menarik lagi bila kita mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: sesuatu yang pasti akan hari esok adalah bahwa hari esok itu tidak pasti. Dengan ketidakpastian ini kita menjadi ingin mempersiapkan diri dengan yang terbaik menghadapinya. Allah Azza wa Jalla memberikan peringatan kepada kita agar jangan mengikuti langkah-langkah syaitan,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 21)

Sahabat gudang da'i, Hidup ini memang penuh misteri dan tidak ada yang pasti. Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi pada esok hari dengan pasti. Bahkan bisa jadi dalam hitungan detikpun segalanya bisa berubah 180 derajat. Banyak peramal yang berusaha memberikan kepastian tentang hidup ini, tapi nyata mereka sendiri tidak bisa memberikan kepastian hidupnya sendiri. Karena itu hindarilah hidup dalam kesombongan pada saat kita memiliki kelebihan dan berlebihan. Kekayaan dan kekuasaan tidak ada yang abadi, hanyalah sementara dan akan habis pada masanya...


Sahabat gudang da'i, Banyak sudah yang terjadi dalam kehidupan ini, di mana orang mulia dalam sekejap menjadi hina dan orang hina drastis berubah jadi orang mulia. Semua bisa terjadi tanpa dapat kita duga. Banyak juga yang terjadi di sekitar kita, ketika orang yang terlihat sehat dan tidak ada masalah dalam penyakit tahu-tahu mati karena hanya sakit perut. Sebaliknya ada yang sakit-sakitan sampai hampir mati, saat bertemu lagi sudah sehat dan terlihat segar-bugar. Banyak peristiwa dalam hidup ini seringkali tidak masuk logika dan tidak pasti. Tapi nyata terjadi di depan kita. Seringkali tidak sesuai dengan harapan dan keinginan kita, tapi tetap terjadi dan harus kita terima juga...


Sahabat gudang da'i, Hidup memang selalu memberi ketidakpastian kepada kita. Namun kita harus berani hidup dalam hukum kepastian tentang kebajikan dan kejahatan. Bahwa kebaikan akan senantiasa berbalas kebaikan dan kejahatan akan senantiasa berbalas kejahatan ketika waktunya tiba. Hindarilah kesombongan dan berkeluh-kesah dalam keadaan bagaimanapun kita saat ini, serta selalu bersyukur adalah langkah yang bijak menyikapi hidup ini. Rasulullah  shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan peringatan kepada kita,

وَعَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ, عَنْ أَبِيهِ, عَنْ جَدِّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – كُلْ, وَاشْرَبْ, وَالْبَسْ, وَتَصَدَّقْ فِي غَيْرِ سَرَفٍ, وَلَا مَخِيلَةٍ – أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ, وَأَحْمَدُ, وَعَلَّقَهُ اَلْبُخَارِيُّ

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Makan dan minumlah, berpakaianlah, juga bersedekahlah tanpa boros dan bersikap sombong.” 

(HR. Abu Daud, Ahmad, dan dikeluarkan oleh Al-Bukhari secara mu’allaq. HR. Abu Daud Ath-Thayalisi, 4:19-20; An-Nasai, 5:79; Ibnu Majah, no. 3605; Ahmad, 11:294,312. Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Sahabat gudang da'i, Walaupun hidup ini tidak pasti tapi ada satu yang pasti. Kematian!  Setiap yang hidup dipastikan akan mati pada waktunya.  Untuk itu pastikanlah sebelum mati, bahwa kita bisa mati dalam keadaan husnul khatimah dan penuh kemenangan. Sukses terbesar dalam kehidupan manusia adalah ketika sudah bisa menunaikan tugasnya sesuai yang dikehendaki Allah Azza wa Jalla sebelum menemui ajalnya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berbuat kebaikan hingga pada akhirnya mampu meraih husnul khatimah dalam ridha-Nya.

Sabtu, 05 Juli 2025

Totalitas dalam berhijrah

HIJRAH SECARA TOTALITAS DARI KEMAKSIATAN MENUJU KEPADA KETAATAN

Sahabat gudang da'i, Hijrah satu kata yang sangat indah. Satu kalimat untuk mengungkapkan makna kembali dan perbaikan. Kembalinya seorang hamba kepada Rabb-Nya dalam ketaatan.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

الذين ء45امنوا وهاجروا وجاهدوا في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم أعظم درجة عند الله , وأولئك هم الفائزون

“Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah: 20)

Dalam Al Qur’an tidak kurang dari 31 kata yang berasal  dari kata _Hajara_ atau _Hijrah._ Dari jumlah itu tidak kurang dari 6 ayat yang menyebutkan  kata _Hajaruu_ (orang-orang yang berhijrah) bergandengan dengan kata _Aamanuu_ (orang-orang yang beriman) dan _Jahaduu_ (orang-orang yang berjihad). Ayat yang dikutip di atas adalah salah satunya. Belum lagi kata _Hajaruu_ diiringi dengan kata _Fillah_ (karena Allah) atau _Fi Sabiilillah_ (di jalan Allah). Ini berarti betapa erat kaitan hijrah dengan iman. Hijrah sama sekali berbeda dengan Migrasi, hijrah adalah terminologi khas Islam yang landasanya iman kepada Allah Azza wa Jalla. Jadi hijrah menjadi tolok ukur keimanan seseorang. Orang yang benar-benar beriman tentu tidak akan merasa berat  melakukan hijrah. Sebaliknya, orang yang tidak melakukan hijrah menunjukan lemah atau tidak sempurna imannya...

Sahabat gudang da'i, Imam Ibnu Rajab rahimahullah mendefinisikan makna hijrah yaitu,

الرجاعون إلى الله بالتوبة من المعصية إلى الطاعة

"Kembali kepada Allah dengan bertaubat dari maksiat kepada ta'at."

Mengenai firman Allah Azza wa Jalla,

ففروا إلى الله. (سورة 51 الذاريات 50)

"Dan bersegeralah lari kembali kepada Allah." (QS. Adz-Dzariyat: 50)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya, _Risalah Tabukiyah:_ "Bahwa hijrah ada dua bentuk, hijrah badan (fisik) dan hati. Terutama hijrah hati (hijrah kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya) terkait dua hal, _min_ (dari) dan _ila_ (kepada). Konsekuensi dari hijrah kepada Allah Azza wa Jalla adalah totalitas, yakni mengalihkan semua, kecintaan, ibadah, takut, harap, tawakkal, doa, dan ketundukan dari selain Allah Azza wa Jalla kepada Allah Azza wa Jalla semata. Hijrah pada Rasul-Nya adalah, kesediaan mengikuti sunnah Rasul-Nya secara totalitas, meskipun hal ini menjadikan orang yang meniti jalan ini dianggap asing dan tidak populer.

Secara makna hijrah dapat di maknai, meninggalkan atau berubah menuju yang lebih baik, atau berpindah dari yang buruk kepada hal yang lebih baik.

Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,

و اصبر على ما يقولون و اهجرهم هجرا جميلا. (سورة 73 المزمل 10)

"Dan bersabarlah terhadap ucapan mereka yang menyakitkan dan hindari/tinggalkan mereka dengan cara menghindar/meninggalkannya dengan baik." (QS. Al-Muzzamil: 10)

Sebagai titik awal perubahan (mendapat hidayah, baik _hidayah taufiq_ dan hidayah _bayan,_ hidayah untuk mengenal Islam, dan hidayah saat sudah di dalam Islam), tentu hal ini mengharuskan sebuah konsekuensi. Apa konsekuensi sebuah hijrah? Allah Azza wa Jalla berfirman menjelaskan,

فألذين هاجروا و أخرجوا من ديارهم واوذوا في سبيلي و قاتلوا و قتلوا لأكغرن عنهم سيئاتهم و لأدخلنهم جنات تجرى من تحتها الأنهار ثوابا من عند الله ، و الله عنده حسن الثواب. (سورة 3 ال عمران 195)

"Maka, orang-orang yang berhijrah dan di usir/di keluarkan paksa dari kampung halamannya, yang disakiti di jalanku, (sampai dalam tahapan berperang yang konsekuensinya) memerangi atau di perangi, pasti Aku hapuskan darinya kesalahan-kesalahannya, dan pasti Aku masukkan mereka ke surga yang di dalamnya ada sungai-sungai, sebagian sebuah anugerah di sisi Allah, dan Allah pada sisi-Nya ada pahala yang baik."(QS. Ali-Imran: 195)

Sahabat gudang da'i, Sebuah hijrah adalah totalitas dalam perubahan, mereka adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang ingin mengubur masa-masa kelam mereka, dalam kekufuran, kesyirikan, dosa, maksiat, dan berusaha untuk bersimpuh, memperbaiki diri, dan kembali kepada Rabb-Nya dengan pertaubatan yang bersungguh-sungguh.

Ingat selalu firman Allah Azza wa Jalla,

إنه من يتق و يصبر فإن الله لا يضيع اجر المحسنين

"Sesungguhnya barang siapa bertaqwa dan bersabar, maka Allah tiada akan menyiakan pahala orang yang telah bertaubat kebaikan." (QS. Yusuf: 90)

Memaknai Hijrah selain seperti apa adanya sesuai  peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, juga yang terpenting adalah memaknai, merefleksikan serta merealisasikannya  dalam laku kekinian pada semua dimensi ruang dan waktu  pada pribadi, organisasi, masyarakat  bahkan Negara.

Melawan keterbelengguan keterbelakangan, penjara irasionalitas dan kebodohan, penyanderaan kejahiliyahan, ketidak-produktivitasan mentalitas spiritual, dan  kegelapan masa depan dengan keberanian serta  pengorbanan berhijrah menuju loncatan melakukan perubahan, mengamputasi sisi kejahiliyahan yang masih melekat, melakukan percepatan spiritual dalam keseharian, dan bergerak menuju cahaya kejayaan dan keberkahan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berhijrah menjauhi kemaksiatan dan meningkat ketaatan untuk meraih ridha-Nya.