Kamis, 11 September 2025

Atasi Gempuran Syahwat kita sendiri

JANGAN SAMPAI TERDEGRADASI OLEH GEMPURAN GODAAN SYAHWAT DUNIAWi


Sobat gudang da'i, Demonstrasi beberapa waktu yang lalu berujung kerusuhan di Nepal semakin mencekam. Pembakaran yang dilakukan massa berujung kematian isteri mantan PM Jhala Nath Khanal tewas setelah terbakar hidup-hidup ketika rumahnya dibakar warga yang marah akibat larangan 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan X-, yang merembet ke kecaman pada pemerintah yang tidak mampu memberikan pilihan terbaik malah korup.

Saudaraku,Menjadi yang terbaik itu seringkali terlihat sulit, karena kita kerap terjebak memikirkan apa yang belum mampu kita lakukan. Jebakan yang menghadirkan keraguan sampai takut melangkah untuk menjadi berbeda dengan yang lain dan menang. Menjadilah yang terbaik di antara yang terbanyak, karena yang terbanyak belum tentu terbaik. Menjadi diri sendiri seutuhnya dan memberikan yang terbaik untuk yang lain adalah sebaik-baiknya manusia. Manusia yang paling banyak menebar kebermanfaatan bagi manusia lainnya,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." 

(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129. Dihasankan Syaikh Al Albani. Lihat Shahihul Jami’ No. 6662)

Berikanlah kebaikan itu sesuai dengan kemampuan yang kita miliki tanpa harus menunda-nunda, karena yang terbaik adalah yang bisa kita berikan saat ini juga. Menjadikan yang sedikit lebih baik daripada menunda-nunda kebaikan yang besar... 

Menjadi manusia yang terbaik adalah yang paling bagus akhlaknya,

    إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

"Sesungguhnya  yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya." 

(HR. Bukhari No. 3559, dari Ibnu Umar, Muslim No. 2321, dari Ibnu Amr. Ini lafaz Bukhari) 

Maka jagalah senantiasa akhlak kita dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai akhlak kita terdegradasi oleh gempuran godaan syahwat duniawi.

Sobat,Memang untuk menjadi yang terbaik, jalan apapun bisa ditempuh. Entah itu jalan yang benar ataupun jalan yang menyesatkan. Mulai dari yang jujur seperti berusaha meningkatkan kualitas diri tanpa kelicikan, keculasan dan kecurangan. Kita lihat dari sisi positifnya, menjadi yang terbaik itu perlu usaha, perjuangan, pengorbanan dan yang utama ridha Allah Azza wa Jalla. Ada yang mudah didapat hanya dengan sedikit usaha ada yang sulit didapat dan menuntut usaha yang keras. Jika didapat melalui cara-cara salah, licik, culas, curang, apa lagi menghalalkan segala cara, tidak hanya menjadikan itu sebagai perbuatan dosa, tapi jika suatu ketika terbongkar akan mencoreng kehormatan sendiri. Terkadang hukum masyarakat itu lebih kejam dari hukum tertulis. sedikit saja tercoreng hitam di wajah, _image_ seseorang akan luntur. Terlebih jika ia menjadi seorang pemimpin tidak amanah dan justru khianat, tidak lagi ada yang akan percaya lagi.

Sekalipun tidak terbongkar kelicikan, keculasan dan kecurangannya di dunia saat ini, ingatlah bahwa hukum akhirat menanti.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

« لاَ يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلاَ يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ

"Tidaklah lurus keimanan seorang hamba sehingga lurus hatinya dan tidaklah lurus hatinya sehingga lurus lisannya."(HR. Ahmad)

Saudaraku,Kita harus berihtiar untuk senantiasa mengikuti kebenaran, menjauhkan diri dari para kaum pendusta kebenaran dalam situasi apapun dan dalam kondisi bagaimanapun.

▫️وقال ابن المعتز 

" اجتنِبْ مصاحبة الكذاب ، فإن اضطررت إليه فلا تصدّقه ، ولا تُعلِمه أنك تكذبه ، فينتقل عن وده ، ولا ينتقل عن طالمعت

 زهر الآداب: [٣٨٧/١]

▪️قال الحسن بن سهل

 " الكذاب لِصّ ؛ لأن اللص يسرقُ مالك ، والكذاب يسرقُ عقلك ؛ ولا تأمن مَنْ كذب لك ، أنْ يَكذِب عليك ، ومن اغتاب غيرَك عندك ، فلا تأمَنْ أن يغتابَك عند غيرك “. انتهى

 زهر الآداب: [٣٨٦/١]

Berkata Ibnul Mu'taz:

"Jauhkan diri dari berteman dengan pendusta, dan jika engkau sangat butuh kepadanya maka jangan engkau mempercayainya, dan jangan engkau tunjukkan bahwa dirimu mendustakannya, sehingga akan berpindah menjadi mencintainya, dan tidak akan lepas dari tabiatnya."(Zahrul Adab, 1/387)

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa tidak terlalu membebani diri dalam melakukan amal terbaik, tapi menjadi yang terbaik di antara yang terbanyak dengan menebar kebermanfaatan kepada yang lain untuk meraih ridha-Nya.

Rabu, 27 Agustus 2025

Aktualisasi Amalan hati melalui lesan

MEMPERBANYAK AMALAN HATI,MENGAKTUALISASIKANNYA DALAM LISAN DAN PERBUATAN


Sobat gudang da'i,Keberadaan kita di dunia ini hanyalah sementara. Umur dunia ini sangatlah terbatas. Kehidupan di dunia ini hanyalah fana. Sementara waktu terus berjalan tanpa dapat dihentikan, dan umur kita hanyalah terbatas. Kita diam, waktu tidak diam. Ia akan terus berjalan. Kita bergerak, waktu pun juga akan bergerak. Lantas, apa yang seharusnya kita lakukan? 

Kita hanya memerlukan ridha Allah Azza wa Jalla. Visi kita selama di dunia ini adalah meraih ridha Allah Azza wa Jalla. Jika Allah Azza wa Jalla telah ridha dengan setiap detik waktu yang kita lalui di dunia ini, insyaAllah kebahagiaan akan menyelimuti diri kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

اَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللّٰهِ كَمَنْۢ بَاۤءَ بِسَخَطٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

“Maka adakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan dari Allah dan tempatnya di neraka Jahanam? Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” 

(QS. Ali ‘Imran: 162)

Masalah selanjutnya adalah, bagaimana cara meraih ridha Allah Azza wa Jalla tersebut? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa ridha Allah Azza wa Jalla dapat diraih dengan memperbanyak amalan hati yang selanjutnya mengaktualisasikannya dalam amalan lisan dan perbuatan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا                                             

“Sesungguhnya Allah sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan _tahmid_ (Alhamdulillah) sesudah makan dan minum.” (HR. Muslim)

Selain dengan berkata yang baik, cara meraih ridha Allah Azza wa Jalla berikutnya adalah dengan berbuat baik kepada orang tua. _Birrul walidain._

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan bahwa bagi anak, ridha Allah Azza wa Jalla tergantung kepada ridha orang tua. Dari sahabat Abdullah bin Amru radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, murka Allah tergantung pada murka orang tua.” 

(HR. At-Tirmizi No. 1899. hadits ini derajatnya hasan)

Saudaraku,Barangsiapa yang mentaati Allah Azza wa Jalla niscaya mendapatkan balasan yang sempura berupa kebaikan-kebaikan, dan barangsiapa yang memaksiati (yakni tidak taat kepada Allah) niscaya mendapatkan azab yang keras. Allah Azza wa Jalla adalah dzat yang Maha Adil, semua ketetapan-Nya berlandaskan pada keadilan-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

ولا تستوي الحسنة ولا السئة

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan."(QS. Al-Fusshilat: 34)

Saudaraku, Allah Azza wa Jalla berfirman,

واتقوا يوما ترجعون فيه الي الله , ثم توفي كل نفس ما كسبت وهم لا يظلمون

"Dan takutlah pada hari ketika kamu semua dikembalikan kepada Allah Azza wa Jalla, kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak didzalimi."

(QS. Al-Baqarah: 281)

Saudaraku,Allah Azza wa berfirman,

فمن يعمل مثفال ذرة خيرا يراه , ومن يعمل مثقال ذرة شرا يراه 

"Maka barangsiapa yang beramal kebaikan seberat _dzarrah_ pun, niscaya dia akan melihat balasannya, Dan barangsiapa yang mengerjakan keburukan seberat _dzarrah_ pun, niscaya dia akan melihat balasannya."

(QS. Al-Zalzalah: 7-8)

Allah Azza wa Jalla berfirman,

إنا هديناه السبيل إما شاكرا وإما كفورأ

"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."(QS. Al-Insan: 3)

Saudaraku,Surga adalah tempat yang penuh dengan kebahagian, yang Allah Azza wa Jalla persiapkan untuk hamba-Nya yang beriman lagi bertakwa, berupaya keras meniti tangga menuju ridha-Nya. Di dalamnya terdapat kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terbayangkan oleh hati manusia. Neraka adalah tempat azab yang Allah Azza wa Jalla persiapkan untuk para hamba-Nya yang ingkar lagi zalim, di dalamnya penuh dengan berbagai siksaan yang tidak terbayangkan oleh hati manusia. Para penghuni surga dan neraka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memperbanyak amalan hati, mengaktualisasikannya dalam amalan lisan dan perbuatan untuk meniti tangga menuju ridha-Nya.

Kamis, 21 Agustus 2025

Korupsi ternyata berawal dari

KORUPSI BERAWAL DARI SEBUAH KETIDAK-JUJURAN


Sahabat da'i, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer terkait dengan kasus pemerasan terhadap perusahaan dalam pengurusan sertifikat K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Hal ini sangat memalukan sekaligus memilukan terjadi di saat masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi.

Sahabat da'i, Korupsi sesungguhnya berawal dari ketidakjujuran yang terus dibiarkan. Saat ini, betapa mahalnya harga sebuah kejujuran. Mengapa demikian? Kita semua tahu betapa sulitnya sekarang ini menemukan kejujuran itu. Berbuat dan berkata dusta terkesan menjadi suatu hal yang lumrah. Kedustaan seakan diumbar tanpa memiliki rasa bersalah dan takut akan dosa.

Individu, masyarakat dan bangsa yang sudah tidak mengutamakan kejujuran pasti tega melakukan perbuatan dusta serta menutupi kebenaran, sehingga pada gilirannya kehancuran akan mudah menghampirinya.

Kata jujur dalam Bahasa Arab sepadan dengan kata _as-shidqu_ yang artinya benar atau nyata. Lawan katanya adalah _al-kidzbu_ yang artinya dusta atau bohong. Jadi, jujur adalah perilaku mengungkapkan kebenaran sesuai kenyataan dan menghindari perilaku kebohongan.

Sifat jujur merupakan salah satu dari empat sifat yang dimiliki  Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu _amanah_ (terpercaya), _tabligh_ (menyampaikan berita), dan _fathonah_ (cerdas). Saking pentingnya kejujuran dalam Islam, Al-Qur'an sampai menyebut kata _as-shidqu_ sebanyak 153 kali dalam ayat yang berbeda.

Sahabat da'i, Sahabat Nabi sekaligus khalifah pertama dalam Islam, Abu Bakar, sampai mendapatkan gelar _as-shiddiq_ karena selalu jujur dan mempunyai keberanian serta istiqamah dalam menampakan sikap jujur. Allah Azza wa Jalla memerintahkan untuk kita senantiasa bersikap dan berucap jujur,

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصّٰدِقِينَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At Taubah: 119)

Sahabat da'i, Sikap jujur akan melahirkan ketenangan batin di dunia dan mendapatkan kebahagian di akhirat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa, kejujuran akan membawa kita pada kebaikan dan kebaikan akan di balas dengan surga. Maka kita dianjurkan untuk  selalu senantiasa berlaku jujur agar selalu mendapatkan kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Berbeda jika kita selalu berdusta atau berbohong. Karena itu akan membawa pada kejahatan, dan kejahatan akan menghantarkannya kepada neraka.

Dalam hadits riwayat Al-Hakim disebutkan, di antara doa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah berlindung dari sikap tidak jujur (kemunafikan),

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْكُفْرِ ، وَالْفُسُوقِ ، وَالشِّقَاقِ ، وَالنِّفَاقِ ، وَالسُّمْعَةِ ، وَالرِّيَاءِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan, kedurhakaan, kemunafikan, sum’ah, dan riya.”

Sahabat da'i,Kejujuran tidak serta merta didapatkan, melainkan perlu proses penempaan semenjak dini agar menjadi pribadi yang jujur. Pendidikan yang didapatkan baik itu dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat memberikan andil yang cukup besar pada perkembangan sifat jujur dalam diri seseorang. Sehingga persentase kejujuran yang dimiliki setiap orang juga berbeda. Lagi dan lagi semua itu tak lepas dari apa yang akan individu itu pilih.

Kejujuran memang sulit diciptakan. Namun bukan berarti tidak bisa. Sebab itu kejujuran mahal sekali harganya. Harga sebuah kejujuran bukanlah dalam bentuk materi, namun martabat diri. Ketika seorang individu memilih YA atau TIDAK maka martabat dirinya juga dipertaruhkan. Kembali lagi itu adalah soal pilihan, keputusan dan pertanggungjawaban.

Kejujuran memang memiliki peran penting di dalam kehidupan sebab ia menunjang dalam keberlangsungan dan tatanan kehidupan. Andaikata jabatan penting diisi oleh orang-orang yang tidak jujur maka bisa dipastikan keberlangsungan negara ini akan berada diambang kehancuran.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berlaku jujur kapan pun dan di mana pun untuk meraih ridha-Nya.