Hukum Pemimpin yang tidak care terhadap Masyarakatnya
Sahabat gudang da'i Ketika manusia hidup di dunia, pasti mendapat amanah, baik berupa diri pribadi, keluarga, ataupun jabatan. Bahkan menjalani kehidupan di dunia ini adalah amanah yang harus dijalankan setiap manusia...
Amanah menjalani kehidupan adalah untuk melaksanakan kewajiban syariat yang Allah Azza wa Jalla bebankan kepada setiap hamba-Nya. Tentu sangat berat untuk ditunaikan oleh manusia. Allah Azza wa Jalla telah menawarkan kepada langit, bumi, dan gunung. Ternyata semua enggan memikulnya. Karena beratnya pertanggungjawaban di hari Kiamat kelak...
Allah Azza wa Jalla berfirman,
ﺇِﻧَّﺎ ﻋَﺮَﺿْﻨَﺎ ﺍْﻷَﻣَﺎﻧَﺔَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﻭَﺍﺕِ ﻭَﺍﻷﺭْﺽِ ﻭَﺍﻟﺠِﺒَﺎﻝِ ﻓَﺄَﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻤِﻠْﻨَﻬَﺎ ﻭَﺃَﺷْﻔَﻘْﻦَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺣَﻤَﻠَﻬَﺎ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺇِﻧَّﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﻇَﻠُﻮْﻣًﺎ ﺟَﻬُﻮْﻻ
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu, mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)
Sejatinya, kesanggupan manusia memikul tanggung jawab berat ini adalah tindakan membahayakan. Karenanya manusia disebut makhluk yang menzalimi diri sendiri dan _jahil_(bodoh). Tidak sadar dengan kemampuannya sendiri...
Namun manusia dapat bangkit dan mengambil petunjuk langsung dari Sang Pencipta. Tunduk patuh kepada kehendak Allah Azza wa Jalla dengan kepasrahan sepenuh jiwa. Ketika itulah manusia telah sampai pada kedudukan yang mulia. Menjelma istimewa di antara makhluk Allah Azza wa Jalla lainnya. Semua hanya karena ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla semata...
Menjaga dan menunaikan amanah tentu sangat berat. Terlebih amanah kepemimpinan. Maka sejatinya tidak akan ada yang berlomba-lomba untuk mendapatkan amanah ini...
Sungguh berbanding terbalik dengan kondisi saat ini. Begitu banyak orang yang berambisi untuk menjadi pemimpin dengan menghalalkan segala cara. Bahkan yang sudah berhasil mendapatkannya maka ia berusaha mempertahankannya pada periode kepemimpinan berikutnya. Bila perlu dibagikanlah kepada anak dan keturunannya. Karena bagi mereka, jabatan bukan lagi sekadar amanah. Tapi sebuah capaian kebanggaan dan kesuksesan...
Kepemimpinan adalah amanah. Siapa saja yang memegang amanah kepemimpinan ini pasti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Azza wa Jalla di akhirat kelak...
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
فَاْلإمَامُ رَاعٍ وَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Seorang imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Hakikat kepemimpinan tercermin dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” (HR. Abu Nu‘aim)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللَّهُ رَعِيَّةً فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيحَةٍ إِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
“Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara urusan rakyat, lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat (kebaikan), kecuali ia tidak akan mencium bau surga.” (HR. Al-Bukhari)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَيَمُوتُ و َهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
“Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum Muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan mereka, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Karena itu generasi _salafush-shalih_ pada masa lalu umumnya khawatir bahkan takut dengan amanah kepemimpinan (kekuasaan). Apalagi mereka sangat memahami sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَإِنَّهَا سَتَكُونُ نَدَامَةً وَحَسْرَةً
“Kalian begitu berhasrat atas kekuasaan, sementara kekuasaan itu pada Hari Kiamat kelak bisa berubah menjadi penyesalan dan kerugian.”
(HR. Nasa’i dan Ahmad)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menjalankan kekuasaan dan jabatan dengan penuh amanah, berlaku adil, melayani, mengayomi, melindungi dan mensejahterakan umat untuk meraih ridha-Nya..