Khutbah Jum'at - Ketaqwaan wasilah kebahagiaan di surga
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا
وَأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ الْأَتَمَّانِ
الْأَكْمَلَانِ، عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ
مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (فصلت: ٣٠)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari atas mimbar yang Barakah ini Kami berwasiat untuk semua Jamaah, utamanya untuk
diri kami pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan
ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua
kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh perkara yang diharamkan Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Istiqamah adalahلزوم
طاعة الله (Luzum tha’atillah): konsisten dalam
ketaatan dan kepatuhan kepada Allah ta’ala. Orang yang istiqamah adalah
orang yang senantiasa konsisten taat kepada Allah, melaksanakan segenap
kewajiban dan meninggalkan berbagai perkara haram. Orang yang berhasil
istiqamah dalam kataatan kepada Allah, maka surga-lah tempatnya di akhirat.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا
اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا
تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ
تُوعَدُونَ (فصلت: ٣٠)
Maknanya: “Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka istiqamah, maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu’,” (QS
Fushshilat: 30).
Firman Allah ثُمَّ اسْتَقَامُوا “Kemudian mereka
istiqamah” dalam ayat tersebut, menurut Sayyidana Abu Bakar RA. bermakna,
“Mereka tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.” Menurut Ibnu
‘Abbas, RA. “Mereka konsisten dalam melaksanakan kewajiban.”
Sementara Imam Qatadah
mengatakan, “Istiqamah dalam ketaatan kepada Allah.
Allah SWT. juga memerintahkan Nabi
NYA untuk Istiqamah:
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا
أُمِرْتَ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
(الشورى: ١٥)
Maknanya: “Maka karena itu serulah
(mereka kepada agama ini) dan istiqamahlah sebagaimana diperintahkan kepadamu
dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka" (QS asy-Syura: 15)
Salah seorang sahabat pernah
berkata kepada Nabi MUHAMMAD SAW, “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang
Islam, sebuah perkataan sehingga aku tidak perlu bertanya lagi kepada siapa pun
setelahnya.” Rasulullah pun menjawab:
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
(رواه مسلم)
Maknanya: “Katakanlah, aku beriman
kepada Allah, kemudian istiqamahlah” (HR Muslim) Ma’asyiral Muslimin
rahimakumullah, Istiqamah adalah salah satu tonggak yang sangat penting
bagi sebuah bangsa atau umat agar bisa berjaya, menempati posisi yang mulia dan
memimpin lajunya peradaban dunia. Suatu umat atau sebuah bangsa yang kehilangan
permata istiqamah ini akan kehilangan arah dan mudah dikalahkan oleh
musuh-musuhnya. Karena dengan hilangnya istiqamah, moral akan rusak, perbuatan
keji dan hina akan menyebar, kerusakan akan merajalela, kekacauan akan merata
dan umat akan dihantui oleh rasa hasud, dengki dan permusuhan. Sebaliknya istiqamah
akan memberikan buah yang manis di tengah-tengah umat yang berpegang teguh
dengannya. warga masyarakat atau individu yang istiqamah akan hidup tenang,
damai, taat dan tunduk kepada Allah, tidak menyakiti orang lain, bersabar
ketika disakiti orang lain, selalu berperan serta dalam melakukan
perbaikan-perbaikan di tengah masyarakat dan membimbing orang yang tersesat ke
jalan yang benar.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Jadi istiqamah adalah suatu keniscayaan bagi setiap individu dari sebuah
Komunitas atau bangsa, lebih-lebih para pemimpin. Pemimpin dalam skala besar
ataupun kecil. Pemimpin dalam lingkup yang luas ataupun yang sempit. Mulai dari
pemimpin suatu negara, pemimpin daerah, pemimpin perusahaan, sampai kepala
rumah tangga.
Imam Rifa’i pernah
menyatakan:
اِسْتَقِمْ بِنَفْسِكَ يَسْتَقِمْ
بِهَا غَيْرُكَ، كَيْفَ يَكُوْنُ الظِّلُّ مُسْتَقِيْمًا وَالْعُوْدُ أَعْوَجُ
“Istiqamahkan dirimu maka orang
lain akan menjadi istiqamah karenamu, bagaimana mungkin bayangan sebuah benda
akan lurus jika bendanya bengkok?”
Oleh karenanya sebuah komunitas,
perkumpulan atau institusi apa pun yang berharap baik dan merindukan kesuksesan
dan kejayaan haruslah dimulai dari istiqamah pemimpinnya. Jika pemimpin dan
yang dipimpin istiqamah, guru dan murid istiqamah, suami dan istri istiqamah,
direktur dan karyawan istiqamah, pejabat dan rakyat istiqamah dan seluruh
lapisan masyarakat di semua bidang dan lini senantiasa istiqamah, maka kebaikan
dan kesalehan akan merata di tengah masyarakat kita.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita selalu istiqamah di jalan Allah meski zaman berubah, walaupun
tahun telah berganti. Walaupun teknologi sudah menguasai kehidupan kita, mari
Kita manfaatkan masa-masa hidup yang sementara ini untuk taat kepada Allah dan
Rasulullah. Kehidupan kita di dunia ini adalah nikmat yang harus disyukuri
dengan berupaya meraih kebaikan dunia dan akhirat. Kita diberi amanah berupa
nikmat waktu, agar kita beramal tanpa ditunda-tunda lagi, tanpa kebingungan dan
kehilangan arah. Hari-hari kita hidup di dunia, itulah umur kita. Orang yang
tidak memanfaatkan umurnya maka umur itu yang akan melindasnya tanpa ia bisa
meraih apa pun dari kehidupan yang fana ini. Imam Hasan al-Bashri mengatakan:
ابْنَ آدَمَ، إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ، كُلَّمَا
ذَهَبَ يَوْمٌ، ذَهَبَ بَعْضُكَ
“Wahai manusia, engkau tidak lain
adalah hari-hari yang terus berjalan, setiap lewat suatu hari maka sebagian
dari dirimu telah hilang dan lenyap.” Bahkan al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi
sangat menyayangkan waktu yang berlalu begitu saja hanya untuk makan. Ia
mengatakan: “Waktu yang sangat aku
sayangkan pergi begitu saja adalah saat aku makan.” Kita mungkin tidak bisa
mencapai tingkatan beliau. Tapi setidaknya apa yang beliau sampaikan menjadi
cambuk bagi kita untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Marilah kita terus istiqamah. Kita rawat
dan jaga keimanan kita dari hal-hal yang merusak dan memutuskannya. Kita
konsisten dalam taat kepada Allah. Ketaatan kepada Allah adalah cahaya di alam
kubur, penyelamat di atas jembatan shirath di hari kemudian dan keberuntungan
di hari kebangkitan. Marilah kita berdoa
di hari yang penuh barakah ini. Mudah-mudahan kita dianugerahi kemampuan oleh
Allah untuk istiqamah, melakukan semua jenis kebaikan dan menjauhi segenap dosa
dan kemaksiatan di sepanjang kehidupan. Sehingga kita menjadi Pribadi yang
saleh dan layak menjadi Uswah bagi masyarakat sekitar kita. Marilah kita berdoa
dengan doa Imam Hasan al-Bashri:
اللهم أَنْتَ رَبُّنَا فَارْزُقْنَا
الْاسْتِقَامَةَ
Ya Allah, Engkau adalah Tuhan kami,
maka karuniakanlah kepada kami istiqamah di jalan-Mu.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah singkat yang dapat kami sampaikan Semoga bermanfaat dan
membawa barakah bagi kita semua. Amin.
أقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ
وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ
وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا
إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ
وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ
وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً،
إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar