Home

Kamis, 22 November 2018

Setan dan hikmah penciptaanya

HIKMAH ADANYA SYAITAN

جَعَلَهُ لَكَ عَدُوًّا لِيُحْوِشَكَ بِهِ اليْهِ وَحَرَّكَ اليهِ النَّفسَ لِيَدُومَ اِقـْباَلكَ عليهِ 
“Alloh sengaja menjadikan syaitan sebagai musuhmu, supaya kamu berlindung kepada Alloh,  demikian pula Alloh menggerakkan nafsumu supaya kamu tetap selalu menghadap kepada Alloh (untuk melawan hawa nafsu).”

Syarah:
Alloh tidak menciptakan segala sesuatu itu sia-sia (tidak ada hikmahnya), firman Alloh : “Robbanaa-ma kholaqta hadzaa baathilan subhaanak”.
Termasuk juga Alloh menciptakan syaitan itu ada beberapa hikmah :
1, untuk menggiring hamba kepada Tuhannya. Karena hamba yang lemah itu ketika bertemu dengan musuhnya, ia akan lari kepada Tuannya untuk minta pertolongan dan perlindungan, dan Tuannya akan menanggung/menolongnya.

2, adanya suatu bukti/hujjah sebagai hamba. Karena apabila hamba tidak taat pada perintah Tuannya, akan dikatakan : kamu taat pada musuhku dan durhaka kepadaKu.

3, terbuktinya kebaikan orang-orang mukmin dengan Mujahadah dan perlawanan terhadap godaan syaitan.

Seorang Ulama’ berkata : Sungguh aku diuji dengan  empat musuh yang selalu melempariku dengan anak panah yang dapat menembus, yaitu : iblis, dunia, hawa nafsu, dan syahwat. Ya Tuhanku hanya engkau yang dapat menyelamatkan aku.
Begitu juga Alloh menggerakkan nafsu, adapun hikmah dan manfaat nya supaya hamba selalu dan tetap menghadap kepada Tuhannya.
Alhasil : sesungguhnya nafsu, syaitan , dunia, dan manusia itu semua berusaha memutuskan jalan kita menuju Alloh, sedang nafsu itu lebih berbahaya dari pada syaitan dalm menggoda, karena nafsu itu musuh yang berhubungan erat dengan diri kita.
Ibnu al-Qostholani
menceritakan dari Syeikh Ahmad bin sahl, beliau berkata : Musuhmu itu ada empat :

1, Dunia, senjatanya yaitu : betemu/berkumpul dengan makhluk(manusia), penjaranya : kholwat (menyendiri).

2,  keinginan syahwat, senjatanya : berbicara, penjaranya : diam.

3, syaitan, senjatanya : kenyang, penjaranya : lapar.

4, nafsu, senjatanya : tidur, penjaranya : terjaga.

dari Kitab Alhikam ibn athoillah al-sakandary pasal 249

Tidak ada komentar:

Posting Komentar