Senin, 17 September 2018

Tasu'ah dan Asyurah serta Fadhilahnya

Dalil Puasa Tasu'ah dan Asyura
Serta Fadilahnya



Puasa Tasu'ah dan Asyurah yaitu puasa yang dilakukan pada Tgl 9 dan 10 Muharrom, kebetulan Tahun 1440 H. ini bertepatan dengan Hari Rabo dan Kamis Tgl 19 dan 20 September 2018.

Tulisan ini tidak lain hanya sebagai pengingat, agar supaya kita tidak lupa untuk menjalankanya, dan mampu menjawab jika ada pertanyaan seputar puasa dihari tersebut.
Dibawah ini adalah Hadith Nabi SAW. yang menjelaskan tentang disyariatkanya Puasa tasu'ah dan Asyurah serta fadhilah yang ada didalamnya.
 ﻋَنْ عاﺋِﺸَﺔَ ﺭَﺿِﻲ ﷲ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﻗَﺎﻟَﺖْ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْم ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﺗَﺼُﻮﻣُﻪُ ﻗُﺮَﻳْﺶٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﷲ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻪَُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺼُﻮﻣُﻪُ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﺪِﻡَ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﺻَﺎﻣَﻪُ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪ
“Orang-orang Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk berpuasa.”
ﻗَﺪِﻡَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍلله ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍﻟْﻤَﺪِﻳﻨَﺔَ ﻓَﺮَﺃَﻯ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﺗَﺼُﻮﻡُ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻫَﺬَﺍ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻡٌ ﺻَﺎﻟِﺢٌ ﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻡٌ ﻧَﺠَّﻰ ﺍﻟﻬُﻞ ﺑَﻨِﻲ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﻣِﻦْ ﻋَﺪُﻭِّﻫِﻢْ ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺷُﻜْﺮًﺍ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺄَﻧَﺎ ﺃَﺣَﻖُّ ﺑِﻤُﻮﺳَﻰ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻧَﺤْﻦُ ﻧَﺼُﻮْﻣُﻪُ ﺗَﻌْﻈِﻴْﻤًﺎ ﻟَﻪُ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Beliau bertanya :”Apa ini?” Mereka menjawab :”Sebuah hari yang baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau Rasulullah menjawab :”Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian (Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan kami terhadap hari itu.”
Dua hadits ini menunjukkan bahwa suku Quraisy berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyah, dan sebelum hijrahpun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melakukannya. Kemudian sewaktu tiba di Madinah, beliau temukan orang-orang Yahudi berpuasa pada hari itu, maka Nabi-pun berpuasa dan mendorong umatnya untuk berpuasa.
Diriwayatkan pada hadits lain.
ﻭَﻫَﺬَﺍ ﻳَﻮْﻡُ ﺍﺳْﺘَﻮَﺕْ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴﻨَﺔُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺠُﻮﺩِﻱِّ ﻓَﺼَﺎﻣَﻪُ ﻧُﻮﺡٌ ﺷُﻜْﺮًﺍ ﻟِﻠَّﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ
“Ia adalah hari mendaratnya kapal Nuh di atas gunung “Judi” lalu Nuh berpuasa pada hari itu sebagai wujud rasa syukur”
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺭَﺿِﻲ ﷲ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡُ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺗُﻌَﻈِّﻤُﻪُ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩُ ﻭَﺗَﺘَّﺨِﺬُﻩُ ﻋِﻴﺪًﺍ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻬُﻪ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺻُﻮﻣُﻮﻩُ ﺃَﻧْﺘُﻢْ
“Abu Musa berkata : “Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulllah Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Puasalah kalian pada hari itu”
ﻭَﺳُﺌِﻞَ ﻋَﻦْ ﺻَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳُﻜَﻔِّﺮُ ﺍﻟﺴَّﻨَﺔَ ﺍﻟْﻤَﺎﺿِﻴَﺔَ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa di hari Asyura, maka beliau menjawab : “Puasa itu bisa menghapuskan (dosa-dosa kecil) pada tahun kemarin”

CARA BERPUASA DI HARI ASYURA
1. Berpuasa selama 3 hari tanggal 9, 10, dan 11 Muharram
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa 2/2:
ﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﻭَﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻭَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ
“Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya.”
Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang Al-Urf asy-Syadzi:
ﺻُﻮﻣُﻮﻩُ ﻭَﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻭَ ﻻَ ﺗُﺸَﺒِّﻬُﻮَﺍ ﺑِﺎﻟْﻴَﻬُﻮْﺩِ
“Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi.”
Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma’al 2/76):”Ini adalah derajat yang paling sempurna.” Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:”Inilah yang Utama.”
Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan cara ini. Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-Syaukani (Nailul Authar 4/245) dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma’arifus Sunan 5/434
Namun mayoritas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-hati. Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.

2. Berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram
Mayoritas hadits menunjukkan cara ini:
ﺻَﺎﻡَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﷲ ﺻَﻠَّﻰ ﷲ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮﺭَﺍﺀَ ﻭَﺃَﻣَﺮَ ﺑِﺼِﻴَﺎﻣِﻪِ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻬِﺲ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳَﻮْﻡٌ ﺗُﻌَﻈِّﻤُﻪُ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩُ ﻭَﺍﻟﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﷲ ﺻَﻠَّﻰ ﷲ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﻘْﺒِﻞُ ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺻُﻤْﻨَﺎ ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﻠَﻢْ ﻳَﺄْﺕِ ﺍﻟْﻌَﺎﻡُ ﺍﻟْﻤُﻘْﺒِﻞُ ﺣَﺘَّﻰ ﺗُﻮُﻓِّﻲَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻪَِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻪَُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan berpuasa. Para sahabat berkata:”Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh Yahudi.” Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di tahun depan insya Allah kita akan berpuasa pada tanggal 9.”, tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat.”
Dalam riwayat lain :
ﻟَﺌِﻦْ ﺑَﻘِﻴﺖُ ﺇِﻟَﻰ ﻗَﺎﺑِﻞٍ ﻷَﺻُﻮﻣَﻦَّ ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ
“Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan melaksanakan puasa pada hari kesembilan.
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata (Fathul Baari 4/245) :”Keinginan beliau untuk berpuasa pada tanggal sembilan mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak hanya berpuasa pada tanggal sembilan saja, namun juga ditambahkan pada hari kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan kedua inilah yang lebih kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim”
ﻋَﻦْ ﻋَﻄَﺎﺀ ﺃَﻧَّﻪُ ﺳَﻤِﻊَ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَﺎﺱٍ ﻳَﻘُﻮْﻝُ : ﻭَﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﺍﻟﺘَّﺎﺳِﻊَ ﻭَ ﺍﻟْﻌَﺎﺷِﺮَ
“Dari ‘Atha’, dia mendengar Ibnu Abbas berkata:”Selisihilan Yahudi, berpuasalah pada tanggal 9 dan 10”.

3. Berpuasa Dua Hari yaitu tanggal 9 dan 10 atau 10 dan 11 Muharram
ﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮْﺭَﺍﺀَ ﻭَﺧَﺎﻟِﻔُﻮﺍ ﺍﻟْﻴَﻬُﻮﺩَ ﺻُﻮﻣُﻮﺍ ﻗَﺒْﻠَﻪُ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻳَﻮْﻣًﺎ
“Berpuasalah pada hari Asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”
Hadits marfu’ ini tidak shahih karena ada 3 illat (cacat):
-. Ibnu Abi Laila, lemah karena hafalannya buruk.
-. Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah
-. Perawi sanad hadits tersebut secara mauquf lebih tsiqah dan lebih hafal daripada perawi jalan/sanad marfu’
Jadi hadits di atas Shahih secara mauquf sebagaimana dalam as-Sunan al-Ma’tsurah karya As-Syafi’i no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar 1/218.
Ibnu Rajab berkata (Lathaiful Ma’arif hal 49):”Dalam sebagian riwayat disebutkan atau sesudahnya maka kata atau di sini mungkin karena keraguan dari perawi atau memang menunjukkan kebolehan….”
”Dan ini adalahl akhir perkara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dahulu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada perintah, lebih-lebih bila hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka setelah Fathu Makkah dan Islam menjadi termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab sebagaimana dalam hadits shahih. Maka ini (masalah puasa Asyura) termasuk dalam hal itu. Maka pertama kali beliau menyocoki ahli kitab dan berkata :”Kami lebih berhak atas Musa daripada kalian (Yahudi).”, kemudian beliau menyukai menyelisihi ahli kitab, maka beliau menambah sehari sebelum atau sesudahnya untuk menyelisihi ahli kitab.”
Ar-Rafi’i berkata (at-Talhish al-Habir 2/213) :”Berdasarkan ini, seandainya tidak berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal 11″

4. Berpuasa pada 10 Muharram saja
Al-Hafidz berkata (Fathul Baari 4/246) : ”Puasa Asyura mempunyai 3 tingkatan, yang terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9, dan tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9 dan 11. Wallahu a’lam.”

Fadhilah Hari Asyura'

FADHILAH membantu orang lain.
ﻣَﻦْ ﻭَ ﺳَّﻊَ ﻋَﻠَﻰ ﻋِﻴَﺎﻟِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮْﺭَﺍﺀَ ﻭَﺳَّﻊَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺳَﺎﺋِﺮَ ﺳَﻨَﺘِﻪِ
“Barangsiapa memberi kelonggaran pada keluarganya pada hari Asyura, niscaya Allah akan memberikan kelonggaran kepadanya sepanjang tahun”.

FADHILAH mandi dan bersuci
dikatakan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu secara marfu.
مَنْ اﻏْﺘَﺴَﻞَ ﻭَ ﺗَﻄَﻬَّﺮَ ﻓِﻲ ﻳَﻮْﻡِ ﻋَﺎﺷُﻮْﺭَﺍﺀَ ﻟَﻢْ ﻳَﻤْﺮَﺽْ ﻓِﻲ ﺳَﻨَﺘِﻪِ ﺇِﻻَّ ﻣَﺮَﺽَ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕِ
“Barangsiapa mandi dan bersuci pada hari Asyura maka tidak akan sakit di tahun itu kecuali sakit yang menyebabkan kematian”.

FADHILAH memakai ISMID
ِﻣَﻦِ ﺍﻛْﺘَﺤَﻞَ ﺑِﺎﻹِﺛْﻤِﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﻋَﺎﺷُﻮْﺭَﺍﺀَ ﻟَﻢْ ﺗَﺮْﻣَﺪْ ﻋَﻴْﻨُﻪُ ﺃَﺑَﺪًﺍ
“Barangsiapa bercelak dengan batu ismid di hari Asyura maka matanya tidak akan pernah sakit selamanya”
Hadith tentang Fadhilah hari Asyura' walaupun  beberapa ulama' ada yang mengatakan bathil dan adapula yang mengatakan maudlu' tapi menurut hemat kami jika tidak bertentangan dengan syari'at, tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal ataupun mewajibkan yang sunnah, maka tidak ada salahnya jika kita lakukan, jika ada yang mengatakan bid'ah. Maka yakinkan diri anda bahwa itu adalah bid'ah hasanah, bid'ah yang baik.

dari berbagai sumber
Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar