Keistimewaan Bulan Muharram
Khutbah I
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى
بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا
وَفَضَائِلَ يُعْظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.
اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه
وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Tahun hijriah juga tahun masehi merupakan
bagian dari fenomena alam . Secara ringkas, bila kalender masehi mendasarkan
penghitungan pada peredaran bumi mengelilingi matahari, kalender hijriah
mengacu pada peredaran bulan mengelilingi bumi. Karena itulah kita sering
mendengar kalender hijriah disebut pula kalender qamariyah (qamar artinya bulan), sedangkan kalender masehi
dikenal dengan sebutan kalender syamsiyah (syams artinya matahari).
Islam mengajarkan bahwa ada kelebihan dan
keistimewaan tertentu antara satu bulan dengan bulan yang lain dalam kalender
hijriyyah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat at-Taubah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي
كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ
حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ada
dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan
langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (mulia). Itulah (ketetapan) agama yang
lurus."
Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak semua
bulan berkedudukan sama. Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yang
mempunyai keistimewaan yakni Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk
memanfaatkan momentum dan kesempatan tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak
ibadah serta mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak
puasa, dzikir, sedekah, dan santunan kepada sesama.
Dalam Ihya’ Ulûmid-Dîn, Hujjatul Islam Al-Ghazali mengenalkan
istilah al-ayyâm al-fâdhilah (hari-hari utama). Menurutnya, hari-hari utama
selalu dijumpai dalam tiap minggu dan bulan. Al-Ghazali juga menyebut
istilah al-asyhur al-fâdlilah (bulan-bulan utama). Bulan-bulan utama ini juga selalu dijumpai
di tiap tahun.
Allah SWT. Menciptakan Waktu dan tempat,
sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Multazam, Masjid Nabawi, Masjidil
Haram, dan lainnya, waktu pun demikian. Dalam tiap rentang waktu tertentu
(hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu terkandung bagian waktu yang
diistimewakan, misalnya waktu antara maghrib dan isya, sepertiga malam
terakhir, hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya.
Dalam waktu-waktu spesial itulah pahala bisa dilipatgandakan, dosa-dosa bisa
dihapus, dan doa-doa kemungkinan besar dikabulkan.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Allah memang telah member Anugerah kita
kesempatan-kesempatan emas yang sangat banyak. Allah mengutamakan waktu-waktu
tertentu karena hendak memberi keutamaan pada hamba-hamba-Nya. Sebagaimana
keterangan Ibnu ‘Asyur saat menafsirkan Surat at-Taubah ayat 36 tadi:
وَاعْلَمْ أَنَّ تَفْضِيْلَ اْلأَوْقَاتِ وَالْبِقَاعِ يُشَبِّهُ
تَفْضِيْلَ النَّاسِ، فَتَفْضِيْلُ النَّاسِ بِمَا يَصْدُرُ عَنْهُمْ مِنَ
اْلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ، وَاْلأَخْلَاقِ اْلكَرِيْمَةِ
“Ketahuilah bahwa dimuliakannya sejumlah waktu
dan tempat tertentu laksana dimuliakannya manusia, Manusia Mulia melalui
perbuatan-perbuatan baik serta akhlak mulia yang mereka lakukan.” (Muhammad
Ibnu ‘Asyur dalam at-Tharîr wat Tanwîr)
Pernyataan Ibnu ‘Asyur mengandung pengertian
bahwa kemuliaan bulan tertentu tidak mutlak berarti kemuliaan umat Islam secara
otomatis. Kemuliaan umat Islam mengandung syarat, yakni ketika mereka mau
mengisi waktu-waktu khusus tersebut dengan amal saleh dan akhlakul karimah.
Di antara amalan yang amat dianjurkan di bulan
Muharram . sebagaimana Hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan, "Seseorang
datang menemui Rasulullah ﷺ dan bertanya, ‘Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih
afdhal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut
dengan Muharram.”
Penyebutan Muharram sebagai “bulan Allah” (syahrullâh) menunjukkan posisi bulan ini yang amat
spesial. Melalui riwayat Ibnu Majah pula, Puasa pada hari ‘Asyura (10
Muharram) disebut sebagai bagian dari amalan untuk menghapus dosa-dosa setahun
yang telah lewat. Selain 10 Muharram, puasa juga masih dianjurkan pada
hari-hari lain di bulan ini.
Amalan lain yang bisa digiatkan adalah meningkatkan
solidaritas antar sesama. Kebanyakan umat Islam, utamanya di Indonesia,
menjadikan momen Muharram sebagai “Lebaran anak yatim” dengan memberikan
santunan kepada anak-anak yang kehilangan orang tua yang mana secara ekonomi mereka
lemah. KH Shaleh Darat (Guru ibu kita Kartini) dalam Kitabnya Lathaifut Thaharah wa
Asrarus Shalah mengistilahkan 10
Muharram sebagai bagian dari hari raya umat Islam yang layak diperingati dengan
sedekah kepada fakir dan miskin.
Tentu saja menyantuni anak yatim atau menolong
siapa pun yang butuh pertolongan tak terikat dengan waktu. Tapi Muharram adalah
momen yang sangat baik untuk menunjukkan kepedulian sosial kita. Bulan mulia
harus diisi dengan perbuatan mulia.
Pengertian amal saleh dan akhlak mulia amat
luas, mencakup ibadah kepada Allah SWT, berhubungan dengan masyarakat, atau sikap
kita terhadap lingkungan sekitar kita.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Bulan Muharram merupakan bulan yang baik,
untuk mengawali tahun dengan perbuatan dan perangai positif. Muharram bisa
dikatakan cerminan langkah awal kita untuk menapaki 11 bulan berikutnya di
pembukaan tahun baru hijriah ini. Saya mengajak kepada diri sendiri dan jamaah
sekalian untuk memuliakan bulan ini dengan menjernihkan hati, membenahi
perilaku, dan memperindah karakter kepribadian kita.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ
هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا
أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وزجر , وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان
وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَ
دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ
وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar